Terungkap! Ini Strategi Bank Mega Jadi Bank BUKU 4 di 2025

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
05 March 2020 14:42
Bank Mega memproyeksikan bisa masuk dalam kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4, dengan total aset bisa mencapai sebesar Rp 250 triliun pada 2025.
Foto: Kostaman Thayib di acara Public Expose Bank Mega 2020. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Mega Tbk (MEGA) memiliki visi bisa masuk dalam kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4, dengan total aset bisa mencapai sebesar Rp 250 triliun pada 2025. Untuk menjadi bank BUKU 4 sebuah bank harus memiliki modal inti Rp 30 triliun.

Sementara modal inti Bank Mega pada 2019 telah mencapai Rp 15 triliun, dan diperkirakan menjadi Rp 16 triliun pada 2020.

"Dengan akumulasi Profit bank Mega 5 tahun ke depan, kebutuhan Rp 14 triliun tambahan bisa dicapai. Proyeksi kami, 2025 Bank Mega sudah punya modal inti lebih dari Rp 30 triliun, sehingga bisa naik kelas menjadi Bank BUKU 4" kata Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib dalam Public Expose Bank Mega 2020 yang digelar di Menara Bank Mega, Jakarta, Kamis (5/3/2020).


Kostaman mengakui bukan hal mudah dan diperlukan kerja keras untuk menjadi bank BUKU 4. Namun dengan akumulasi profit untuk mencapai RP 30 triliun bisa dicapai dengan tetap memberikan dividen 50% setiap tahunnya.

"Untuk pemegang saham jangan khawatir dividen akan tetap diberikan setiap tahun, 50% dari laba. Ini bisa dicapai dengan memberikan dividen. Jika masih kurang sedikit, pemegang saham pengendali yaitu CT Corp tentu siap menambah modal Bank Mega untuk menjadi bank BUKU IV," katanya.

Untuk mencapai proyeksi yang ditetapkan, Kostaman menambahkan Bank Mega lebih mementingkan pertumbuhan profit dibandingkan aset. Dengan akumulasi tersebut diharapkan Bank Mega bisa menjadi BUKU IV pada 2025.

Terungkap! Ini Strategi Bank Mega Jadi Bank BUKU 4 di 2025Foto: Kostaman Thayib di acara Public Expose Bank Mega 2020. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)


Selama 2019, Bank Mega membukukan laba bersih senilai Rp 2 triliun. Nilai ini melesat 25,2% dibandingkan laba bersih 2018 senilai Rp 1,59 triliun.

Bank Mega mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 25,47% menjadi Rp 53,01 triliun pada 2019 dibandingkan Rp 42,25 triliun pada 2018. Peningkatan kredit ini jauh melampaui rata-industri perbankan yang tercatat tumbuh 7%.


Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) tercatat tumbuh 19,85% menjadi Rp 72,79 triliun, dibandingkan sebelumnya Rp 60,73 triliun. Sama seperti kredit, pertumbuhan DPK Bank Mega juga jauh melampaui rata-rata industri yang tercatat 6,7%.

Meski kredit tumbuh tinggi, namun rasio intermediasi (loan to deposits ratio/LDR) Bank Mega cenderung rendah dibandingkan dengan rata-rata industri. LDR Bank Mega tercatat 70%, sementara industri 93,5%.

[Gambas:Video CNBC]




(dob/dob) Next Article Bank Mega Ajak Nasabah Makan Es Krim Cuma Pakai Rp1 MPC Point

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular