
China Pasok Sajadah Impor ke RI, Importir Kini Kelabakan
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
11 February 2020 14:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan pengendalian impor tekstil dan produk tekstil (TPT) akhir 2019 lalu mulai terasa dampaknya pada awal 2020. Pelaku usaha importir yang biasa mengimpor produk tekstil jadi mulai mengeluh.
Wasekjen III Gabungan Importir Indonesia (Ginsi) bidang bidang ekonomi, industri dan perdagangan Bob Budiman mengatakan salah satu contoh adalah produk impor sajadah dan karpet asal China.
Ia mengeluh soal peraturan yang dibuat oleh menteri perdagangan telah menghambat impor sajadah dan karpet. Intinya perusahaan pemegang izin importir umum maupun produsen harus melibatkan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya dan harus menyampaikan izin IKM bersangkutan ke kementerian perdagangan.
Peraturan itu tertuang pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.77/2019 tentang Perubahan Kedua Atas Permendag No.85/2015 tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil. Permendag ini merupakan revisi atas perubahan pertama Permendag No.85/2015 yang tercantum dalam Permendag No.64/2017.
"Impor sudah terhambat sejak awal Januari 2020," kata Bob kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/2)
Pada 2018, BPS mencatat impor sajadah non katun totalnya mencapai US$ 1,881 juta atau sekitar Rp 26 miliar dengan volume 893,3 ton, China sebagai satu-satunya negara pemasok. Jumlah ini paling tertinggi setidaknya dalam 3 tahun sebelumnya, pada 2016 impor sajadah non katun hanya US$ 110,46 ribu sekitar Rp 1,5 miliar dengan berat 109,2 ton. Pada 2017 sempat naik menjadi Rp 6,6 miliar. Pemasok sajadah negara lain dalam jumlah sedikit antara lain UEA, Arab Saudi, Turki dan Maroko.
Selain sajadah, impor karpet lantai juga masih didominasi dari China, dari pemasok lain seperti India. Impor karpet lantai juga dalam tren meningkat pada 2016 masih Rp 320,9 juta, lalu pada 2018 melonjak jadi Rp 12,12 miliar.
Dewan Penasihat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan industri dalam negeri sudah bisa membuat dan memasok sajadah dan karpet. Industrinya tersebar di Jawa Barat.
"Industrinya ada di Majalaya (Bandung), pabriknya juga ada di Gedebage Bandung dan banyak lagi," kata Ade kepada ( , Selasa (11/2).
(hoi/hoi) Next Article Banjir Impor Tekstil, Mendag Ungkap Fakta Mengejutkan
Wasekjen III Gabungan Importir Indonesia (Ginsi) bidang bidang ekonomi, industri dan perdagangan Bob Budiman mengatakan salah satu contoh adalah produk impor sajadah dan karpet asal China.
Ia mengeluh soal peraturan yang dibuat oleh menteri perdagangan telah menghambat impor sajadah dan karpet. Intinya perusahaan pemegang izin importir umum maupun produsen harus melibatkan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya dan harus menyampaikan izin IKM bersangkutan ke kementerian perdagangan.
Pilihan Redaksi |
Peraturan itu tertuang pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.77/2019 tentang Perubahan Kedua Atas Permendag No.85/2015 tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil. Permendag ini merupakan revisi atas perubahan pertama Permendag No.85/2015 yang tercantum dalam Permendag No.64/2017.
"Impor sudah terhambat sejak awal Januari 2020," kata Bob kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/2)
Pada 2018, BPS mencatat impor sajadah non katun totalnya mencapai US$ 1,881 juta atau sekitar Rp 26 miliar dengan volume 893,3 ton, China sebagai satu-satunya negara pemasok. Jumlah ini paling tertinggi setidaknya dalam 3 tahun sebelumnya, pada 2016 impor sajadah non katun hanya US$ 110,46 ribu sekitar Rp 1,5 miliar dengan berat 109,2 ton. Pada 2017 sempat naik menjadi Rp 6,6 miliar. Pemasok sajadah negara lain dalam jumlah sedikit antara lain UEA, Arab Saudi, Turki dan Maroko.
Selain sajadah, impor karpet lantai juga masih didominasi dari China, dari pemasok lain seperti India. Impor karpet lantai juga dalam tren meningkat pada 2016 masih Rp 320,9 juta, lalu pada 2018 melonjak jadi Rp 12,12 miliar.
Dewan Penasihat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan industri dalam negeri sudah bisa membuat dan memasok sajadah dan karpet. Industrinya tersebar di Jawa Barat.
"Industrinya ada di Majalaya (Bandung), pabriknya juga ada di Gedebage Bandung dan banyak lagi," kata Ade kepada ( , Selasa (11/2).
(hoi/hoi) Next Article Banjir Impor Tekstil, Mendag Ungkap Fakta Mengejutkan
Most Popular