Bikin Anies 'Diserang' Bertubi-tubi, Apa Sih Formula E?
21 February 2020 14:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan ini, Formula E menjadi topik utama perbincangan di kalangan publik Tanah Air. Salah satu pemicunya adalah rentetan kritik terhadap keputusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang akan menggelar balapan tersebut pada 6 Juni 2020 di kawasan Monumen Nasional, Jakarta.
Terbaru, kritik disampaikan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dalam sebuah acara di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta, Rabu (19/2/2020).
"Nah, Gubernur DKI ini tahu apa tidak, kenapa sih kalau mau bikin Formula E itu, kenapa sih harus di situ (di Monas)? Kenapa sih nggak di tempat lain? Kan begitu, peraturan itu ya peraturan, kalian juga mesti tahu jangan sampai melanggar peraturan," ujarnya seperti dilansir detik.com.
Selain Megawati, kritik juga dilayangkan oleh Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP Prasetio Edi Marsudi yang menilai Anies lebih baik fokus bekerja ketimbang memikirkan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI 2024-2029.
Sedangkan mantan pasangan Anies, Sandiaga Salahuddin Uno, mengusulkan agar lebih baik DKI Jakarta menggelar gokart listrik. Sandi menyebut hal itu saat mengunjungi Jepang, beberapa waktu yang lalu.
Lalu, apa itu balapan Formula E?
Mengutip dari laman resmi Formula E, Jumat (21/2/2020), ajang ini merupakan balapan dengan menggunakan mobil listrik. Tujuan penyelenggaraannya adalah untuk menunjukkan potensi kendaraan listrik dan energi alternatif via motor sport.
Formula E digagas oleh trio Alejandro Agag, Jean Todt, dan Antonio Tajani. Gagasan itu lahir dari sebuah makan malam di Paris, 3 Maret 2011. Mereka bertekad untuk menciptakan seri balap mobil listrik yang diadakan di jalan-jalan di kota-kota terkemuka di dunia.
Musim pertama pun dimulai di Beijing, China, pada September 2014. Seri pertama dimenangi oleh mantan pembalap F1 asal Jerman, yaitu Nick Heidfeld.
Tiga tahun berselang, seri balap Formula E digelar di Paris. Di kota yang menjadi awal mula gagasan balapan itu diapungkan, Alejandro mengaku senang dengan perkembangan Formula E.
"Formula E ingin membawa balapan di jalan-jalan perkotaan dengan cara yang berbeda kepada para penggemar," ujar Alejandro yang kini menjabat sebagai Chairman Formula E Holdings.
Sementara itu, Presiden FIA Jean Todt mengungkapkan Formula E merupakan pertunjukan sempurna teknologi kendaraan listrik terbaru. Ia pun mengklaim Formula E terus menarik minat masyarakat dunia terhadap mobilitas berbekal energi bersih.
Lalu, bagaimana perlombaan Formula E itu sendiri?
Masih dari laman resmi Formula E, balapan itu diikuti oleh 12 tim dan masing-masing dua pembalap. Semua lomba dimulai dengan dua sesi latihan di pagi hari. Sesi kualifikasi berlangsung di kemudian hari dan berlangsung sekitar satu jam.
Para pembalap dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari lima atau enam dengan masing-masing kelompok memiliki enam menit untuk mencatatkan waktu terbaik. Sejak musim kedua, enam pembalap tercepat kemudian bertarung lagi, satu demi satu dalam format Super Pole untuk menentukan enam posisi start teratas.
Perlombaan sendiri berlangsung selama 45 menit ditambah satu lap. Hingga musim keempat, pembalap hanya punya kewajiban satu kali pit stop untuk mengganti mobil. Dua orang kru pit membantu pengemudi untuk mengganti sabuk pengaman. Kemudian untuk alasan keamanan ada waktu minimum yang diperlakukan untuk pit stop yang berbeda dari trek ke trek.
Sedangkan untuk penggantian ban tidak diizinkan selama pit stop kecuali ada kerusakan. Dalam balapan, daya maksimum mobil dibatasi hingga 200 kW atau lebih rendah dibandingkan kualifikasi 250 kW.
Untuk penghitungan poin, hanya 10 pembalap yang dapat memperoleh angka dimulai dari 25 (juara), 18, 15, 12, 10, 10, 8, 6, 4, 2, dan 1. Tiga poin juga diberikan kepada pengemudi yang sukses mengamankan pole position. Sementara pengemudi yang membukukan waktu tercepat per lap, menerima tambahan dua poin (selama dua musim pertama). Pada akhir musim, pengemudi dan tim yang menjadi juara adalah mereka yang memperoleh poin terbanyak.
Ada hal unik dalam Formula E, yaitu ada fitur "Attack Mode". Melalui fitur itu, setiap pembalap mendapat tambahan 25 kW melalui area yang ditentukan di sirkuit. Durasi dan jumlah "Attack Mode" yang tersedia ditentukan sesaat setiap balapan oleh FIA.
Tujuannya adalah untuk menghentikan tim memasukkannya ke dalam strategi bakapan. Semua "Attack Mode" harus diaktifkan pada akhir lomba. Mulai musim keenam, jika ada kendaraan yang mengalami kecelakaan, "Attack Mode" tidak diizinkan untuk diaktifkan.
Khusus untuk mobil, Formula E menggunakan kendaraan racikan Renault. Mulai musim 2018-2019, ada kemajuan teknologi yang signifikan dibandingkan sasis sebelumnya, yaitu Spark-Renault SRT 01E. Output daya pun naik dari 200 kW menjadi 250 kW. Sementara kecepatan tertinggi juga naik ke level sekitar 280 km/jam.
Mobil-mobil untuk balapan juga dilengkapi oleh Halo, sebuah jangkar pengaman berbentuk T yang dirancang untuk melindungi kepala pembalap dari tabrakan. Sementara itu Michelin tetap bertindak sebagai pemasok ban untuk segala jenis cuaca balapan.
(miq/dru)
Terbaru, kritik disampaikan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dalam sebuah acara di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta, Rabu (19/2/2020).
"Nah, Gubernur DKI ini tahu apa tidak, kenapa sih kalau mau bikin Formula E itu, kenapa sih harus di situ (di Monas)? Kenapa sih nggak di tempat lain? Kan begitu, peraturan itu ya peraturan, kalian juga mesti tahu jangan sampai melanggar peraturan," ujarnya seperti dilansir detik.com.
Selain Megawati, kritik juga dilayangkan oleh Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP Prasetio Edi Marsudi yang menilai Anies lebih baik fokus bekerja ketimbang memikirkan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI 2024-2029.
Sedangkan mantan pasangan Anies, Sandiaga Salahuddin Uno, mengusulkan agar lebih baik DKI Jakarta menggelar gokart listrik. Sandi menyebut hal itu saat mengunjungi Jepang, beberapa waktu yang lalu.
Lalu, apa itu balapan Formula E?
Mengutip dari laman resmi Formula E, Jumat (21/2/2020), ajang ini merupakan balapan dengan menggunakan mobil listrik. Tujuan penyelenggaraannya adalah untuk menunjukkan potensi kendaraan listrik dan energi alternatif via motor sport.
Formula E digagas oleh trio Alejandro Agag, Jean Todt, dan Antonio Tajani. Gagasan itu lahir dari sebuah makan malam di Paris, 3 Maret 2011. Mereka bertekad untuk menciptakan seri balap mobil listrik yang diadakan di jalan-jalan di kota-kota terkemuka di dunia.
Musim pertama pun dimulai di Beijing, China, pada September 2014. Seri pertama dimenangi oleh mantan pembalap F1 asal Jerman, yaitu Nick Heidfeld.
Tiga tahun berselang, seri balap Formula E digelar di Paris. Di kota yang menjadi awal mula gagasan balapan itu diapungkan, Alejandro mengaku senang dengan perkembangan Formula E.
"Formula E ingin membawa balapan di jalan-jalan perkotaan dengan cara yang berbeda kepada para penggemar," ujar Alejandro yang kini menjabat sebagai Chairman Formula E Holdings.
Sementara itu, Presiden FIA Jean Todt mengungkapkan Formula E merupakan pertunjukan sempurna teknologi kendaraan listrik terbaru. Ia pun mengklaim Formula E terus menarik minat masyarakat dunia terhadap mobilitas berbekal energi bersih.
Lalu, bagaimana perlombaan Formula E itu sendiri?
Masih dari laman resmi Formula E, balapan itu diikuti oleh 12 tim dan masing-masing dua pembalap. Semua lomba dimulai dengan dua sesi latihan di pagi hari. Sesi kualifikasi berlangsung di kemudian hari dan berlangsung sekitar satu jam.
Para pembalap dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari lima atau enam dengan masing-masing kelompok memiliki enam menit untuk mencatatkan waktu terbaik. Sejak musim kedua, enam pembalap tercepat kemudian bertarung lagi, satu demi satu dalam format Super Pole untuk menentukan enam posisi start teratas.
Perlombaan sendiri berlangsung selama 45 menit ditambah satu lap. Hingga musim keempat, pembalap hanya punya kewajiban satu kali pit stop untuk mengganti mobil. Dua orang kru pit membantu pengemudi untuk mengganti sabuk pengaman. Kemudian untuk alasan keamanan ada waktu minimum yang diperlakukan untuk pit stop yang berbeda dari trek ke trek.
Sedangkan untuk penggantian ban tidak diizinkan selama pit stop kecuali ada kerusakan. Dalam balapan, daya maksimum mobil dibatasi hingga 200 kW atau lebih rendah dibandingkan kualifikasi 250 kW.
Untuk penghitungan poin, hanya 10 pembalap yang dapat memperoleh angka dimulai dari 25 (juara), 18, 15, 12, 10, 10, 8, 6, 4, 2, dan 1. Tiga poin juga diberikan kepada pengemudi yang sukses mengamankan pole position. Sementara pengemudi yang membukukan waktu tercepat per lap, menerima tambahan dua poin (selama dua musim pertama). Pada akhir musim, pengemudi dan tim yang menjadi juara adalah mereka yang memperoleh poin terbanyak.
![]() |
Ada hal unik dalam Formula E, yaitu ada fitur "Attack Mode". Melalui fitur itu, setiap pembalap mendapat tambahan 25 kW melalui area yang ditentukan di sirkuit. Durasi dan jumlah "Attack Mode" yang tersedia ditentukan sesaat setiap balapan oleh FIA.
Tujuannya adalah untuk menghentikan tim memasukkannya ke dalam strategi bakapan. Semua "Attack Mode" harus diaktifkan pada akhir lomba. Mulai musim keenam, jika ada kendaraan yang mengalami kecelakaan, "Attack Mode" tidak diizinkan untuk diaktifkan.
Khusus untuk mobil, Formula E menggunakan kendaraan racikan Renault. Mulai musim 2018-2019, ada kemajuan teknologi yang signifikan dibandingkan sasis sebelumnya, yaitu Spark-Renault SRT 01E. Output daya pun naik dari 200 kW menjadi 250 kW. Sementara kecepatan tertinggi juga naik ke level sekitar 280 km/jam.
Mobil-mobil untuk balapan juga dilengkapi oleh Halo, sebuah jangkar pengaman berbentuk T yang dirancang untuk melindungi kepala pembalap dari tabrakan. Sementara itu Michelin tetap bertindak sebagai pemasok ban untuk segala jenis cuaca balapan.
Artikel Selanjutnya
Sempat Dilarang, Setneg Restui Anies Gelar Formula E di Monas
(miq/dru)