Internasional

Negara-Negara Ini Khawatir Ekonomi Nyungsep karena Corona

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
27 January 2020 16:32
Jepang dan China
Foto: Bendera Jepang Terlihat di Atas Bank of Japan di Tokyo, Jepang pada 21 September 2016 (REUTERS/Toru Hanai)
Jepang

Ekonom memperkirakan ekonomi Jepang akan terdampak lebih parah akibat penyebaran coronavirus dibandingkan saat Server Acute Respiratory Syndrome (SARS) mewabah pada 2002-2003 lalu.

Ini dikarenakan sektor pariwisata telah menjadi pendukung yang jauh lebih penting bagi pertumbuhan ekonomi Jepang selama dekade terakhir, dan wisatawan China adalah sumber utama belanja terbesar.

Itu sebabnya, keputusan China yang memberlakukan pembatasan akses masuk dan keluar negara pada Sabtu demi mengurangi penyebaran virus corona, diperkirakan akan sangat berdampak pada ekonomi Jepang.

"Jika jumlah pengunjung sekarang berkurang sama banyaknya seperti pada saat wabah SARS melanda untuk kurun waktu sekitar tiga bulan, maka pertumbuhan Jepang dapat turun sebesar 0,2 poin persentase," kata ekonom Shuji Tonouchi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley, sebagaimana dilaporkan Bloomberg.

"Jika krisis berlarut-larut selama satu tahun penuh, itu bisa memangkas 0,45 poin persentase dari pertumbuhan ekonomi Jepang," tambah ekonom Lembaga Penelitian Nomura Takahide Kiuchi.

China

Sebagai tempat kelahiran virus corona, ekonomi China tentunya sangat terdampak. Bukan hanya pemerintahnya 'dipaksa' untuk mengucurkan banyak dana demi menangani ribuan kasus di kota Wuhan, China juga merugi akibat menurunnya jumlah kunjungan turis ke negara itu.
Negara-Negara Ini Khawatir Ekonomi Nyungsep karena CoronaFoto: Polisi paramiliter berjaga di pintu masuk Stasiun Kereta Api Hankou yang ditutup di Wuhan di Provinsi Hubei, China tengah. (Chinatopix via AP)

Selain itu, salah satu dampak langsung dari munculnya wabah coronavirus ini adalah menurunnya jumlah arus penumpang. Ini dikarenakan China telah membatasi perjalanan dan menutup akses masuk dan keluar ke beberapa kotanya, termasuk Wuhan.

China juga dipastikan merugi karena telah membatalkan acara publik utama dalam rangkaian perayaan Imlek. Padahal, negara itu merupakan pusat bagi orang-orang Tionghoa yang merayakan Imlek.

Menurut laporan CNBC International, wakil menteri transportasi China Liu Xiaoming mengatakan perjalanan selama tahun baru Imlek telah turun 28,8% dari tahun lalu. Penurunan itu secara rinci tercatat di perjalanan udara sipil (41,6%), perjalanan dengan kereta api (41,5%) dan perjalanan darat (25%).

(sef/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular