Meski Kasus Melonjak, WHO Belum Tetapkan Corona Jadi Pandemi

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
03 March 2020 09:08
Kasus penyebaran virus corona (COVID-19) di luar China mencapai 9 kali lebih tinggi.
Foto: Kantor WHO. (Dok: WHO)

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengungkapkan bahwa kasus penyebaran virus corona (COVID-19) di luar China mencapai 9 kali lebih tinggi dalam 24 jam terakhir, dibandingkan dengan yang terjadi di dalam pusat penyebaran wabah pertama kali.

Dalam sebuah konferensi pers, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan ketika epidemi menyebar di berbagai benua lain, kasus-kasus baru di China malah menurun. Virus ini pertama kali menyebar dari Wuhan, China.

Sejauh ini, China hanya melaporkan kasus baru terkonfirmasi sebanyak 206 kasus pada Minggu (1/3/2020). Angka tersebut adalah jumlah terendah dari kasus baru di negara itu sejak 22 Januari lalu.


Namun, di luar China, jumlah total kasus sekarang memuncak 8.739 di 61 negara, termasuk 127 kematian, kata Tedros. Sekitar 81% kasus di luar China berasal dari empat negara, tambahnya.

"Epidemi di Republik Korea, Italia, Iran, dan Jepang adalah kekhawatiran terbesar kami. Ini adalah virus unik, dengan fitur unik. Virus ini bukan influenza. Kami berada di wilayah yang belum dipetakan" kata Tedros, dikutip dari CNBC Internasional.

Dari 57 negara lain yang terkena dampak, 38 negara telah melaporkan kurang dari 10 kasus. Adapun 19 negara telah melaporkan hanya satu kasus, dan beberapa negara sudah memiliki virus tersebut dan sisanya belum dilaporkan dalam dua minggu terakhir.


Tedros mengatakan para pejabat kesehatan tidak akan "ragu-ragu" untuk menyatakan wabah pandemi jika "itu yang ditunjukkan oleh bukti". Ia juga mengatakan bahwa sebagian besar kasus COVID-19 masih dapat ditelusuri sebab mereka biasanya berkaitan.

Maka dari sana, belum ada "bukti bahwa virus tersebut menyebar bebas di masyarakat". Itulah salah satu alasan mengapa WHO belum menyatakan wabah ini adalah pandemi.

Menurut The Centers for Disease Control and Prevention, pandemi berhubungan dengan penyebaran geografis dan digunakan untuk menggambarkan penyakit yang menyerang seluruh negara atau seluruh dunia.

Di sisi lain, direktur eksekutif program darurat kesehatan WHO, Mike Ryan mengatakan para ilmuwan masih tidak tahu persis bagaimana COVID-19 "berperilaku", sebab virus ini tidak seperti influenza.

"Kami tahu itu tidak menularkan dengan cara yang persis sama dengan influenza dulu, dan yang memberi kita secercah, celah cahaya, bahwa virus ini dapat ditekan dan didorong dan diatasi," kata Ryan, menambahkan jika mereka percaya negara-negara transparan dengan kasus ini.


Pada Jumat (28/2/2020), WHO meningkatkan penilaian risiko virus corona dari "tinggi" menjadi "sangat tinggi" pada tingkat global. Beruntung penilaian ini masih dapat menghindari risiko "yang terburuk".

WHO menyatakan bahwa penyakit pernapasan ini dapat menyebar melalui kontak manusia-ke-manusia lewat butiran-butiran cairan (droplet) yang dibawa melalui bersin dan batuk dan kuman.

Virus itu akan sangat menyusahkan bagi orang lanjut usia dan mereka yang memiliki penyakit tertentu. Gejala penyakit ini termasuk sakit tenggorokan, pilek, demam atau radang paru-paru dan dapat berlanjut hingga kegagalan organ multipel atau kematian dalam beberapa kasus yang parah.

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular