Kinerja BUMN Pariwisata ITDC Bangun Bali Baru

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
04 February 2020 16:20
Hal itu diutarakan Direktur Utama ITDC Abdulbar M Mansoer.
Foto: Presiden Jokowi dalam kunjungan ke Mandalika, beberapa waktu lalu (Deny S/Humas Setkab)
Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia melakukan rapat kerja dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam raker ini dibahas mengenai pembahasan isu struktural masing-masing BUMN, terutama pariwisata ,yang saat ini sedang digenjot oleh pemerintah.

Adapun BUMN Pariwisata yang hadir adalah PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Dalam raker ini, ITDC pun meminta tambahan anggaran kepada pemerintah dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN).

Direktur Utama ITDC Abdulbar M Mansoer mengatakan, tambahan anggaran itu ditujukan untuk pembangunan destinasi pariwisata super prioritas yang diarahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kelima destinasi super prioritas yang juga disebut Bali Baru tersebut adalah Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.

"Kami perlu dukungan, support dalam percepatan pembangunan destinasi prioritas, yaitu dalam hal membangun infrastrukturnya," ujarnya di ruang rapat Komisi VI DPR RI, Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Menurut Abdulbar, pembangunan infrastruktur pada lima destinasi tersebut bukan perkara mudah. Bahkan untuk pembangunan infrastruktur awal di Mandalika saja butuh pendanaan lebih dari Rp 5 triliun. Sedangkan di Labuan Bajo butuh lebih dari Rp 3 triliun.

"Jadi kami butuh terobosan, salah satunya dengan dukungan penambahan PMN," kata dia.



Sedangkan saat ini, lanjut Abdulbar, ITDC hanya mendapatkan PMN Rp 250 miliar yang diterima pada tahun 2015 lalu. Anggaran itu pun hanya untuk pengembangan Mandalika saja.

Apalagi saat ini, menurut Abdulbar, kinerja keuangan perseroan semakin tertekan dengan adanya penugasan pembangunan destinasi pariwisata prioritas tersebut.

Lanjutnya, laba bersih ITDC terus mengalami penurunan, di mana pada 2015 sebesar Rp 87 miliar, 2016 Rp 80 miliar, 2017 Rp 63 miliar, 2018 Rp 73 miliar, dan 2019 menjadi Rp 53 miliar.

"Aset dan revenue naik tapi laba bersih tidak karena kami emban tugas besar untuk pengembangan Mandalika. Kami juga curahkan banyak resources, baik dari human maupun konstruksi, sehingga laba bersih tertekan dalam dua tahun terakhir," tegasnya.

[Gambas:Video CNBC]


(miq/miq) Next Article Bos ITDC Ungkap Efek Berantai Perhelatan MotoGP Mandalika

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular