
Di Balik Laporan Terbaru Moody's Soal Indonesia, Kacau!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 February 2020 12:29

Hal lain yang juga jadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi RI adalah kualitas tenaga kerja yang masih rendah dilihat dari tingkat pendidikan dan kesehatan dan adanya ketidakcocokan antara kemampuan yang dimiliki dengan yang dibutuhkan pasar.
Namun Moody’s memprediksi, inisiatif ini hanya akan menyelesaikan masalah struktural secara perlahan. Sementara pertumbuhan produktivitas masih akan rendah dan sensitivitas terhadap siklus komoditas masih tinggi.
Saat ini pemerintah memang sedang melakukan inisiatif untuk mereformasi hal ini seperti membangun infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas dan deregulasi untuk menarik investasi.
Di periode yang kedua, pemerintah saat ini fokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM), melalui sektor pendidikan dan kesehatan.
Selain itu pemerintah juga terus berupaya untuk membuat iklim di Indonesia lebih ramah terhadap dunia bisnis dengan melakukan pemangkasan kebijakan dan prosedur serta pemberian insentif pajak.
Bahkan pemerintah kemungkinan mengalami dilema untuk meningkatkan pendapatan dan melakukan reformasi fiskal guna menarik minat investasi para investor.
Lagi-lagi Moody’s menyoroti hal ini dan Moody’s memperkirakan jika hal ini berhasil diimplementasikan, maka dampaknya baru akan terlihat secara bertahap. Namun jika reformasi ini gagal atau malah molor maka perekonomian RI akan kena risikonya.
Selain dua faktor di atas yang disorot oleh Moody’s, ada dua faktor lain yaitu faktor lingkungan dan pemerintahan. Moody’s menilai risiko bisa datang dari faktor lingkungan memgingat Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana alam seperti banjir, kenaikan muka air laut, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi.
Ini tentu menjadi risiko untuk profil kredit Indonesia karena dampaknya bisa sangat meluas mulai dari trunnya produksi pertanian, kerusakan pada infrastruktur dan properti hingga masalah keamanan pangan.
Selain itu, walau dari segi pemerintahan Indonesia menunjukkan adanya perbaikan. Namun berdasarkan Worldwide Governance Indicators, penegakan hukum di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan standard global.
Ada dua kesimpulan yang diambil oleh Moody’s terkait faktor yang berpotensi menurunkan rating dan outlook surat utang RI. Pertama, jika reformasi yang dicanangkan pemerintah saat ini tak berjalan atau bahkan mengalami kemundurun. Kedua adalah jika ada perubahan kondisi eksternal yang menyebabkan depresiasi nilai tukar serta adanya aliran dana keluar (capital outflow).
Jadi jangan bangga dulu ya kalau Indonesia dinobatkan sebagai negara layak investasi. Soalnya banyak juga rentetan catatan yang menunjukkan Indonesia masih rentan terhadap shock eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi profil kredit RI.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/dru)
Namun Moody’s memprediksi, inisiatif ini hanya akan menyelesaikan masalah struktural secara perlahan. Sementara pertumbuhan produktivitas masih akan rendah dan sensitivitas terhadap siklus komoditas masih tinggi.
Saat ini pemerintah memang sedang melakukan inisiatif untuk mereformasi hal ini seperti membangun infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas dan deregulasi untuk menarik investasi.
Selain itu pemerintah juga terus berupaya untuk membuat iklim di Indonesia lebih ramah terhadap dunia bisnis dengan melakukan pemangkasan kebijakan dan prosedur serta pemberian insentif pajak.
Bahkan pemerintah kemungkinan mengalami dilema untuk meningkatkan pendapatan dan melakukan reformasi fiskal guna menarik minat investasi para investor.
Lagi-lagi Moody’s menyoroti hal ini dan Moody’s memperkirakan jika hal ini berhasil diimplementasikan, maka dampaknya baru akan terlihat secara bertahap. Namun jika reformasi ini gagal atau malah molor maka perekonomian RI akan kena risikonya.
Selain dua faktor di atas yang disorot oleh Moody’s, ada dua faktor lain yaitu faktor lingkungan dan pemerintahan. Moody’s menilai risiko bisa datang dari faktor lingkungan memgingat Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana alam seperti banjir, kenaikan muka air laut, gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi.
Ini tentu menjadi risiko untuk profil kredit Indonesia karena dampaknya bisa sangat meluas mulai dari trunnya produksi pertanian, kerusakan pada infrastruktur dan properti hingga masalah keamanan pangan.
Selain itu, walau dari segi pemerintahan Indonesia menunjukkan adanya perbaikan. Namun berdasarkan Worldwide Governance Indicators, penegakan hukum di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan standard global.
Ada dua kesimpulan yang diambil oleh Moody’s terkait faktor yang berpotensi menurunkan rating dan outlook surat utang RI. Pertama, jika reformasi yang dicanangkan pemerintah saat ini tak berjalan atau bahkan mengalami kemundurun. Kedua adalah jika ada perubahan kondisi eksternal yang menyebabkan depresiasi nilai tukar serta adanya aliran dana keluar (capital outflow).
Jadi jangan bangga dulu ya kalau Indonesia dinobatkan sebagai negara layak investasi. Soalnya banyak juga rentetan catatan yang menunjukkan Indonesia masih rentan terhadap shock eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi profil kredit RI.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular