Internasional

Corona Lahirkan Xenophobia, Ini Kata Duterte hingga Trudeau

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
04 February 2020 14:31
Xeronophobia muncul seiring dengan semakin ganasnya virus corona.
Foto: China Xenophobic Sentiment (AP Photo/Ahn Young-joon)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sikap rasisme hingga takut pada orang asing (xenophobia), utamanya orang-orang China, ramai terjadi belakangan. Kejadian ini merupakan dampak dari merebaknya wabah virusĀ corona yang berasal dari Wuhan, China.

Virus corona atau Novel 201 Coronavirus (2019-nCoV) merupakan virus mematikan asal Wuhan, provinsi Hubei, China. Sejak pertama ditemukan pada Desember, virus ini telah menginfeksi 20 ribu orang dan menewaskan 425 orang di China daratan saja per Selasa (4/2/2020).


Tingginya jumlah kasus infeksi dan cepatnya penyebaran virus yang mirip SARS ini membuat orang-orang takut terjangkit. Namun, rasa takut ini telah menjelma menjadi sikap rasisme di beberapa negara dunia.

Penduduk asli di beberapa negara barat dilaporkan mulai 'menjauhkan diri' dari orang China karena takut terjangkit corona. Hal itu tetap dilakukan meski orang-orang China itu tidak terjangkit corona atau baru melakukan kunjungan ke China sama sekali.

Salah satu contohnya adalah apa yang terjadi pada seorang pekerja sosial Malaysia etnis China. Ia mengaku, seorang penumpang dengan cepat pindah tempat duduk ketika dia duduk di bus di London minggu ini.

"Beberapa orang di sekolah London Timur tempat saya bekerja bertanya kepada saya mengapa orang China makan makanan aneh ketika mereka tahu itu menyebabkan virus," katannya kepada CNN International.

Bahkan, ada juga tindakan bullying yang dilakukan terhadap orang-orang China akibat wabah corona ini.


Sebagaimana dilaporkan CNN International pada Senin, di Kanada, anak-anak China dilaporkan diganggu atau dikucilkan di sekolah. Di Selandia Baru, meski tidak ada kasus yang dikonfirmasi, seorang wanita Singapura mengatakan dirinya menghadapi tindakan rasisme di sebuah mal.

Tindakan tidak terpuji ini juga terjadi di Asia. Beberapa restoran di negara Asia, seperti Jepang, dikabarkan sampai memasang tanda 'No Chinese' atau yang berarti tidak menerima pelanggan China, di luar restoran dalam seminggu terakhir.

Tindakan rasis dan xenophobic juga muncul secara online atau di dunia maya. Orang-orang keturunan China dan Asia menjadi korban komentar-komentar 'jahat' tersebut.

Salah satu contohnya adalah apa yang terlihat dalam postingan Instagram rapper 50 Cent. Dalam postingan itu, rapper itu memposting tangkapan layar dari sebuah artikel yang membahas wabah coronavirus.

"Apa ini? Trump (Presiden Amerika Serikat Donald Trump) akan mengirim masalah ini kembali ke China (sic)," tulisnya sebagai keterangan postingan yang sudah dihapus itu, sebagaimana dilaporkan Global News, Minggu.

Kasus rasisme dan xenophobic yang dibawa virus corona ini pun menjadi perhatian banyak pemimpin dan pejabat negara di belahan dunia. Salah satunya adalah Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

"Tidak ada tempat di negara kami untuk diskriminasi yang didorong oleh ketakutan atau kesalahan informasi," kata Trudeau pada perayaan Tahun Baru Imlek di Scarborough, Toronto, sebagaimana dilaporkan CBC.

"Ini (rasisme dan xenophobia) bukan sesuatu yang akan dilakukan orang Kanada."

Selain Trudeau, seruan serupa juga disampaikan oleh Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Sebagaimana dilaporkan Reuters, Duterte menghimbau warganya untuk berhenti menyebarkan xenofobia anti-China yang muncul akibat wabah corona.

Pernyataan itu disampaikannya saat Universitas Adamson, yang terletak di ibukota Filipina, meminta semua mahasiswa China untuk melakukan karantina sendiri selama 14 hari sebagai tindakan pencegahan.

"China telah baik pada kita, kita hanya boleh menunjukkan kebaikan yang sama kepada mereka. Hentikan hal xenophobia ini," kata Duterte dalam konferensi pers.

[Gambas:Video CNBC]






(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular