
Internasional
Bom Iran Ini Sebabkan 100 Tentara AS Cedera Otak
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
11 February 2020 13:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 100 tentara Amerika Serikat (AS) dikabarkan mengalami cedera otak. Sebagaimana dilaporkan Reuters, mereka terluka saat rudal Irak yakni Katyusha menyerang dan membombardir Pangkalan Militer AS di Irak, 8 Januari 2020 lalu.
Katyusha sendiri merupakan roket artileri buatan Uni Soviet. Mengutip globalsecurity, roket ini pernah menjadi senjata rahasia saat Perang Dunia berlangsung di tahun 1939.
Pembuatnya bernama Georgy Langemak. Katyusha berukuran kecil dan memiliki akurasi yang rendah, tapi berdaya ledak yang tinggi.
Rudal ini biasa digunakan Iran dan milisinya yang berbasis di Irak. Jarak tembak Katyusha sejauh 20,4 km.
Sebelumnya dalam laporan eksklusif-nya, Reuters mengonfirmasi semakin banyak tentara AS yang terluka karena serangan balasan Iran. Dari sumber pejabat AS media tersebut mengatakan angka korban bahkan naik 50% dari laporan Pentagon yang hanya 64 orang.
Gejala luka yang mereka derita bukan hanya sakit kepala. Tapi juga pusing, sensitivitas yang meningkat pada cahaya hingga mual.
Sayangnya Pentagon menolak berkomentar soal hal ini. Meski sebelumnya sempat mengatakan kemungkinan peningkatan korban bisa terus bertambah sesuai dengan laporan para tentara.
Sebelumnya, Iran membombardir dua pangkalan militer AS di Irak sebagai balasan atas kematian Jenderal Iran Qasem Soleimani. Militer AS menyerang konvoi Soleimani di Baghdad, 3 Januari lalu.
Dalam konferensi pers-nya Presiden AS Donald Trump sempat menyebut luka pada tentara hanya sakit kepala biasa. Ini memicu kritik keras dari anggota parlemen dan veteran AS.
Sejak tahun 2000, sekitar 408.000 tentara AS menderita cedera otak. Berbagai kelompok kesehatan dan medis di AS selama bertahun-tahun telah berupaya meningkatkan kesadaran soal betapa seriusnya hal ini, termasuk gegar otak.
(sef/sef) Next Article Antisipasi Perang, Iran Pamerkan Rudal Canggih Raad 500
Katyusha sendiri merupakan roket artileri buatan Uni Soviet. Mengutip globalsecurity, roket ini pernah menjadi senjata rahasia saat Perang Dunia berlangsung di tahun 1939.
Rudal ini biasa digunakan Iran dan milisinya yang berbasis di Irak. Jarak tembak Katyusha sejauh 20,4 km.
Sebelumnya dalam laporan eksklusif-nya, Reuters mengonfirmasi semakin banyak tentara AS yang terluka karena serangan balasan Iran. Dari sumber pejabat AS media tersebut mengatakan angka korban bahkan naik 50% dari laporan Pentagon yang hanya 64 orang.
Gejala luka yang mereka derita bukan hanya sakit kepala. Tapi juga pusing, sensitivitas yang meningkat pada cahaya hingga mual.
Sayangnya Pentagon menolak berkomentar soal hal ini. Meski sebelumnya sempat mengatakan kemungkinan peningkatan korban bisa terus bertambah sesuai dengan laporan para tentara.
Sebelumnya, Iran membombardir dua pangkalan militer AS di Irak sebagai balasan atas kematian Jenderal Iran Qasem Soleimani. Militer AS menyerang konvoi Soleimani di Baghdad, 3 Januari lalu.
Dalam konferensi pers-nya Presiden AS Donald Trump sempat menyebut luka pada tentara hanya sakit kepala biasa. Ini memicu kritik keras dari anggota parlemen dan veteran AS.
Sejak tahun 2000, sekitar 408.000 tentara AS menderita cedera otak. Berbagai kelompok kesehatan dan medis di AS selama bertahun-tahun telah berupaya meningkatkan kesadaran soal betapa seriusnya hal ini, termasuk gegar otak.
(sef/sef) Next Article Antisipasi Perang, Iran Pamerkan Rudal Canggih Raad 500
Most Popular