
2.247 Tewas Akibat Corona: Korea Mulai Gawat, RI Masih Kebal
Redaksi, CNBC Indonesia
22 February 2020 07:21

Jumlah kasus infeksi dan kematian akibat virus corona dilaporkan paling banyak di China. Sementara lebih dari 1.000 kasus lainnya dilaporkan di 28 negara yang termasuk di dalamnya kasus infeksi yang terjadi di kapal pesiar Diamond Prince yang sempat dikarantina di Yokohama.
Namun ada dua hal yang mengundang tanya dalam kasus ini. Pertama, kala negara-negara di kawasan Asia Tenggara sudah melaporkan temuannya terkait infeksi virus corona, tetapi Indonesia belum sama sekali melaporkan satu kasus pun.
Padahal Indonesia merupakan salah satu negara yang berisiko tinggi untuk mengimpor virus ini dari China melalui aktivitas penerbangan. China merupakan salah satu negara penyumbang turis asing ke Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Desember 2019, jumlah kunjungan dari China mencapai lebih dari 150.000 atau 11,2% dari total kunjungan wisatawan mancanegara pada bulan tersebut.
Artinya peluang Indonesia untuk mengimpor penyakit mematikan akibat virus itu cukup terbuka. Apalagi Indonesia juga melayani penerbangan langsung ke Wuhan.
Menurut studi pemodelan matematika yang dilakukan oleh Profesor DirkBrockman di Humboldt-Universitat zu Berlin yang mengevaluasi 50 negara dengan risiko tertinggi untuk mengimpor virus corona dari China melalui jalur penerbangan, Indonesia merupakan negara yang tergolong berisiko tinggi.
Kenyataannya Indonesia masih bebas dari infeksi virus corona. Namun ada 4 WNI yang positif terinfeksi virus corona. Tiga WNI merupakan awak kapal pesiar Diamond Princess dan satu lagi berada di Singapura. Ajaibnya satu WNI yang ada di Singapura kemarin dinyatakan sembuh.
Mengutip Science, seorang epidemiologis dari University of Southampton Shengjie Lai memperkirakan setidaknya Indonesia sudah mengimpor 29 kasus. Bahkan beberapa negara seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja dan Australia juga melaporkan jumlah kasus yang lebih rendah dari prediksi.
Andrew Tatem yang juga epidemiologis di universitas yang sama dengan Lai mengatakan bahwa memang ada kemungkinan tidak ada kasus di Indonesia karena sudah sembuh terlebih dulu sebelum dapat dideteksi.
Seorang praktisi kesehatan Indonesia, Profesor Gusti Ngurah Mahardika selaku kepala Laboratorium Biomedis Hewan dan Biologi Molekuler Universitas Udayana mengatakan memang ada kemungkinan virus sudah masuk ke Indonesia, tetapi tak terdeteksi dan tak dilaporkan.
“Orang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala tidak pergi ke dokter untuk periksa kesehatan. Mereka yang terkena flu tetapi takut dikarantina dan mendapat penanganan khusus mungkin juga tidak pergi ke dokter” kata Gusti mengutip The Straits Times.
Tak ada satu pun kasus yang dilaporkan di Indonesia menyisakan tanda tanya besar yang membuat seorang peneliti dari Universitas Harvard terheran-heran.
Namun kecurigaan itu langsung ditepis oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Menteri Kesehatan menegaskan bahwa Indonesia memiliki kit deteksinya yang tersertifikasi dan tak ada yang ditutup-tutupi.
Amin Soebandrio selaku kepala lembaga biologi molekuler Eijkman juga membenarkan pernyataan menteri kesehatan RI. Amin yakin Indonesia mampu mendeteksi virus corona jika memang ada.
Hal yang paling ditakutkan adalah ketika kasus virus corona ini tak terdeteksi dan di kemudian hari jumlahnya bertambah dan jadi wabah terutama di negara-negara dengan sistem kesehatan yang belum baik dengan keterbatasan tenaga medis, kasur rumah sakit, ventilator hingga peralatan medis lainnya.
Namun Indonesia tak sendirian. Ada negara lain yang juga terlihat seolah kebal akan serangan virus ganas ini. Banyak negara-negara di Afrika yang belum melaporkan adanya satu kasus virus corona sampai saat ini. Padahal sistem kesehatan yang ada membuat kawasan tersebut rentan terserang wabah mematikan.
Afrika Kebal Juga
Satu-satunya negara di benua Afrika yang sudah melaporkan adanya kasus virus corona yaitu Mesir. Namun jumlahnya juga hanya satu. Memang jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia lainnya, Afrika tak memiliki penerbangan ke China terutama ke Wuhan yang intens.
Namun banyak orang China yang juga bekerja di Afrika. Ini menjadi potensi penyebaran virus yang masih satu keluarga dengan penyebab SARS ini. Model matematis lain yang dikembangkan menunjukkan ada tiga negara dengan risiko tertinggi terserang virus corona di Afrika yaitu Mesir, Aljazair dan Afrika Selatan.
Namun ketiga negara tersebut memiliki kemampuan untuk merespons secara efektif jika ada wabah, berdasarkan keterangan Vittorio Colizza seorang peneliti yang membuat pemoodelan matematis penyebaran virus corona dari Louis Institute of Epidemiology and Public Health.
Colizza dan sejawatnya justru malah khawatir pada 7 negara yang memiliki risiko sedang untuk mengimpor virus ini dari China lantaran sistem kesehatan yang tak memadai, status ekonomi dan stabilitas politik yang rendah membuatnya rentan terserang.
Ketujuh negara tersebut antara lain Nigeria, Ethiopia, Sudan, Angola, Tanzania, Ghana dan Kenya. Negara-negara tersebut (kecuali Sudan) termasuk negara yang berisiko mengimpor virus corona dari China karena memiliki jalur penerbangan langsung ke Wuhan atau karena tingginya kunjungan dari China.
Science.com melaporkan hingga minggu lalu banyak negara-negara di Afrika yang tak memiliki laboratorium memadai untuk mendeteksi virus ini. Sehingga perlu mengirim sampel ke luar untuk melakukan identifikasi.
Namun menurut Colizza kini situasinya berubah menjadi lebih baik. Sebelumnya laboratorium yang mampu untuk mendeteksi virus ini hanya ada dua, satu di Senegal dan satu lagi di Afrika Selatan. Namun kini setidaknya sudah ada 8 laboratorium yang mampu mendeteksi virus corona menurut WHO.
Memang banyak spekulasi yang beredar untuk menjelaskan mengapa beberapa negara tampak tak terserang virus corona, mulai dari perbedaan kondisi lingkungan hingga imunitas yang tinggi.
Salah satu dasar spekulasi tersebut adalah studi yang dilakukan oleh K.H Chan yang dipublikasikan di Hindawi pada 2011. Studi itu menyebutkan bahwa virus SARS yang menjadi wabah pada 2002-2003 tak banyak menyerang negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand karena salah satu faktornya adalah temperatur dan kelembaban.
Studi tersebut mengatakan virus dapat bertahan hingga 5 hari pada suhu ruang dan kelembaban relatif 45-50%. Virus akan lebih lama bertahan di suhu udara dingin dan kelembaban rendah. Virus yang menyebabkan SARS tak dapat bertahan lama di kondisi lingkungan yang suhunya tinggi hingga 38 derajat selsius dan kelembaban tinggi (>95%).
Hingga kini belum diketahui secara pasti alasan Indonesia dan beberapa negara di Afrika seperti tak tersentuh. Namun para peneliti terus mempelajari berbagai kemungkinan yang ada mulai dari faktor lingkungan, demografis, fisiologis hingga genetik.
Ahli kesehatan masyarakat mengatakan ada tiga kemungkinan skenario bagaimana akhir dari wabah virus corona ini.
Pertama, virus dapat dikendalikan dengan intervensi kesehatan masyarakat pada umumnya. Skenario kedua adalah vaksin dan obat yang melawan virus ini ditemukan. Ketiga yang paling mungkin adalah virus ini akan jinak dengan sendirinya dan menjadi penyakit musiman seperti flu biasa.
Bagaimanapun juga kita berharap Indonesia tetap aman dari serangan virus ini dan wabah akan segera mereda.
(dru)
Namun ada dua hal yang mengundang tanya dalam kasus ini. Pertama, kala negara-negara di kawasan Asia Tenggara sudah melaporkan temuannya terkait infeksi virus corona, tetapi Indonesia belum sama sekali melaporkan satu kasus pun.
Padahal Indonesia merupakan salah satu negara yang berisiko tinggi untuk mengimpor virus ini dari China melalui aktivitas penerbangan. China merupakan salah satu negara penyumbang turis asing ke Indonesia.
Artinya peluang Indonesia untuk mengimpor penyakit mematikan akibat virus itu cukup terbuka. Apalagi Indonesia juga melayani penerbangan langsung ke Wuhan.
Menurut studi pemodelan matematika yang dilakukan oleh Profesor DirkBrockman di Humboldt-Universitat zu Berlin yang mengevaluasi 50 negara dengan risiko tertinggi untuk mengimpor virus corona dari China melalui jalur penerbangan, Indonesia merupakan negara yang tergolong berisiko tinggi.
Kenyataannya Indonesia masih bebas dari infeksi virus corona. Namun ada 4 WNI yang positif terinfeksi virus corona. Tiga WNI merupakan awak kapal pesiar Diamond Princess dan satu lagi berada di Singapura. Ajaibnya satu WNI yang ada di Singapura kemarin dinyatakan sembuh.
Mengutip Science, seorang epidemiologis dari University of Southampton Shengjie Lai memperkirakan setidaknya Indonesia sudah mengimpor 29 kasus. Bahkan beberapa negara seperti Malaysia, Vietnam, Kamboja dan Australia juga melaporkan jumlah kasus yang lebih rendah dari prediksi.
Andrew Tatem yang juga epidemiologis di universitas yang sama dengan Lai mengatakan bahwa memang ada kemungkinan tidak ada kasus di Indonesia karena sudah sembuh terlebih dulu sebelum dapat dideteksi.
Seorang praktisi kesehatan Indonesia, Profesor Gusti Ngurah Mahardika selaku kepala Laboratorium Biomedis Hewan dan Biologi Molekuler Universitas Udayana mengatakan memang ada kemungkinan virus sudah masuk ke Indonesia, tetapi tak terdeteksi dan tak dilaporkan.
“Orang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala tidak pergi ke dokter untuk periksa kesehatan. Mereka yang terkena flu tetapi takut dikarantina dan mendapat penanganan khusus mungkin juga tidak pergi ke dokter” kata Gusti mengutip The Straits Times.
Tak ada satu pun kasus yang dilaporkan di Indonesia menyisakan tanda tanya besar yang membuat seorang peneliti dari Universitas Harvard terheran-heran.
Namun kecurigaan itu langsung ditepis oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Menteri Kesehatan menegaskan bahwa Indonesia memiliki kit deteksinya yang tersertifikasi dan tak ada yang ditutup-tutupi.
Amin Soebandrio selaku kepala lembaga biologi molekuler Eijkman juga membenarkan pernyataan menteri kesehatan RI. Amin yakin Indonesia mampu mendeteksi virus corona jika memang ada.
Hal yang paling ditakutkan adalah ketika kasus virus corona ini tak terdeteksi dan di kemudian hari jumlahnya bertambah dan jadi wabah terutama di negara-negara dengan sistem kesehatan yang belum baik dengan keterbatasan tenaga medis, kasur rumah sakit, ventilator hingga peralatan medis lainnya.
Namun Indonesia tak sendirian. Ada negara lain yang juga terlihat seolah kebal akan serangan virus ganas ini. Banyak negara-negara di Afrika yang belum melaporkan adanya satu kasus virus corona sampai saat ini. Padahal sistem kesehatan yang ada membuat kawasan tersebut rentan terserang wabah mematikan.
Afrika Kebal Juga
Satu-satunya negara di benua Afrika yang sudah melaporkan adanya kasus virus corona yaitu Mesir. Namun jumlahnya juga hanya satu. Memang jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia lainnya, Afrika tak memiliki penerbangan ke China terutama ke Wuhan yang intens.
Namun banyak orang China yang juga bekerja di Afrika. Ini menjadi potensi penyebaran virus yang masih satu keluarga dengan penyebab SARS ini. Model matematis lain yang dikembangkan menunjukkan ada tiga negara dengan risiko tertinggi terserang virus corona di Afrika yaitu Mesir, Aljazair dan Afrika Selatan.
Namun ketiga negara tersebut memiliki kemampuan untuk merespons secara efektif jika ada wabah, berdasarkan keterangan Vittorio Colizza seorang peneliti yang membuat pemoodelan matematis penyebaran virus corona dari Louis Institute of Epidemiology and Public Health.
Colizza dan sejawatnya justru malah khawatir pada 7 negara yang memiliki risiko sedang untuk mengimpor virus ini dari China lantaran sistem kesehatan yang tak memadai, status ekonomi dan stabilitas politik yang rendah membuatnya rentan terserang.
Ketujuh negara tersebut antara lain Nigeria, Ethiopia, Sudan, Angola, Tanzania, Ghana dan Kenya. Negara-negara tersebut (kecuali Sudan) termasuk negara yang berisiko mengimpor virus corona dari China karena memiliki jalur penerbangan langsung ke Wuhan atau karena tingginya kunjungan dari China.
Science.com melaporkan hingga minggu lalu banyak negara-negara di Afrika yang tak memiliki laboratorium memadai untuk mendeteksi virus ini. Sehingga perlu mengirim sampel ke luar untuk melakukan identifikasi.
Namun menurut Colizza kini situasinya berubah menjadi lebih baik. Sebelumnya laboratorium yang mampu untuk mendeteksi virus ini hanya ada dua, satu di Senegal dan satu lagi di Afrika Selatan. Namun kini setidaknya sudah ada 8 laboratorium yang mampu mendeteksi virus corona menurut WHO.
Memang banyak spekulasi yang beredar untuk menjelaskan mengapa beberapa negara tampak tak terserang virus corona, mulai dari perbedaan kondisi lingkungan hingga imunitas yang tinggi.
Salah satu dasar spekulasi tersebut adalah studi yang dilakukan oleh K.H Chan yang dipublikasikan di Hindawi pada 2011. Studi itu menyebutkan bahwa virus SARS yang menjadi wabah pada 2002-2003 tak banyak menyerang negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand karena salah satu faktornya adalah temperatur dan kelembaban.
Studi tersebut mengatakan virus dapat bertahan hingga 5 hari pada suhu ruang dan kelembaban relatif 45-50%. Virus akan lebih lama bertahan di suhu udara dingin dan kelembaban rendah. Virus yang menyebabkan SARS tak dapat bertahan lama di kondisi lingkungan yang suhunya tinggi hingga 38 derajat selsius dan kelembaban tinggi (>95%).
Hingga kini belum diketahui secara pasti alasan Indonesia dan beberapa negara di Afrika seperti tak tersentuh. Namun para peneliti terus mempelajari berbagai kemungkinan yang ada mulai dari faktor lingkungan, demografis, fisiologis hingga genetik.
Ahli kesehatan masyarakat mengatakan ada tiga kemungkinan skenario bagaimana akhir dari wabah virus corona ini.
Pertama, virus dapat dikendalikan dengan intervensi kesehatan masyarakat pada umumnya. Skenario kedua adalah vaksin dan obat yang melawan virus ini ditemukan. Ketiga yang paling mungkin adalah virus ini akan jinak dengan sendirinya dan menjadi penyakit musiman seperti flu biasa.
Bagaimanapun juga kita berharap Indonesia tetap aman dari serangan virus ini dan wabah akan segera mereda.
(dru)
Pages
Most Popular