
Semen RI Over Supply, Bos BUMN Cerita Vietnam yang Komunis
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
18 February 2020 20:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Semen Indonesia Group, Hendi Priyo Santoso, menyampaikan sejumlah keluhan ke DPR. Di antara keluhan tersebut, dia ingin agar tak ada lagi pembangunan pabrik semen baru dan revisi aturan impor semen.
"Wakil rakyat yang kami hormati, yang kami hadapi adalah kondisi over supply akibat over capacity daripada kapasitas terpasang. Karena industrinya tidak dibatasi," ujarnya di ruang rapat Komisi VI DPR RI, Selasa (18/2/20).
Dia memberikan perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dengan di negara lain. Dia menyebut, sejumlah negara lain memang juga mengalami kapasitas produksi semen berlebih, namun ada kebijakan ini yang diambil sebagai solusi.
"Aspirasi kami adalah seperti yang kami alami di Vietnam, sebuah rezim komunis saja itu sudah punya aturan tidak buka izin pabrik baru selama kondisi nasionalnya masih dalam tahapan over capacity. Dia akan buka pasarnya kalau over capacity nya tinggal 5%," bebernya.
"Di kami sekarang over capacity nasionalnya masih 45% tapi pasarnya belum ditutup, izin pabrik baru masih saja terjadi," keluhnya.
Ia meminta dukungan legislatif untuk menerapkan moratorium pendirian pabrik baru oleh BKPM dan Pemda. Selain itu, dia juga meminta agar Permendag No 7/2017 tentang impor semen direvisi.
"Dengan over capacity, kami sudah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan nasional," tegasnya.
Ia juga meminta izin galian C yang selama ini di bawah wewenang Pemda, bisa dikoordinasikan dengan Kementerian ESDM. Selama ini, izin tersebut jadi biang kerok yang mendorong pabrik-pabrik semen baru terus bermunculan..
"Karena selama ini tidak ada koordinasi regulasi untuk izin galian C. Galian C ini pertambangan untuk bahan baku biasanya kita menambang bahan baku tanah liat maupun batu kapur. Jadi strategi yang dipakai oleh pemain pemain baru yang invasi pasar Indonesia adalah mereka direct kepada Pemda," imbuhnya.
Hendi juga mengeluhkan tantangan lain berupa kondisi global. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta merebaknya virus corona dinilai berdampak pada industri semen Indonesia.
"Adanya perlambatan ekonomi secara global. Yang dipicu oleh resesi dunia akibat trade war China dengan Amerika, Eropa dengan Amerika dan pada saat ini yang terakhir, kita ketahui Virus yang terjadi di China. Sehingga pasar semen naik dalam negeri maupun ekspor semakin melemah," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Ironi! RI Kecanduan Aspal Impor, Semen Kelebihan Pasokan
"Wakil rakyat yang kami hormati, yang kami hadapi adalah kondisi over supply akibat over capacity daripada kapasitas terpasang. Karena industrinya tidak dibatasi," ujarnya di ruang rapat Komisi VI DPR RI, Selasa (18/2/20).
Dia memberikan perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dengan di negara lain. Dia menyebut, sejumlah negara lain memang juga mengalami kapasitas produksi semen berlebih, namun ada kebijakan ini yang diambil sebagai solusi.
"Aspirasi kami adalah seperti yang kami alami di Vietnam, sebuah rezim komunis saja itu sudah punya aturan tidak buka izin pabrik baru selama kondisi nasionalnya masih dalam tahapan over capacity. Dia akan buka pasarnya kalau over capacity nya tinggal 5%," bebernya.
"Di kami sekarang over capacity nasionalnya masih 45% tapi pasarnya belum ditutup, izin pabrik baru masih saja terjadi," keluhnya.
Ia meminta dukungan legislatif untuk menerapkan moratorium pendirian pabrik baru oleh BKPM dan Pemda. Selain itu, dia juga meminta agar Permendag No 7/2017 tentang impor semen direvisi.
"Dengan over capacity, kami sudah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan nasional," tegasnya.
Ia juga meminta izin galian C yang selama ini di bawah wewenang Pemda, bisa dikoordinasikan dengan Kementerian ESDM. Selama ini, izin tersebut jadi biang kerok yang mendorong pabrik-pabrik semen baru terus bermunculan..
"Karena selama ini tidak ada koordinasi regulasi untuk izin galian C. Galian C ini pertambangan untuk bahan baku biasanya kita menambang bahan baku tanah liat maupun batu kapur. Jadi strategi yang dipakai oleh pemain pemain baru yang invasi pasar Indonesia adalah mereka direct kepada Pemda," imbuhnya.
Hendi juga mengeluhkan tantangan lain berupa kondisi global. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta merebaknya virus corona dinilai berdampak pada industri semen Indonesia.
"Adanya perlambatan ekonomi secara global. Yang dipicu oleh resesi dunia akibat trade war China dengan Amerika, Eropa dengan Amerika dan pada saat ini yang terakhir, kita ketahui Virus yang terjadi di China. Sehingga pasar semen naik dalam negeri maupun ekspor semakin melemah," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Ironi! RI Kecanduan Aspal Impor, Semen Kelebihan Pasokan
Most Popular