
Internasional
Bantu China, AS Kembangkan Vaksin Cegah Corona
wa, CNBC Indonesia
29 January 2020 13:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) kini sedang mengembangkan vaksin untuk melawan virus corona yang mematikan dari Wuhan, China.
Pemerintah AS akan menempatkan timnya di lapangan untuk meninjau data dan mempelajari lebih lanjut tentang patogen tersebut, yang sejauh ini telah merenggut lebih dari 100 nyawa.
"Kami sudah mulai di National Institute of Health (NIH) dan dengan banyak kolaborator kami tentang pengembangan vaksin," kata pejabat NIH, Anthony Fauci kepada wartawan, seperti dilansir dari AFP, Rabu (29/1/2020).
Proses percobaan pertama akan memakan waktu setidaknya tiga bulan, untuk mengumpulkan data sebelum lanjut pada fase kedua. Proses kini sedang dilakukan oleh perusahaan bioteknologi Moderna.
"Kami sedang melanjutkan seolah-olah kami harus menggunakan vaksin," kata Fauci.
"Dengan kata lain, kita sedang melihat skenario terburuk bahwa ini menjadi wabah yang lebih besar."
Sebelumnya China sempat mendapat kecaman keras karena penanganannya terhadap epidemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) 2002-2003. Penyakit itu merenggut ratusan nyawa, sebagian besar di China dan Hong Kong.
Selama kedaruratan kesehatan itu, para ilmuwan mulai mengembangkan vaksin. Namun sayangnya vaksin tersebut tidak pernah digunakan.
Secara terpisah, kepala petugas ilmiah Johnson & Johnson mengatakan kepada AFP bahwa perusahaannya juga sedang mengembangkan vaksin untuk corona.
"Kami akan memanfaatkan teknologi yang sama yang digunakan dalam pengembangan dan pembuatan vaksin Ebola Johnson & Johnson yang saat ini digunakan di DRC dan Rwanda," kata Paul Stofells.
"Itu adalah teknologi yang sama yang juga digunakan untuk membuat vaksin Zika dan HIV kami."
Sekretaris Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan AS Alex Azar mengatakan negeri itu telah menawarkan bantuan kepada China sebanyak tiga kali dalam menangani krisis ini. Namun sejauh ini belum berhasil.
Ini diperlukan agar AS dapat melihat data bukti mentah dan membantu merancang jenis studi untuk menjawab pertanyaan kritis. Termasuk masa inkubasi dan apakah infeksi dapat ditularkan sementara pasien tidak memiliki gejala.
"Kami mendesak China, lebih banyak kerja sama dan transparansi adalah langkah paling penting yang dapat anda ambil menuju tanggapan yang lebih efektif," kata Azar kepada wartawan.
Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa malam mengumumkan bahwa China telah setuju untuk mengizinkan tim ahli internasionalnya masuk ke negara, itu ,untuk bekerja dengan rekan-rekan mereka dari China.
Per Rabu siang ini, China mengonfirmasi ada hampir 6000 kasus corona. Sementara angka kematian naik terus dan kini mencapai 132 orang.
(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Pemerintah AS akan menempatkan timnya di lapangan untuk meninjau data dan mempelajari lebih lanjut tentang patogen tersebut, yang sejauh ini telah merenggut lebih dari 100 nyawa.
"Kami sudah mulai di National Institute of Health (NIH) dan dengan banyak kolaborator kami tentang pengembangan vaksin," kata pejabat NIH, Anthony Fauci kepada wartawan, seperti dilansir dari AFP, Rabu (29/1/2020).
"Kami sedang melanjutkan seolah-olah kami harus menggunakan vaksin," kata Fauci.
"Dengan kata lain, kita sedang melihat skenario terburuk bahwa ini menjadi wabah yang lebih besar."
Sebelumnya China sempat mendapat kecaman keras karena penanganannya terhadap epidemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) 2002-2003. Penyakit itu merenggut ratusan nyawa, sebagian besar di China dan Hong Kong.
Selama kedaruratan kesehatan itu, para ilmuwan mulai mengembangkan vaksin. Namun sayangnya vaksin tersebut tidak pernah digunakan.
Secara terpisah, kepala petugas ilmiah Johnson & Johnson mengatakan kepada AFP bahwa perusahaannya juga sedang mengembangkan vaksin untuk corona.
"Kami akan memanfaatkan teknologi yang sama yang digunakan dalam pengembangan dan pembuatan vaksin Ebola Johnson & Johnson yang saat ini digunakan di DRC dan Rwanda," kata Paul Stofells.
"Itu adalah teknologi yang sama yang juga digunakan untuk membuat vaksin Zika dan HIV kami."
Sekretaris Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan AS Alex Azar mengatakan negeri itu telah menawarkan bantuan kepada China sebanyak tiga kali dalam menangani krisis ini. Namun sejauh ini belum berhasil.
Ini diperlukan agar AS dapat melihat data bukti mentah dan membantu merancang jenis studi untuk menjawab pertanyaan kritis. Termasuk masa inkubasi dan apakah infeksi dapat ditularkan sementara pasien tidak memiliki gejala.
"Kami mendesak China, lebih banyak kerja sama dan transparansi adalah langkah paling penting yang dapat anda ambil menuju tanggapan yang lebih efektif," kata Azar kepada wartawan.
Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa malam mengumumkan bahwa China telah setuju untuk mengizinkan tim ahli internasionalnya masuk ke negara, itu ,untuk bekerja dengan rekan-rekan mereka dari China.
Per Rabu siang ini, China mengonfirmasi ada hampir 6000 kasus corona. Sementara angka kematian naik terus dan kini mencapai 132 orang.
(sef/sef) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular