
Internasional
WHO Khawatir Penyebaran Corona di Iran, Ini Alasannya!
Thea Fathanah Abrar, CNBC Indonesia
04 March 2020 11:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga kiniĀ virus corona tumbuh dengan masif di Iran. Pejabat badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa kurangnya alat pelindung untuk petugas kesehatan mempersulit upaya untuk mengendalikan wabah.
"Ini bukan situasi yang mudah. Seperti di beberapa negara lain, penyakit ini sudah masif," ujar Michael Ryan, kepala program darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikutip dari AFP, Rabu (4/3/2020).
Walaupun tidak mustahil, tetapi menurut Ryan, wabah ini jadi agak sulit dikendalikan. Setidaknya wabah ini sudah merenggut 77 nyawa dan menginfeksi lebih dari 2.300 orang di negara tersebut.
"Para dokter dan perawat memiliki kekhawatiran bahwa mereka tidak perlu memiliki cukup peralatan, persediaan, ventilator, respirator, oksigen," katanya tentang keadaan Iran dalam melawan wabah tersebut.
Setidaknya WHO mengatakan pada Selasa (3/3/2020), bahwa persediaan alat pelindung baik untuk masyarakat maupun untuk petugas kesehatan di seluruh dunia semakin menipis, mengancam keberlangsungan dalam melawan epidemi tersebut.
Namun masalah ini jauh lebih serius di Iran. "Kebutuhan itu lebih akut untuk sistem kesehatan Iran daripada untuk sebagian besar sistem kesehatan lainnya," kata Ryan.
Dalam langkah pertama untuk mengatasi masalah ini, tim ahli WHO tiba di Iran pada hari Senin (2/3/2020) untuk membantu. Mereka membawa serta persediaan medis dan kit laboratorium yang cukup untuk menguji sekitar 100.000 orang.
Akibat wabah ini, Iran menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara budaya dan olahraga besar dan mengurangi jam kerja. Walaupun begitu, Iran memiliki 11 kematian dan 835 infeksi baru. Angka ini menjadi peningkatan terbesar dalam satu hari sejak wabah COVID-19 dimulai dua minggu lalu.
Selain itu, wabah ini telah menjangkit Kepala layanan darurat nasional Pirhossein Kolivand adalah dan menewaskan Mohammad Mirmohammadi yang merupakan anggota Dewan Kemanfaatan, bekerja sebagai penasihat pemimpin tertinggi Iran. Bahkan wakil menteri kesehatan Iran, Iraj Harirchi jatuh sakit akibat COVID-19 minggu lalu.
"Hal-hal cenderung terlihat lebih buruk sebelum menjadi lebih baik. Anda harus menemukan masalah Anda, Anda harus mengenali masalah Anda dan kemudian menangani masalah Anda," ujar Ryan.
(sef/sef) Next Article Cegah Tangkal, Strategi Kemenkes Antisipasi Penyebaran Corona
"Ini bukan situasi yang mudah. Seperti di beberapa negara lain, penyakit ini sudah masif," ujar Michael Ryan, kepala program darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dikutip dari AFP, Rabu (4/3/2020).
Walaupun tidak mustahil, tetapi menurut Ryan, wabah ini jadi agak sulit dikendalikan. Setidaknya wabah ini sudah merenggut 77 nyawa dan menginfeksi lebih dari 2.300 orang di negara tersebut.
Setidaknya WHO mengatakan pada Selasa (3/3/2020), bahwa persediaan alat pelindung baik untuk masyarakat maupun untuk petugas kesehatan di seluruh dunia semakin menipis, mengancam keberlangsungan dalam melawan epidemi tersebut.
Namun masalah ini jauh lebih serius di Iran. "Kebutuhan itu lebih akut untuk sistem kesehatan Iran daripada untuk sebagian besar sistem kesehatan lainnya," kata Ryan.
Dalam langkah pertama untuk mengatasi masalah ini, tim ahli WHO tiba di Iran pada hari Senin (2/3/2020) untuk membantu. Mereka membawa serta persediaan medis dan kit laboratorium yang cukup untuk menguji sekitar 100.000 orang.
Akibat wabah ini, Iran menutup sekolah dan universitas, menangguhkan acara budaya dan olahraga besar dan mengurangi jam kerja. Walaupun begitu, Iran memiliki 11 kematian dan 835 infeksi baru. Angka ini menjadi peningkatan terbesar dalam satu hari sejak wabah COVID-19 dimulai dua minggu lalu.
Selain itu, wabah ini telah menjangkit Kepala layanan darurat nasional Pirhossein Kolivand adalah dan menewaskan Mohammad Mirmohammadi yang merupakan anggota Dewan Kemanfaatan, bekerja sebagai penasihat pemimpin tertinggi Iran. Bahkan wakil menteri kesehatan Iran, Iraj Harirchi jatuh sakit akibat COVID-19 minggu lalu.
"Hal-hal cenderung terlihat lebih buruk sebelum menjadi lebih baik. Anda harus menemukan masalah Anda, Anda harus mengenali masalah Anda dan kemudian menangani masalah Anda," ujar Ryan.
(sef/sef) Next Article Cegah Tangkal, Strategi Kemenkes Antisipasi Penyebaran Corona
Most Popular