
Ketika Depok & 5 Kota Lainnya Latah Mau Bangun LRT
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
05 February 2020 09:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Wacana pembangunan Lintas Rel Terpadu (LRT) atau Light Rail Transit (LRT) mulai mencuat di sejumlah daerah. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi bahkan mengungkapkan usulan pembangunan LRT dari beberapa daerah sudah sampai ke mejanya.
"Jadi ada 5 kota yang ingin LRT, Bandung, Surabaya, Makassar, Semarang dan Medan," ungkap Budi Karya Sumadi ketika ditemui di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Senin (3/2/20).
Selain 5 kota tersebut, Kota Depok juga mewacanakan membangun moda transportasi berbasis rel tersebut. Namun belum ada kejelasan mengenai jenis moda transportasi ini akan berupa LRT, monorel, atau KRL.
Namun yang jelas, rencana tersebut sudah diumumkan Wali Kota Depok Mohammad Idris. Informasi tersebut disampaikan melalui akun instagramnya pada 25 Januari 2020 lalu. Dikutip CNBC Indonesia pada Selasa (4/2/20), moda transportasi berbasis rel yang dirancang memiliki 4 koridor.
Keempat koridor tersebut, yakni koridor 1 sepanjang 10,8 km yang dimulai dari Transit Oriented Development (TOD) Pondok Cina sampai Stasiun LRT Cibubur. Koridor 2 sepanjang 16,7 km dari TOD Pondok Cina sampai Cinere dan akan terkoneksi dengan stasiun MRT Lebak Bulus.
Koridor 3 sepanjang 10,7 km mulai dari TOD Depok Baru sampai Bojongsari dan koridor 4 sepanjang 13,8 km mulai dari TOD Depok Baru sampai TOD Gunung Putri.
Dalam keterangan unggahan akun tersebut, dijelaskan bahwa rencana ini sudah dikombinasikan dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
"Dalam diskusi tersebut, salah satunya kami mengusulkan untuk membangun transportasi umum berbasi rel yang nantinya dapat terkoneksi dengan moda transportasi umum lainnya," tulis Idris.
"Jadi ada 5 kota yang ingin LRT, Bandung, Surabaya, Makassar, Semarang dan Medan," ungkap Budi Karya Sumadi ketika ditemui di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Senin (3/2/20).
Selain 5 kota tersebut, Kota Depok juga mewacanakan membangun moda transportasi berbasis rel tersebut. Namun belum ada kejelasan mengenai jenis moda transportasi ini akan berupa LRT, monorel, atau KRL.
Namun yang jelas, rencana tersebut sudah diumumkan Wali Kota Depok Mohammad Idris. Informasi tersebut disampaikan melalui akun instagramnya pada 25 Januari 2020 lalu. Dikutip CNBC Indonesia pada Selasa (4/2/20), moda transportasi berbasis rel yang dirancang memiliki 4 koridor.
![]() |
Keempat koridor tersebut, yakni koridor 1 sepanjang 10,8 km yang dimulai dari Transit Oriented Development (TOD) Pondok Cina sampai Stasiun LRT Cibubur. Koridor 2 sepanjang 16,7 km dari TOD Pondok Cina sampai Cinere dan akan terkoneksi dengan stasiun MRT Lebak Bulus.
Koridor 3 sepanjang 10,7 km mulai dari TOD Depok Baru sampai Bojongsari dan koridor 4 sepanjang 13,8 km mulai dari TOD Depok Baru sampai TOD Gunung Putri.
Dalam keterangan unggahan akun tersebut, dijelaskan bahwa rencana ini sudah dikombinasikan dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub)
"Dalam diskusi tersebut, salah satunya kami mengusulkan untuk membangun transportasi umum berbasi rel yang nantinya dapat terkoneksi dengan moda transportasi umum lainnya," tulis Idris.
Namun, di lain pihak, Menhub Budi Karya Sumadi menegaksan belum ada pengajuan pembangunan LRT dari Pemkot Depok. "[Usulan membangun LRT di] Depok malah belum masuk," urainya.
Sebelumnya, LRT yang sudah dibangun di sejumlah kota memang tak murah. Tercatat LRT Palembang atau LRT Sumatera Selatan sudah beroperasi. LRT Jakarta juga sudah beroperasi namun pembangunan fase berikutnya masih tanda tanya. LRT Jabodebek juga masih dalam tahap konstruksi dan belum beroperasi.
Budi Karya menegaskan ada banyak hal yang harus diperhatikan sebelum membangun LRT. Dia bahkan mengingatkan, jangan sampai proyek yang telah direncanakan nantinya tak jadi terealisasi alias mangkrak.
"Jangan dihitung, direncanakan, tiba-tiba nggak bisa dilaksanakan. Apalagi kalau mengandalkan dari APBN," kata Budi Karya.
Peringatan Budi Karya bukan tanpa dasar. Untuk membangun moda transportasi LRT memang dibutuhkan biaya tidak murah.
"Jadi gini, LRT itu kan suatu project yang capital intensif. Jadi memang mesti dihitung benar," tegasnya.
Di sisi lain, moda transportasi massal tak dipungkiri memang jadi kebutuhan di sejumlah daerah. Terkait hal ini, Budi Karya menilai, pengadaan moda transportasi massal tidak harus berupa LRT.
"Usulan itu cari solusi yang terbaik. LRT bukan segalanya. Ada cara-cara atau angkutan yang lain. Pakai trolley bus, atau apa begitu ya," ujar mantan Dirut Angkasa Pura II ini.
(tas/tas) Next Article Penumpang Chaos, Anies Normalkan Jadwal Operasional MRT & TJ
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular