Saktinya Corona Bisa 'Paksa' Bank Sentral Pangkas Suku Bunga

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 February 2020 20:12
Siapa Yang Akan Pangkas Suku Bunga Selanjutnya?
Foto: Mengintip Virus Corona Dari Microskop. (Dok: niaid.nih.gov)
Melambatnya perekonomian China akibat wabah virus corona menjadi penyebab bank sentral ramai-ramai memangkas suku bunga. Jika ekonomi China diprediksi melambat, beberapa negara malah berisko mengalami resesi. Singapura, Jerman, dan Jepang sudah ketar ketir.

Pemerintah Singapura di awal pekan ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Mengutip Reuters, Singapura memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Padahal sebelumnya, pemerintah memproyeksikan, pertumbuhan di kisaran 0,5%-2,5%.

Setelah Singapura, Jerman juga sudah waspada. Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada tahun lalu, Jerman sudah nyaris mengalami resesi akibat perang dagang AS dengan China.

Selanjutnya Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia, yang sudah dekat dengan resesi. Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir. Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestik bruto (PBD) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% quarter-on-quarter (QoQ), menjadi yang terdalam sejak kuartal II-2014.



Dari ketiga negara tersebut, Singapura sudah pasti tidak menurunkan suku bunga, sebabnya Otoritas Moneter Singapura (MAS) tidak menggunakan suku bunga dalam menerapkan kebijakan moneternya. MAS mengatur nilai tukar mata uangnya sebagai kebijakan moneter. Pengetatan dan pelonggaran moneter dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diungkapkan kepada publik.

Sementara itu, Jepang sudah menerapkan suku bunga negatif (-0,1%), begitu juga dengan Jerman dengan suku bunga deposito (deposit facility) dari European Central Bank (ECB) -0,5%. Besar kemungkinan suku bunga tidak akan ada penurunan suku bunga, tetapi menggelontorkan stimulus dengan program pembelian aset (quantitative easing/QE). 

China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, sehingga ketika ekonominya melambat akan memberikan dampak yang besar. 
Tetangga dekatnya, Korea Selatan akan mendapat pukulan cukup telak. Apalagi Negeri Gingseng menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak kedua. 

Pada tahun lalu, ekomomi Korsel tumbuh 2%, menjadi yang terendah dalam 10 tahun terakhir. Kepala riset Standart Chartered di Seoul, Park Chong-hoon, mengatakan dengan perkembangan saat ini, bisa dipastikan pertumbuhan ekonomi Korsel lebih rendah dari tahun lalu. 

"Ekonomi Korea Selatan kehilangan momentum lagi, saat mulai melakukan pemulihan. Sentimen memburuk karena pelambatan ekonomi China mempengaruhi ekspor dan pendapatan wisata secara negatif" kata Park. 

Bank sentral Korea Selatan (BOK) diprediksi akan memangkas suku bunga pada Kamis (27/2/2020) pekan depan oleh analis dari bank ANZ, sebesar 25 bps ke rekor terendah 1%. 



Selain BOK, bank sentral Australia (RBA) juga berpeluang memangkas suku bunga. Sebabnya China merupakan mitra dagang utama Australia, jika ekonomi Negeri Tiongkok melambat Negeri Kanguru juga akan terpukul. 

Apalagi tingkat pengangguran Australia naik menjadi 5,3% di bulan Januari, dari bulan sebelumnya 5,1%. Pasar tenaga kerja merupakan salah satu acuan RBA dalam menetapkan kebijakan moneter. Ditambah dengan perekonomian China yang kemungkinan melambat, peluang RBA memangkas suku bunga semakin besar. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular