
Aduh! Udah Ekonominya Loyo, Sektor Pertaniannya Lesu Pula
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 February 2020 11:08

Realisasi investasi di sektor pertanian pun bisa terbilang stagnan sejak tahun 2015. Nilai realisasi investasi untuk sektor pertanian dan peternakan pada 2015-2019, rata-rata 7,1% dari total realisasi investasi asing (PMA) maupun domestik (PMDN).
Dengan angka 7,1% porsinya terbilang kecil. Investasi terutama PMA yang secara jumlah lebih besar lebih banyak dialokasikan untuk sektor tersier seperti jasa perdagangan yang serapan tenaga kerjanya rendah alias lebih padat modal ketimbang padat karya. Walau nilai realisasi PMDN ke sektor ini terus meningkat dari tahun ke tahun, tetapi realisasi investasi PMA cenderung turun.
Hal ini terlihat dari realisasi PMDN yang naik 254% secara point to point pada 2015-2019, tetapi juga diikuti dengan penurunan realisasi investasi PMA sebesar 47% pada periode yang sama.
Hal ini membuat proporsi realisasi PMA terhadap PMDN semakin mengecil. Alhasil total realisasi investasi yang masuk ke sektor ini mengalami fluktuasi dan pertumbuhannya cenderung melambat.
Sebagai catatan, tahun lalu pertumbuhan total realisasi investasi di sektor pertanian hanya 6,8% (yoy) jauh lebih rendah dibanding tahun 2018 yang mencapai 23,5% (yoy).
Mendongkrak investasi di sektor pertanian adalah PR besar untuk pemerintahan Jokowi jilid II ke depan. Sektor pertanian merupakan sektor strategis yang sebenarnya perlu diprioritaskan, mengingat tak hanya serapan tenaga kerjanya saja yang tinggi tapi juga memiliki banyak potensi yang dapat memberikan nilai tambah terhadap perekonomian.
Jika saja banyak dana investasi yang masuk ke sektor ini, maka lapangan usaha pertanian tanah air tidak akan lesu. Serapan tenaga kerja di sektor ini tak terus menurun seperti sekarang ini, kesejahteraan petani juga dapat lebih terdongkrak bahkan impor yang jor-joran bisa ditekan.
Belum lagi banyak potensi komoditas pertanian RI yang jika digarap bisa memberi nilai tambah bagi perekonomian karena dapat diorientasikan untuk ekspor. Padahal jika dilakukan hilirisasi industri hasil pertanian, nilai tambahnya bagi perekonomian tentulah besar.
Contohnya saja adalah program Biodiesel (B30). Dengan program semacam ini, hasil pertanian yaitu sawit dan CPO dapat diolah lebih lanjut yang dapat menekan impor minyak dan juga diekspor. Dampak ke ekonominya pun juga bisa dirasakan, yaitu memperkecil defisit neraca dagang dan transaksi berjalan.
Ke depan perlu ada kebijakan-kebijakan semacam ini untuk sektor pertanian dan sektor-sektor lain yang padat karya, agar kontribusinya terhadap sektor real dan ekonomi lebih terasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Dengan angka 7,1% porsinya terbilang kecil. Investasi terutama PMA yang secara jumlah lebih besar lebih banyak dialokasikan untuk sektor tersier seperti jasa perdagangan yang serapan tenaga kerjanya rendah alias lebih padat modal ketimbang padat karya. Walau nilai realisasi PMDN ke sektor ini terus meningkat dari tahun ke tahun, tetapi realisasi investasi PMA cenderung turun.
Hal ini terlihat dari realisasi PMDN yang naik 254% secara point to point pada 2015-2019, tetapi juga diikuti dengan penurunan realisasi investasi PMA sebesar 47% pada periode yang sama.
Hal ini membuat proporsi realisasi PMA terhadap PMDN semakin mengecil. Alhasil total realisasi investasi yang masuk ke sektor ini mengalami fluktuasi dan pertumbuhannya cenderung melambat.
Sebagai catatan, tahun lalu pertumbuhan total realisasi investasi di sektor pertanian hanya 6,8% (yoy) jauh lebih rendah dibanding tahun 2018 yang mencapai 23,5% (yoy).
Mendongkrak investasi di sektor pertanian adalah PR besar untuk pemerintahan Jokowi jilid II ke depan. Sektor pertanian merupakan sektor strategis yang sebenarnya perlu diprioritaskan, mengingat tak hanya serapan tenaga kerjanya saja yang tinggi tapi juga memiliki banyak potensi yang dapat memberikan nilai tambah terhadap perekonomian.
Jika saja banyak dana investasi yang masuk ke sektor ini, maka lapangan usaha pertanian tanah air tidak akan lesu. Serapan tenaga kerja di sektor ini tak terus menurun seperti sekarang ini, kesejahteraan petani juga dapat lebih terdongkrak bahkan impor yang jor-joran bisa ditekan.
Belum lagi banyak potensi komoditas pertanian RI yang jika digarap bisa memberi nilai tambah bagi perekonomian karena dapat diorientasikan untuk ekspor. Padahal jika dilakukan hilirisasi industri hasil pertanian, nilai tambahnya bagi perekonomian tentulah besar.
Contohnya saja adalah program Biodiesel (B30). Dengan program semacam ini, hasil pertanian yaitu sawit dan CPO dapat diolah lebih lanjut yang dapat menekan impor minyak dan juga diekspor. Dampak ke ekonominya pun juga bisa dirasakan, yaitu memperkecil defisit neraca dagang dan transaksi berjalan.
Ke depan perlu ada kebijakan-kebijakan semacam ini untuk sektor pertanian dan sektor-sektor lain yang padat karya, agar kontribusinya terhadap sektor real dan ekonomi lebih terasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Most Popular