
Terawan Klaim Warga Natuna Mau Bantu Karantina WNI asal China
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
03 February 2020 16:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, buka suara ihwal penolakan masyarakat Natuna terhadap keputusan pemerintah pusat menetapkan wilayah itu sebagai pusat karantina WNI dari China. Menurut Terawan, sebagai negara demokrasi, penolakan itu tergolong wajar.
"Tapi kita ajak untuk rasional," ujar Terawan kepada wartawan, seusai mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (3/2/2020).
Ia pun mengklaim, sebagian masyarakat Natuna mau turut serta membantu kesuksesan observasi ratusan WNI itu. Mereka ini telah mendapat informasi melalui Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal TNI Doni Monardo.
"Ada masyarakat yang mulai menawarkan diri untuk membantu. Apa di juru masak, itu sudah. Tapi saya jawab, sementara bantu dalam doa. Kalau nanti ada sesuatu yang bisa dibantu atau kontribusi di dalam menolong teman-teman, keluarga, teman-teman sahabat yang sehat dari Wuhan, itu akan kita berikan porsinya," kata Terawan.
Lebih lanjut, eks Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto tersebut menuturkan, 238 orang WNI di Natuna dalam keadaan sehat. Sebagai penunjang, mereka juga didorong hidup sehat, ditandai dengan olahraga bersama dan makan makanan yang sehat.
"Mereka masih enjoy saja. Mudah-mudahan ini bisa dilewati dalam dua minggu. Staf-staf saya di sana bisa mengelolanya dan memberikan kegiatan-kegiatan yang menghibur dengan baik," ujar Terawan.
"Konsentrasi saya adalah bagaimana supaya warga kita ini bisa melewati masa observasi dengan baik. Saya juga harus menjaga kesehatan warga pulau Natuna, itu tanggung jawab saya. Itu melalui dinas kesehatan sudah saya instruksikan. Tapi konsentrasi pada WNI yang baru pulang supaya bisa diobservasi dengan baik," lanjutnya.
Sebagai informasi, ratusan WNI yang dievakuasi dari negeri Tirai Bambu saat ini sedang menjalani karantina di Hanggar Pangkalan Udara Raden Sadjad Natuna. Proses itu akan berlangsung selama 14 hari ke depan.
Selama proses observasi berlangsung, akses kontak fisik WNI akan dibatasi. Kendati hingga saat ini berdasarkan pemantauan yang dilakukan otoritas kesehatan tidak ada satupun WNI yang mengalami gejala sakit.
Pemilihan Natuna sebagai titik karantina WNI asal China memang sempat menuai unjuk rasa penolakan dari masyarakat. Mereka mengaku khawatir tertular virus corona. Bahkan wakil bupati Natuna pun menyebut tidak ada koordinasi dari pemerintah pusat.
Pada hari ini, Presiden Joko Widodo mengungkap sebuah fakta yang membuat Natuna menjadi lokasi karantina bagi WNI yang dievakuasi dari China.
Berbicara di sela kunjungan kerja ke Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jokowi menegaskan Natuna memang bukan satu-satunya pilihan pemerintah untuk menjadi tempat karantina bagi WNI dari China.
"Memang kemarin ada beberapa alternatif. Ada yang Morotai misalnya, Biak. Karena kita memerlukan untuk turun, memerlukan landasan, sehingga kita bisa turun," kata Jokowi, Senin (3/2/2020).
Ia mengemukakan tidak semua pulau di Indonesia cocok untuk menjadi lokasi karantina. Keterpilihan Natuna tak lepas dari kondisi maupun kesiapan medis di wilayah tersebut yang jauh lebih mumpuni.
"Kita mengukur tingkat kesiapan tim kesehatan yang ada di situ, sehingga keputusan dari tim adalah di Natuna. Saya kira kita memerlukan kebesaran hati seluruh masyarakat Indonesia. Apapun itu adalah saudara kita," jelasnya.
Jokowi pun mengapresiasi upaya jajarannya untuk mengevakuasi dengan cepat WNI dari China. Eks Gubernur DKI Jakarta itu pun berterima kasih atas sikap masyarakat Natuna dalam merespons keputusan pemerintah.
"243 orang itu sehat, tetapi dalam protokol kesehatan, diperlukan tahapan-tahapan sebelum dikembalikan ke keluarga. Tahapan observasi sehingga betul-betul dinyatakan mereka clean, bersih, sehingga dapat kembali ke keluarga masing-masing," kata Jokowi.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/wed) Next Article Tagihan Operasi Jantung Rp 10,5 T, Terawan Evaluasi BPJS
"Tapi kita ajak untuk rasional," ujar Terawan kepada wartawan, seusai mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (3/2/2020).
Ia pun mengklaim, sebagian masyarakat Natuna mau turut serta membantu kesuksesan observasi ratusan WNI itu. Mereka ini telah mendapat informasi melalui Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal TNI Doni Monardo.
Lebih lanjut, eks Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto tersebut menuturkan, 238 orang WNI di Natuna dalam keadaan sehat. Sebagai penunjang, mereka juga didorong hidup sehat, ditandai dengan olahraga bersama dan makan makanan yang sehat.
"Mereka masih enjoy saja. Mudah-mudahan ini bisa dilewati dalam dua minggu. Staf-staf saya di sana bisa mengelolanya dan memberikan kegiatan-kegiatan yang menghibur dengan baik," ujar Terawan.
"Konsentrasi saya adalah bagaimana supaya warga kita ini bisa melewati masa observasi dengan baik. Saya juga harus menjaga kesehatan warga pulau Natuna, itu tanggung jawab saya. Itu melalui dinas kesehatan sudah saya instruksikan. Tapi konsentrasi pada WNI yang baru pulang supaya bisa diobservasi dengan baik," lanjutnya.
Sebagai informasi, ratusan WNI yang dievakuasi dari negeri Tirai Bambu saat ini sedang menjalani karantina di Hanggar Pangkalan Udara Raden Sadjad Natuna. Proses itu akan berlangsung selama 14 hari ke depan.
Selama proses observasi berlangsung, akses kontak fisik WNI akan dibatasi. Kendati hingga saat ini berdasarkan pemantauan yang dilakukan otoritas kesehatan tidak ada satupun WNI yang mengalami gejala sakit.
![]() |
Pemilihan Natuna sebagai titik karantina WNI asal China memang sempat menuai unjuk rasa penolakan dari masyarakat. Mereka mengaku khawatir tertular virus corona. Bahkan wakil bupati Natuna pun menyebut tidak ada koordinasi dari pemerintah pusat.
Pada hari ini, Presiden Joko Widodo mengungkap sebuah fakta yang membuat Natuna menjadi lokasi karantina bagi WNI yang dievakuasi dari China.
Berbicara di sela kunjungan kerja ke Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jokowi menegaskan Natuna memang bukan satu-satunya pilihan pemerintah untuk menjadi tempat karantina bagi WNI dari China.
"Memang kemarin ada beberapa alternatif. Ada yang Morotai misalnya, Biak. Karena kita memerlukan untuk turun, memerlukan landasan, sehingga kita bisa turun," kata Jokowi, Senin (3/2/2020).
Ia mengemukakan tidak semua pulau di Indonesia cocok untuk menjadi lokasi karantina. Keterpilihan Natuna tak lepas dari kondisi maupun kesiapan medis di wilayah tersebut yang jauh lebih mumpuni.
"Kita mengukur tingkat kesiapan tim kesehatan yang ada di situ, sehingga keputusan dari tim adalah di Natuna. Saya kira kita memerlukan kebesaran hati seluruh masyarakat Indonesia. Apapun itu adalah saudara kita," jelasnya.
Jokowi pun mengapresiasi upaya jajarannya untuk mengevakuasi dengan cepat WNI dari China. Eks Gubernur DKI Jakarta itu pun berterima kasih atas sikap masyarakat Natuna dalam merespons keputusan pemerintah.
"243 orang itu sehat, tetapi dalam protokol kesehatan, diperlukan tahapan-tahapan sebelum dikembalikan ke keluarga. Tahapan observasi sehingga betul-betul dinyatakan mereka clean, bersih, sehingga dapat kembali ke keluarga masing-masing," kata Jokowi.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/wed) Next Article Tagihan Operasi Jantung Rp 10,5 T, Terawan Evaluasi BPJS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular