
52 Pembangkit BBM Hijrah ke Gas, PLN Hemat Rp 4 T
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
28 January 2020 19:40

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) akan mengkonversi pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) ke gas di lima wilayah. Di antaranya di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali- Nusa, dan Maluku Papua.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengatakan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun 2019 sebesar 2,6 juta kilo liter
Melalui konversi, konsumsi BBM yang bisa diubah ke gas sebesar 1,6 juta kilo liter sehingga biaya operasi yang bisa dihemat sebesar Rp 4 triliun. "Jadi penurunan BBM dari 2,6 juta kilo liter menjadi 1,6 juta kilo liter akan mengurangi biaya operasi," ungkapnya di Komisi VII DPR RI, Selasa, (28/01/2020).
Lebih lanjut dirinya mengatakan, konversi ini sebagai bentuk implementasi Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM mengenai gasifikasi. Menurutnya PLN memetakan rencana konstruksi pembangkit dan rencana pengoperasian yang menggunakan BBM dan gas. "Dari identifikasi tersebut dibagi menjadi lima wilayah," imbuhnya.
Di dalam Keputusan Menteri ESDM No.13/2020 tentang Penugasan Pelaksanaan Penyediaan Pasokan dan Pembangunan Infrastruktur LNG, Serta Konversi Penggunaan BBM dengan LNG Dalam Penyediaan Tenaga Listrik, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) diberikan waktu dua tahun untuk menyelesaikan konversi sejak Kepmen ditetapkan.
PT PLN (Persero) akan mengkonversi 52 pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) ke gas. Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan konversi ini untuk menekan biaya karena konsumsi BBM lebih mahal daripada gas.
Darmawan menerangkan penggunaan BBM biaya yang dikeluarkan sebesar US$ 20 per MMBTU, setelah dikonversi harganya akan turun menjadi sekitar US$ 12-14 MMBTU. "Kita kerjasama antara PLN dan Pertamina. Nanti kita hitung keekonomian, masih lebih murah dari US$ 20 per MMBTU, dan LNG bisa diambil dari Tangguh, Bontang. Masela baru mulai 2026-2027," ungkapnya di Kantor BUMN, Jumat, (17/01/2020).
Melalui konversi ini, imbuhnya, artinya mengubah energi berbasis impor menjadi komponen dalam negeri. Konversi ini berjalan berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Ini ada energi impor biayanya tinggi, melalui efisiensi diganti dengan energi domestik yang lebih murah. Tentu punya efek sangat positif, bukan hanya untuk PLN secara cost bisa dikurangi, kesehatan finansial PLN bisa dikurangi," imbuhnya.
Penjualan Listrik PLN di 2019
Penjualan listrik oleh PT PLN (Persero) tahun 2019 sebesar 245,52 Tera Watt hour (TWh), meningkat 10,91 TWh dibandingkan tahun sebelumya 234,61 TWh. Direktur Utama PLN (Perrsero) Zulkifli Zaini merinci penjualan listrik secara rinci 42% ke pelanggan rumah tangga, 32% ke industri, 19% ke bisnis, sisanya 7% ke panambahan lainnya.
"Penjualan listrik semakin meningkat 2019, total penjualan tenaga listrik adalah 245,52 TWh," ungkapnya di Komisi VII DPR RI, Selasa, (28/01/2020).
Secara rinci, peningkatan tahun 2019 sebesar 10,91 TWh lebih rendah daripada tahun 2018 sebesar 11,48 TWh dengan porsi penjualan 243,61 TWh dibadingkan tahun 2017 sebesar 223,13 TWh. PLN memiliki kapasitas pembangkit sebesar 62.833 MW, panjang transmisi 58.959 Kms, dengan jumlah pelanggan sebanyak 75,70 juta.
"Saat ini PLN memiliki 75,7 juta pelanggan, sepengetahuan kami tidak ada bank dan perusahaan lain yang punya pelanggan sebanyak ini," imbuhnya.
Dibandingkan tahun 2018 jumlah pelanggan mengalami peningkata 3,7 juta dari jumlah pelanggan 71,9 juta. Porsi pelanggan ini terdiri dari 93,68% rumah tangga, 2,08% bisnis, 0,44% industri, dan 3,08% lainnya.
Daya tersambung tahun 2019 sebesar 138.077 MVA bertambah 7.795 MVA dibandingkan tahun sebelumnya 130.281 MVA. Persentase penambahan daya tersambung per kelompok pelanggan yakni 55% untuk rumah tangga, 18% ke bisnis, 17% ke industri, dan 10% lainnya.
(gus) Next Article Ganti ke Gas, PLN Matikan 52 Pembangkit Listrik BBM
Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengatakan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun 2019 sebesar 2,6 juta kilo liter
Melalui konversi, konsumsi BBM yang bisa diubah ke gas sebesar 1,6 juta kilo liter sehingga biaya operasi yang bisa dihemat sebesar Rp 4 triliun. "Jadi penurunan BBM dari 2,6 juta kilo liter menjadi 1,6 juta kilo liter akan mengurangi biaya operasi," ungkapnya di Komisi VII DPR RI, Selasa, (28/01/2020).
Di dalam Keputusan Menteri ESDM No.13/2020 tentang Penugasan Pelaksanaan Penyediaan Pasokan dan Pembangunan Infrastruktur LNG, Serta Konversi Penggunaan BBM dengan LNG Dalam Penyediaan Tenaga Listrik, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) diberikan waktu dua tahun untuk menyelesaikan konversi sejak Kepmen ditetapkan.
PT PLN (Persero) akan mengkonversi 52 pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) ke gas. Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan konversi ini untuk menekan biaya karena konsumsi BBM lebih mahal daripada gas.
Darmawan menerangkan penggunaan BBM biaya yang dikeluarkan sebesar US$ 20 per MMBTU, setelah dikonversi harganya akan turun menjadi sekitar US$ 12-14 MMBTU. "Kita kerjasama antara PLN dan Pertamina. Nanti kita hitung keekonomian, masih lebih murah dari US$ 20 per MMBTU, dan LNG bisa diambil dari Tangguh, Bontang. Masela baru mulai 2026-2027," ungkapnya di Kantor BUMN, Jumat, (17/01/2020).
Melalui konversi ini, imbuhnya, artinya mengubah energi berbasis impor menjadi komponen dalam negeri. Konversi ini berjalan berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Ini ada energi impor biayanya tinggi, melalui efisiensi diganti dengan energi domestik yang lebih murah. Tentu punya efek sangat positif, bukan hanya untuk PLN secara cost bisa dikurangi, kesehatan finansial PLN bisa dikurangi," imbuhnya.
Penjualan Listrik PLN di 2019
Penjualan listrik oleh PT PLN (Persero) tahun 2019 sebesar 245,52 Tera Watt hour (TWh), meningkat 10,91 TWh dibandingkan tahun sebelumya 234,61 TWh. Direktur Utama PLN (Perrsero) Zulkifli Zaini merinci penjualan listrik secara rinci 42% ke pelanggan rumah tangga, 32% ke industri, 19% ke bisnis, sisanya 7% ke panambahan lainnya.
"Penjualan listrik semakin meningkat 2019, total penjualan tenaga listrik adalah 245,52 TWh," ungkapnya di Komisi VII DPR RI, Selasa, (28/01/2020).
Secara rinci, peningkatan tahun 2019 sebesar 10,91 TWh lebih rendah daripada tahun 2018 sebesar 11,48 TWh dengan porsi penjualan 243,61 TWh dibadingkan tahun 2017 sebesar 223,13 TWh. PLN memiliki kapasitas pembangkit sebesar 62.833 MW, panjang transmisi 58.959 Kms, dengan jumlah pelanggan sebanyak 75,70 juta.
"Saat ini PLN memiliki 75,7 juta pelanggan, sepengetahuan kami tidak ada bank dan perusahaan lain yang punya pelanggan sebanyak ini," imbuhnya.
Dibandingkan tahun 2018 jumlah pelanggan mengalami peningkata 3,7 juta dari jumlah pelanggan 71,9 juta. Porsi pelanggan ini terdiri dari 93,68% rumah tangga, 2,08% bisnis, 0,44% industri, dan 3,08% lainnya.
Daya tersambung tahun 2019 sebesar 138.077 MVA bertambah 7.795 MVA dibandingkan tahun sebelumnya 130.281 MVA. Persentase penambahan daya tersambung per kelompok pelanggan yakni 55% untuk rumah tangga, 18% ke bisnis, 17% ke industri, dan 10% lainnya.
(gus) Next Article Ganti ke Gas, PLN Matikan 52 Pembangkit Listrik BBM
Most Popular