Arcandra Tahar Buka-bukaan Soal RI Kecanduan Impor Migas

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
17 February 2020 13:24
Arcandra buka-bukaan soal sebab RI kecanduan impor migas dan strategi untuk genjot produksi
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemenuhan kebutuhan minyak Indonesia masih tergantung oleh impor. Mantan Wakil Menteri 2016 - 2019 ESDM Arcandra Tahar memaparkan beberapa strategi yang bisa digunakan agar pemenuhan kebutuhan dari impor bisa digantikan dengan supply domestik.

Upaya pertama yang bisa dilakukan di hulu migas yakni melalui enhanced oil recovery (EOR) untuk jangka pendek dan eksplorasi di jangka panjang sehingga bisa mensupply kilang. Dengan masifnya pembangunan kilang, imbuhnya, akan berdampak dengan pengurangan impor bahan bakar minyak (BBM) tapi impor crude bertambah.

"Strategi selanjutnya adalah dengan kendaraan listrik, energi listrik tidak pernah impor, karena disupply oleh domestik. Kalau andalkan migas kita butuh impor crude dan BBM," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) Badan Anggaran DPR RI, Senin, (17/02/2020).

Lebih lanjut Arcandra kembali menekankan, untuk jangka panjang eksplorasi menjadi jalan keluar. Dirinya menerangkan tahun 2013 ada 5 blok yang diambil investor, tahun 2018 sebanyak 8 blok, tahun 2015 dan 2016 tidak ada, tahun 2018 sebanyak 9 blok. "Tahun 2019 sampai saya berakhir dapat 3," imbuhnya.



Menurutnya banyak yang menyebut tidak adanya minat investasi tahun 2015 dan 2016 karena turunnya harga minyak. Arcandra membantah hal ini, menurutnya dengan turunnya harga minyak semestinya minat investasi semakin meningkat.

Kondisi objekstif di Indonesia terangnya, untuk melakukan eksplorasi membutuhkan waktu 6-10 tahun dengan succes rasio di bawah 20%. Sehingga dalam 5-10 kali kemungkinan berhasilnya hanya 2.



Setelah sukses eksplorasi dibutuhkan waktu untuk development selama 5-10 tahun lagi.Sehingga efek jangka panjang baru bisa dinikmati dalam jangka 15-20 tahun."Bagaimana dengan negara lain rata-rata ekplorasi negara lain 5-10 tahun, kita jauh lebih lama. Banyak isu sosial tekhnologi, dan kita menerima tekhnologi baru," terangnya.

Arcandra menyangkan dana eksplorasi yang terbilang masih kecil, yakni sebesar US$ 5 juta per tahun atau Rp 65-70 miliar. Dengan anggaran Rp 70 miliar. "Untuk seismik saja sudah habis, lalu drilling US$60 juta," jelasnya.

Sementara Wakil Ketua IATMI Hadi Ismoyo menyaranan lima kunci untuk meningkatkan produksi minyak, sehingga dirinya optimis target SKK Migas untuk 1 juta barel per hari bisa tercapai di tahun 2030. Pertama melalui eksplorasi, EOR, well work program, surface optimization, dan POD speed up for discoveries undevelopedment dan marginal field.

Di luar lima kunci ini, dirinya juga menyarankan konversi gas ke oil. "Kita penghasil gas daripada oil, 100 TCF, salah satunya Natuna," terangnya.


[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Kenapa Tesla Pilih India? Ini Kata Eks Wamen ESDM Arcandra

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular