Drama Migor Masih Akan Berlanjut, Inflasi Aman?

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
11 February 2022 17:35
Petani Sawit
Foto: Petani Sawit

Jakarta, CNBC Indonesia - Tarik ulur harga dan pasokan minyak goreng diprediksi masih akan berlanjut. Padahal, minyak goreng tercatat masih jadi penyumbang inflasi di Indonesia. 

Bank Indonesia mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2022 tercatat sebesar 0,56% (mtm) atau 2,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,87% (yoy).

"Inflasi kelompok volatile food meningkat didorong tertahannya pasokan, seiring berlangsungnya periode tanam. Dan, kenaikan harga CPO di pasar global," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam keterangan pers, Kamis (10/2/2022).

Lonjakan harga CPO kemudian berdampak pada kenaikan harga minyak goreng, sehingga pemerintah harus mengintervensi dengan menetapkan harga eceran tertinggi (HET). Namun, menurut temuan Satgas Pangan Polri, pasokan yang tersendat menyebabkan harga di pasar masih sulit mengikuti HET.

Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) dan Komite Pendayagunaan Pertanian Khudori mengatakan, minyak goreng (migor) memang sudah jadi penyumbang inflasi pangan terbesar.

"Migor jadi penyumbang inflasi pangan sudah sejak Oktober tahun lalu. Ini konsekuensi kebijakan pemerintah yang menyerahkan harga minyak goreng sepenuhnya pada mekanisme pasar. Memang ada harga acuan yang diatur di Permendag 7/2020, tapi ini hanya sekadar acuan," kata Khudori kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/2/2022).

Bertahun-tahun, kata dia, harga acuan minyak goreng di level konsumen Rp11.000 per liter sudah tidak sesuai dengan kondisi pasar.

"Baru ketika harga CPO melejit lebih dua kali dari harga 2017-2018, pemerintah mencoba mengoreksi dengan membuat kebijakan DMO dan DPO. Tapi ini tidak mudah. Pabrikan sepertinya tidak mau kehilangan momentum mengeruk cuan," kata Khudori.

Ilustrasi pasar induk, Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Ilustrasi pasar induk, Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi pasar induk, Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)


Tarik-menarik soal harga minyak goreng ini, kata dia, kemungkinan masih akan berlangsung beberapa pekan mendatang.

"Kita masih akan melihat tarik menarik ini hingga beberapa minggu ke depan. Hari-hari ini harga minyak goreng belum banyak berubah meski kebijakan HET sudah berlaku 10-an hari," kata Khudori.

Tumbuh Rendah

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan tanaman pangan mengalami koreksi 2,04% secara yoy di kuartal-IV tahun 2021. Membaik dibandingkan kuartal-III yang anjlok 5,66% secara yoy.

Khudori mengatakan, pertumbuhan negatif di kuartal-IV merupakan kondisi situasional.

"Secara umum, tanaman pangan di kuartal-IV memang paceklik, ada panen tapi kecil. Jadi wajar tumbuh minus. Nanti di triwulan I dan II, juga III biasanya akan positif," ujarnya.

Hanya saja, lanjut dia, secara umum, sektor pertanian akan kembali normal.

"Meskipun demikian, secara umum, ketika ekonomi sudah mulai pulih dari pandemi, krisis atau resesi, sektor pertanian (secara umum) akan kembali ke 'habitat' lamanya. Yaitu, tumbuh rendah," ujarnya.

Selama bertahun-tahun, ujarnya, sektor pertanian itu hampir tak pernah tumbuh di atas pertumbuhan nasional.

"Tahun lalu misalnya, ketika ekonomi mulai pulih, pertanian hanya tumbuh 1,84%," kata Khudori.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News! BPS: Inflasi Februari 2023 Sebesar 0,16%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular