
Jokowi Rayu Investor Timteng Tanam Modal di Ibu Kota Baru RI
Anisatul Umah & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
13 January 2020 20:11

Abu Dhabi, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang investor dari seluruh dunia untuk berinvestasi di ibu kota negara baru Indonesia yang akan berdiri kokoh di atas tanah Kalimantan Timur.
Ajakan tersebut dikemukakan Jokowi saat menyampaikan pidato kunci pada forum Abu Dhabi Sustainability Week (ADSW) di Abu Dhabi National Exhibition Center (ADNEC), Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin, (13/1/2020).
"Di Ibu Kota Negara baru, kami mengundang dunia untuk membawa teknologi terbaik, inovasi terbaik, dan kearifan terbaik," katanya seperti dikutip keterangan resmi Sekretariat Kepresidenan.
Ibu Kota Negara baru, kata Jokowi, akan dibangun menjadi kota dengan teknologi mutakhir dan di saat yang bersamaan juga menjadi wadah bagi inovasi, kreativitas, dan ramah lingkungan, serta menjadi tempat yang memberikan kebahagiaan bagi penduduknya.
"Energi terbarukan dan teknologi yang bersih akan menghasilkan kehidupan berkelanjutan bagi pembangunan sosial dan ekonomi. Kita tidak ingin hanya membangun ibu kota administratif dengan skala kecil, tapi kita ingin membangun kota smart metropolis," ujar Jokowi.
"Karena populasinya akan 3 kali lipat populasi Paris, 10 kali lipat populasi Washington DC, bahkan akan menyamai populasi New York dan London," lanjutnya.
Untuk itu, kepala negara menekankan pentingnya gaya hidup urban di abad ke-21 yang rendah karbon dan bertanggung jawab secara lingkungan. Jokowi menginginkan, biaya hidup di Ibu Kota Negara baru lebih terjangkau.
"Pembangunan Ibu Kota Negara yang baru akan menekankan pada pentingnya mengatasi masalah sosial seperti gaya hidup boros," jelasnya.
Sebelum berbicara di forum itu, Jokowi menggelar pertemuan bilateral dengan Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA). Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja sama Kementerian ESDM Agung Pribadi, Senin (13/01/2020), menyatakan pemerintah dua negara menyepakati 16 perjanjian kerja sama di bidang keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan penanggulangan terorisme.
Sementara itu, ada 11 perjanjian bisnis yang diteken antarkedua negara meliputi bidang energi, minyak dan gas, petrokimia, pelabuhan, telekomunikasi, dan riset. Total nilai investasi dari 11 hasil perjanjian tersebut mencapai US$ 22,89 miliar atau Rp 314,9 triliun.
Dari beberapa kesepakatan yang sudah diteken, salah satu yang akan dijalankan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat. Perusahaan energi baru terbarukan (EBT) Masdar, yang berbasis di Abu Dhabi, PEA, nantinya akan bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali Investasi (PJBi) membangun PLTS Terapung Cirata sebesar 145 Mega Watt Peak (MWp).
Lebih lanjut, Agung menerangkan, investasi di pembangkit ini diperkirakan mencapai Rp1,8 triliun. PLTS Terapung Cirata diproyeksikan memecahkan rekor pembangkit bertenaga surya terbesar di ASEAN setelah PLTS di Filipina, Cadiz Solar Powerplant sebesar 132,5 MW.
Selain pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), ditandatangani pula kesepakatan bisnis sejumlah proyek migas seperti pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan antara Pertamina dengan Mubadala, potensi minyak mentah di Balongan antara Pertamina dengan ADNOC, hingga penyediaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) antara ADNOC dengan Pertamina.
Pada subsektor mineral, ditandatangani pula kerja sama Emirates Global Aluminium (EGA) dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dalam rangka penambahan produksi ingot alloy dan billet. Pada masa uji coba penambahan produksi direncanakan sekitar 20 ribu ton, di mana kapasitas produksi normal saat ini mencapai 250 ribu ton.
(miq/miq) Next Article Ini Alasan Jokowi Minta MBZ Jadi Penasihat Proyek Ibu Kota RI
Ajakan tersebut dikemukakan Jokowi saat menyampaikan pidato kunci pada forum Abu Dhabi Sustainability Week (ADSW) di Abu Dhabi National Exhibition Center (ADNEC), Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin, (13/1/2020).
"Di Ibu Kota Negara baru, kami mengundang dunia untuk membawa teknologi terbaik, inovasi terbaik, dan kearifan terbaik," katanya seperti dikutip keterangan resmi Sekretariat Kepresidenan.
"Energi terbarukan dan teknologi yang bersih akan menghasilkan kehidupan berkelanjutan bagi pembangunan sosial dan ekonomi. Kita tidak ingin hanya membangun ibu kota administratif dengan skala kecil, tapi kita ingin membangun kota smart metropolis," ujar Jokowi.
"Karena populasinya akan 3 kali lipat populasi Paris, 10 kali lipat populasi Washington DC, bahkan akan menyamai populasi New York dan London," lanjutnya.
Untuk itu, kepala negara menekankan pentingnya gaya hidup urban di abad ke-21 yang rendah karbon dan bertanggung jawab secara lingkungan. Jokowi menginginkan, biaya hidup di Ibu Kota Negara baru lebih terjangkau.
"Pembangunan Ibu Kota Negara yang baru akan menekankan pada pentingnya mengatasi masalah sosial seperti gaya hidup boros," jelasnya.
Sebelum berbicara di forum itu, Jokowi menggelar pertemuan bilateral dengan Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA). Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja sama Kementerian ESDM Agung Pribadi, Senin (13/01/2020), menyatakan pemerintah dua negara menyepakati 16 perjanjian kerja sama di bidang keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan, dan penanggulangan terorisme.
Sementara itu, ada 11 perjanjian bisnis yang diteken antarkedua negara meliputi bidang energi, minyak dan gas, petrokimia, pelabuhan, telekomunikasi, dan riset. Total nilai investasi dari 11 hasil perjanjian tersebut mencapai US$ 22,89 miliar atau Rp 314,9 triliun.
Dari beberapa kesepakatan yang sudah diteken, salah satu yang akan dijalankan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat. Perusahaan energi baru terbarukan (EBT) Masdar, yang berbasis di Abu Dhabi, PEA, nantinya akan bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali Investasi (PJBi) membangun PLTS Terapung Cirata sebesar 145 Mega Watt Peak (MWp).
Lebih lanjut, Agung menerangkan, investasi di pembangkit ini diperkirakan mencapai Rp1,8 triliun. PLTS Terapung Cirata diproyeksikan memecahkan rekor pembangkit bertenaga surya terbesar di ASEAN setelah PLTS di Filipina, Cadiz Solar Powerplant sebesar 132,5 MW.
Selain pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), ditandatangani pula kesepakatan bisnis sejumlah proyek migas seperti pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan antara Pertamina dengan Mubadala, potensi minyak mentah di Balongan antara Pertamina dengan ADNOC, hingga penyediaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) antara ADNOC dengan Pertamina.
Pada subsektor mineral, ditandatangani pula kerja sama Emirates Global Aluminium (EGA) dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dalam rangka penambahan produksi ingot alloy dan billet. Pada masa uji coba penambahan produksi direncanakan sekitar 20 ribu ton, di mana kapasitas produksi normal saat ini mencapai 250 ribu ton.
(miq/miq) Next Article Ini Alasan Jokowi Minta MBZ Jadi Penasihat Proyek Ibu Kota RI
Most Popular