
Diserap B30, Pengusaha Sawit Pede Tak Ekspor CPO Lagi
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
13 January 2020 15:24

Jakarta, CNBC Indonesia- Pengusaha kelapa sawit sepakat dengan Presiden Joko Widodo untuk tidak mengekspor minyak sawit mentah, karena kebutuhan dalam negeri yang jauh lebih besar. Terutama dengan ketentuan B30, yang bisa meningkatkan permintaan crude palm oil (CPO) sebanyak 5-6 juta ton.
"Bahwa sebaiknya kita tidak ekspor bahan mentah saya setuju, kebutuhan dalam negeri jauh lebih besar. Pemerintah semakin serius, menjadikan CPO sebagai alternatif energi. Penerapan biodiesel bertumbuh setelah B30 sehingga kebutuhan meningkat," kata Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kanya Lakshmi Sidarta kepada CNBC Indonesia dalam Power Lunch, Senin (13/01/2020).
Selama ini pengusaha masih lebih suka mengekspor CPO karena tingginya permintaan dan harga ekspor yang lebih menarik ketimbang domestik. Selain itu jumlah produksi dalam negeri pun selama ini melebihi kebutuhan CPO per tahunnya dan tingginya permintaan di pasar global. Meski demikian, ke depannya pengusaha sawit berkomitmen untuk tidak mengekspor minyak sawit mentah.
"Ke depannya produksi CPO kan sebagian besar sudah diolah yang belum diolah diharapkan ga diekspor. Kalau kebutuhan dalam negeri lebih besar kenapa engga," katanya.
Selama ini jika CPO hanya untuk kebutuhan pangan, permintaan hanya sekitar 9 juta ton. Sementara dengan kebijakan B30, permintaan meningkat 5-6 juta ton, dan akan semakin meningkat jika mencapai B50.
"Kalau pengusaha menjual CPO tidak harus dalam negeri. Faktornya tentu harga, kalau ada return yang lebih baik itu jadi daya tarik. Tapi kalau dalam negeri lebih bagus itu jadi daya tarik," ujar Lakshmi.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil) dihentikan dan membuat industri hulu yang bisa menyerap produksi CPO nasional. Jokowi mengatakan Indonesia punya sumber daya sawit yang besar dan bisa membantu untuk mengurangi defisit neraca perdagangan.
"Jangan lagi kita ekspor CPO secara terus-terusan. Bikin menjadi barang jadi. Kalau tidak kita akan terus dimain-mainkan oleh negara lain. Uni Eropa mengeluarkan isu lingkungan untuk menyerang sawit kita," kata Jokowi, dalam HUT 47 dan Rakernas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Jakarta, Jumat (10/1/2020).
Jokowi memaparkan Indonesia memiliki 13 juta hektare luas lahan perkebunan sawit. Jumlah produksi CPO Indonesia mencapai 46 juta ton per tahun, yang merupakan jumlah produksi terbesar di dunia.
(dob/dob) Next Article Agustus 2020, Penyerapan B30 Baru 58,5% dari Target
"Bahwa sebaiknya kita tidak ekspor bahan mentah saya setuju, kebutuhan dalam negeri jauh lebih besar. Pemerintah semakin serius, menjadikan CPO sebagai alternatif energi. Penerapan biodiesel bertumbuh setelah B30 sehingga kebutuhan meningkat," kata Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kanya Lakshmi Sidarta kepada CNBC Indonesia dalam Power Lunch, Senin (13/01/2020).
Selama ini pengusaha masih lebih suka mengekspor CPO karena tingginya permintaan dan harga ekspor yang lebih menarik ketimbang domestik. Selain itu jumlah produksi dalam negeri pun selama ini melebihi kebutuhan CPO per tahunnya dan tingginya permintaan di pasar global. Meski demikian, ke depannya pengusaha sawit berkomitmen untuk tidak mengekspor minyak sawit mentah.
"Ke depannya produksi CPO kan sebagian besar sudah diolah yang belum diolah diharapkan ga diekspor. Kalau kebutuhan dalam negeri lebih besar kenapa engga," katanya.
Selama ini jika CPO hanya untuk kebutuhan pangan, permintaan hanya sekitar 9 juta ton. Sementara dengan kebijakan B30, permintaan meningkat 5-6 juta ton, dan akan semakin meningkat jika mencapai B50.
"Kalau pengusaha menjual CPO tidak harus dalam negeri. Faktornya tentu harga, kalau ada return yang lebih baik itu jadi daya tarik. Tapi kalau dalam negeri lebih bagus itu jadi daya tarik," ujar Lakshmi.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil) dihentikan dan membuat industri hulu yang bisa menyerap produksi CPO nasional. Jokowi mengatakan Indonesia punya sumber daya sawit yang besar dan bisa membantu untuk mengurangi defisit neraca perdagangan.
"Jangan lagi kita ekspor CPO secara terus-terusan. Bikin menjadi barang jadi. Kalau tidak kita akan terus dimain-mainkan oleh negara lain. Uni Eropa mengeluarkan isu lingkungan untuk menyerang sawit kita," kata Jokowi, dalam HUT 47 dan Rakernas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Jakarta, Jumat (10/1/2020).
Jokowi memaparkan Indonesia memiliki 13 juta hektare luas lahan perkebunan sawit. Jumlah produksi CPO Indonesia mencapai 46 juta ton per tahun, yang merupakan jumlah produksi terbesar di dunia.
(dob/dob) Next Article Agustus 2020, Penyerapan B30 Baru 58,5% dari Target
Most Popular