
Kenapa RI Evakuasi WNI dari China Pakai Batik Air?
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
06 February 2020 09:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan pemerintah menggunakan pesawat Batik Air milik Lion Air Group untuk mengevakuasi 238 WNI dari China pada Sabtu (1/2/2020) pekan lalu masih menyisakan pertanyaan.
Pertanyaan yang mengemuka adalah mengapa pemerintah tidak menggunakan pesawat milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA)?
Salah satu sosok yang melontarkan hal itu adalah mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Chappy Hakim. Hal itu disampaikan Chappy via akun Twitternya.
Pertanyaan serupa kembali mengemuka dalam rapat dengar pendapat antara Komisi V DPR RI dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di ruang rapat Komisi V DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Menanggapi hal itu, Budi Karya bahkan seolah pasang badan. Dia menjelaskan hal itu bukanlah kesalahan Batik Air maupun Garuda Indonesia.
"Tapi karena China memberikan izin kepada maskapai yang sudah memiliki izin di kota itu dan yang punya hanya Batik dan Sriwijaya. Garuda gak punya. Oleh karenanya, karena Sriwijaya gak memiliki pesawat wide body, kita tunjuk Batik. Alhamdulillah Batik setuju," ujarnya.
"Kalau mau [Lion Air Group] nolak, [bisa] nolak. Jadi kalau kasar-kasarnya itu setengah nginjek kaki," begitu Budi Karya mengibaratkan situasi yang dihadapi oleh pemerintah.
Tak lupa Budi Karya menyampaikan terima kasih kepada Lion Air. Sebab, dari sisi komersial, hal itu tentu tidak menguntungkan.
"Karena dia harus melakukan suatu penjelasan kepada masyarakat. Pesawatnya baru dipakai orang yang kena virus corona itu berat sekali. Nah proses ini panjang. Jadi di balik kejadian itu Kemenhub sangat intensif melakukan (pendekatan)."
"Bahkan menjelang itu saya ada di Batam, diskusi bagaimana proses pendaratan, bagaimana dari Batam menuju ke sana. Alhamdulillah kita sangat kompak dengan leading sector Kemenlu," ujar Budi Karya.
Dalam siaran persnya, Batik Air mengungkapkan soal layanan penerbangan rute Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten (CGK) tujuan Bandar Udara Internasional Tianhe Wuhan yang terletak di Distrik Huangpi, 26 kilometer utara dari pusat kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok (WUH).
Pesawat itu membawa 19 kru dan 30 tim medis, lepas landas dari Soekarno-Hatta pukul 13.00 waktu setempat (Waktu Indonesia Barat, GMT+ 07) dan dijadwalkan tiba di Tianhe Wuhan pada 19.00 waktu setempat (Time in Wuhan, Hubei, China Standard Time, GMT+ 08).
"Layanan operasional penerbangan bernomor ID-8618 adalah misi kemanusiaan bersama pemerintah dalam upaya mendukung program negara," kata Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro, dalam siaran pers.
Dia mengatakan armada Airbus 330-300CEO juga telah didukung atau memiliki peralatan yang dapat menyaring udara di dalam pesawat.
"Setelah pesawat tiba di Indonesia, sesuai SOP akan langsung masuk hangar (pusat perawatan pesawat) guna dilakukan pembersihan, sterilisasi dan perawatan. Untuk awak pesawat setelah selesai bertugas akan menjalani proses karantina kesehatan dalam tahapan pengawasan (monitoring)," kata Danang.
(tas/tas) Next Article Pesawat Batik Air Gagal Mendarat di Bandara Tujuan, Kenapa?
Pertanyaan yang mengemuka adalah mengapa pemerintah tidak menggunakan pesawat milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA)?
Salah satu sosok yang melontarkan hal itu adalah mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Chappy Hakim. Hal itu disampaikan Chappy via akun Twitternya.
![]() |
Menanggapi hal itu, Budi Karya bahkan seolah pasang badan. Dia menjelaskan hal itu bukanlah kesalahan Batik Air maupun Garuda Indonesia.
"Tapi karena China memberikan izin kepada maskapai yang sudah memiliki izin di kota itu dan yang punya hanya Batik dan Sriwijaya. Garuda gak punya. Oleh karenanya, karena Sriwijaya gak memiliki pesawat wide body, kita tunjuk Batik. Alhamdulillah Batik setuju," ujarnya.
"Kalau mau [Lion Air Group] nolak, [bisa] nolak. Jadi kalau kasar-kasarnya itu setengah nginjek kaki," begitu Budi Karya mengibaratkan situasi yang dihadapi oleh pemerintah.
Tak lupa Budi Karya menyampaikan terima kasih kepada Lion Air. Sebab, dari sisi komersial, hal itu tentu tidak menguntungkan.
"Karena dia harus melakukan suatu penjelasan kepada masyarakat. Pesawatnya baru dipakai orang yang kena virus corona itu berat sekali. Nah proses ini panjang. Jadi di balik kejadian itu Kemenhub sangat intensif melakukan (pendekatan)."
"Bahkan menjelang itu saya ada di Batam, diskusi bagaimana proses pendaratan, bagaimana dari Batam menuju ke sana. Alhamdulillah kita sangat kompak dengan leading sector Kemenlu," ujar Budi Karya.
Dalam siaran persnya, Batik Air mengungkapkan soal layanan penerbangan rute Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten (CGK) tujuan Bandar Udara Internasional Tianhe Wuhan yang terletak di Distrik Huangpi, 26 kilometer utara dari pusat kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok (WUH).
Pesawat itu membawa 19 kru dan 30 tim medis, lepas landas dari Soekarno-Hatta pukul 13.00 waktu setempat (Waktu Indonesia Barat, GMT+ 07) dan dijadwalkan tiba di Tianhe Wuhan pada 19.00 waktu setempat (Time in Wuhan, Hubei, China Standard Time, GMT+ 08).
![]() |
"Layanan operasional penerbangan bernomor ID-8618 adalah misi kemanusiaan bersama pemerintah dalam upaya mendukung program negara," kata Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro, dalam siaran pers.
Dia mengatakan armada Airbus 330-300CEO juga telah didukung atau memiliki peralatan yang dapat menyaring udara di dalam pesawat.
"Setelah pesawat tiba di Indonesia, sesuai SOP akan langsung masuk hangar (pusat perawatan pesawat) guna dilakukan pembersihan, sterilisasi dan perawatan. Untuk awak pesawat setelah selesai bertugas akan menjalani proses karantina kesehatan dalam tahapan pengawasan (monitoring)," kata Danang.
(tas/tas) Next Article Pesawat Batik Air Gagal Mendarat di Bandara Tujuan, Kenapa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular