Geger Nasdem Kritik Jokowi, Demi Muluskan Anies Nyapres 2024?

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
24 January 2020 06:09
Geger Nasdem Kritik Jokowi, Demi Muluskan Anies Nyapres 2024?
Foto: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berfoto di JPO GBK, beberapa waktu lalu (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut tidak perlu ada ide-ide baru untuk mengatasi banjir di Jakarta telah menghadirkan dinamika politik tersendiri. Ini lantaran Partai Nasional Demokrat (Nasdem), partai yang setia mendukung Jokowi, justru mengkritik pernyataan tersebut.

Sebelumnya, dalam pertemuan dengan wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, pekan lalu, Jokowi mengungkapkan masterplan untuk mengatasi banjir di Jakarta sudah ada sejak 1973. Tahapan demi tahapan pun sudah terang.

"Jadi nggak usah ada ide-ide baru, masterplan-nya sudah ada kok. Sungai semuanya dilebarkan, teknisnya mau pakai normalisasi, naturalisasi, silakan, tapi dilebarkan semua sungai itu yang tengah, semua sungai harus dilebarkan," kata Jokowi.

Bagi Partai Nasdem via fraksi mereka di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, penjelasan itu tidaklah tepat.

"Pak Jokowi kan juga mantan Gubernur DKI Jakarta. Dalam pemerintahan dia sendiri dia juga belum berhasil untuk menanggulangi banjir," kata Ketua Fraksi Partai Nasdem DPRD DKI Jakarta Wibi Andrino kepada wartawan, Rabu (22/1/2020), seperti dilansir detik.com, Kamis (23/1/2020).

Uniknya, Nasdem justru memuji langkah-langkah yang sudah dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam menangani banjir yang begitu dahsyat pada awal tahun ini.

"Soal penanganan, kita harus angkat topi kepada Anies kemarin. Dia adalah gubernur tercepat dalam penanganan banjir. Kita objektif. Titik pengungsian juga paling sedikit di daerah terdampak. Banjir di Jakarta empat hari selesai. Titik terakhir adalah Semanan. Kami langsung investigasi khusus," lanjutnya.

Menurut Wibi, banjir hebat di Jakarta pada awal tahun tak lepas dari dampak curah hujan yang disebut tertinggi dalam 1,5 abad terakhir.

Ia lantas mengatakan, permasalahan banjir di ibu kota harus ditangani secara luar biasa. Khusus Fraksi Nasdem DPRD DKI Jakarta, Wibi menyebut sudah melakukan diskusi dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas untuk mencari tahu bagaimana solusi terbaik mengatasi banjir Jakarta. 



Ia kemudian menyebutkan ada ide baru, yaitu membangun tanggul pada jarak 16 kilometer dari daratan Jakarta. Tanggul ini berbeda dengan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau giant see wall yang sudah digagas beberapa tahun lalu.

"Ini jaraknya lebih jauh ketimbang NCICD, namun biayanya lebih murah. Yang ini hanya Rp 150 triliun," kata Wibi.



Tanggul itu, lanjut dia, bisa menjadi waduk di laut untuk menampung air yang mengalir deras dari 13 sungai di daratan Jakarta. Tidak hanya itu, tanggul itu juga bisa menjadi pembangkit listri serta menjadi sumber air bersih bagi warga ibu kota.

"Masalah banjir ini harus ada extraordinary idea, di luar pikiran-pikiran lampau," ujar Wibi.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Komarudin Watubun buka suara perihal kritikan yang dilayangkan Nasdem kepada Jokowi.

"Begini, jadi saya mau ambil posisi netral ini. Jadi tidak bela Pak Jokowi, tidak bela Anies, karena dua-duanya semua punya argumentasi. Cuma saja, Pak Jokowi lebih proaktif turun ke lapangan, mengatasi. Jadi zaman Pak Jokowi itu bukan tidak banjir, banjir, tapi dalam waktu singkat juga selesai," kata Komarudin di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (22/1/2020), seperti dilansir detik.com, Kamis (23/1/2020.

"Mungkin Pak Anies selama jadi gubernur masih banyak juga perencanaan, retorikanya dibandingkan kerja di lapangan. Itu bedanya saja di situ. Bedanya Pak Anies dengan Pak Jokowi dan Pak Ahok di situ. Kenapa begitu? Karena Pak Jokowi maupun Pak Ahok itu orang lapangan. Pak Anies, kita tahu dia ilmuwan, intelektual, orang kampus. Jadi waktu banyak di teori. Dua (Jokowi dan Ahok) ini langsung praktik," imbuhnya.

Lebih lanjut, Komarudin menilai banyak yang memanfaatkan banjir di Jakarta untuk mencari popularitas. Padahal, masalah banjir di ibu kota itu sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Komarudin juga menyebut perlu ada gagasan besar untuk mengatasi masalah tersebut.

"Perlu gagasan besar. Contoh kalau memang sekarang katakan yang diyakini bisa menyelesaikan soal adalah normalisasi, berarti kan melepaskan sekian lahan, sepanjang jalan sampai ke laut sana untuk air bisa terbuang, masa negara tidak bisa atasi barang ini?," ujar Komarudin.

"Yang paling penting, kalau saya tangani masalah begini, kalau saya, saya minta TNI dengan alat beratnya, kerjakan dalam waktu 3-4 bulan selesai ini barang. Itu baru menggunakan kekuasaan secara efektif dan efisien," lanjutnya.

[Gambas:Video CNBC]

Direktur Eksekutif Media Survei Nasional Rico Marbun memiliki analisis tersendiri ihwal kritikan Nasdem kepada Jokowi. Menurut Rico, kritikan itu merupakan bagian dari persiapan menuju Pemilihan Umum Legislatif 2024 dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029.

"Nasdem memang terlihat lebih siap untuk mulai menjaga jarak dan berbeda dengan Jokowi. Karena memang Anies Baswedan hanya memiliki waktu sampai 2022 untuk mengkapitalisasi kinerja sebagai Gubernur DKI menuju Pilpres 2024," kata Rico seperti dilansir detik.com.

"NasDem, selaku partai yang sudah terbuka memberi sinyal dukungan, terlihat men-support penuh. Itulah kenapa mereka berani mengkritik Pak Jokowi secara terbuka," lanjutnya.

Kritikan Nasdem, menurut Rico, juga tidak dapat dilepaskan dari pujian Jokowi kepada Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya Sandiaga Salahuddin Uno. Tatkala menghadiri acara pelantikan BPP Hipmi, Jokowi menyapa Sandiaga seraya menyatakan "Hati-hati 2024".

"Pembelaan terbuka Nasdem terhadap Anies Baswedan ini juga didasar kenyataan bahwa jika dilakukan serentak, pilpres sangat mempengaruhi pileg," tutur Rico.

Kendati demikian, Ia menilai langkah Nasdem tergolong prematur. Rico justru menyarankan Nasdem wait and see seraya melihat tokoh-tokoh lain yang berpotensi menjadi capres 2024.

"Ridwan kamil contohnya yang dulu juga diusung Nasdem di Jabar," katanya.



Pengamat politik dari Lembaga Survei Kelompok Diskusi Kajian Opini Hendri Satrio menilai kritik Nasdem bertujuan untuk menjaga citra baik Anies. Sikap Nasdem yang membandingkan Jokowi dengan Anies juga dinilai sebagai upaya menyetarakan kedua tokoh itu.

"Ini kan strateginya sama juga ketika PDIP mem-branding Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Risma yang wali kota kemudian dibandingkannya dengan Anies Baswedan yang menjadi gubernur," kata Hendri kepada wartawan, Rabu (22/1/2020).

"Jadi cukup jeli nih politisi-politisi kita. Dan yang jelas, dibandingkan dengan Jokowi, benar-benar meningkatkan level popularitas Anies Baswedan menjadi selevel dengan Pak Jokowi walaupun masih dalam pencitraan popularitas," imbuhnya.

Hendri menuturkan, politik di Indonesia itu tak terlepas dari istilah champion of politics.

"Champion-nya Nasdem ini saat ini adalah Anies Baswedan. Minimal, hingga saat ini dan belum tergantikan pasca-undangan Gondangdia beberapa bulan lalu yang dilakukan oleh Surya Paloh (Ketua Umum DPP Nasdem)," ujar Hendri.

"Nah kenapa kemudian Nasdem berani mengkritisi Jokowi? Nah karena itu tadi, hingga saat ini dan ke depan kelihatannya champion-nya Nasdem adalah Anies Baswedan. Maka dia perlu menjaga itu dan perlu terus menerus mengkomunikasikan hal baik tentang Anies Baswedan. Karena lagi jadi spotlight juga kan, lagi jadi perhatian kan Anies Baswedan," lanjutnya.

[Gambas:Video CNBC]


Next Page
Demi 2024?
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular