
Menhub Ungkap Fenomena Orang Beralih dari Pesawat ke Tol
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
10 January 2020 13:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Penumpang pesawat beralih ke tol mulai jadi tren setahun terakhir. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi angkat bicara mengenai fenomena ini.
Menurutnya, hal ini tidak lepas dari efisiensi dan efektivitas yang jadi pertimbangan masyarakat. Dia tak membantah, warga dari Jakarta yang akan bepergian ke luar kota sudah lebih banyak menggunakan tol ketimbang pesawat.
"Ya kalau di Jakarta pastilah, karena mereka saving. Contoh lain misal orang dari Solo ke Surabaya kan murah sekali," kata Budi Karya ketika ditemui di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jumat (10/1/20).
Kendati begitu, dia tak mempersoalkan adanya perubahan perilaku masyarakat dalam bertransportasi ini. "Nggak apa-apalah memang itu ada suatu titik keseimbangan baru," urainya.
Sebelumnya, Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi juga angkat bicara mengenai fenomena ini. Menurut dia, tersambungnya Tol Trans Jawa dari ujung barat ke timur jadi faktor penting yang patut diperhatikan. Selain itu, di Sumatera juga beberapa ruas Tol Trans Sumatera mulai tersambung.
"Bahkan sekarang Sumatera sudah masif terhubung Lampung sampai Palembang dan akan lanjut lagi," ungkap Budi Setiyadi kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/1/20).
Tidak hanya berdampak pada pesawat, keberadaan tol juga memangkas jumlah penumpang bus. Masyarakat lebih cenderung pakai kendaraan pribadi.
"Ada indikasi bahwa dengan adanya infrastruktur jalan tol baru yang menghubungkan beberapa provinsi dan kota, yang sebelumnya masyarakat perjalanan antar kota, antar provinsi dengan kendaraan pribadi tidak menarik sekarang jadi menarik. Jadi ada perubahan pola," tandasnya.
Hal ini juga tidak lepas dari waktu tempuh yang berkurang drastis jika dibandingkan sebelum ada tol.
"Misal kalau dari Surabaya masyarakat kalau mau ke Semarang kan cukup dengan 2,5 jam. Begitu juga sebaliknya. Sehingga banyak yang perjalanan dengan kendaraan pribadi yang ini menggerus angkutan udara maupun dengan bus," urainya.
Penurunan penumpang bus bahkan amat ekstrem dibandingkan tahun sebelumnya, yakni mencapai 21%. Adapun data keseluruhan penurunan angkutan umum baik kereta, pesawat, kapal laut, maupun bus, mencapai 1,79%.
"Secara umum banyak masyarakat Nataru banyak pakai mobil mobil pribadi," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Penumpang Pesawat Anjlok 17,7 Juta, karena Tiket Mahal?
Menurutnya, hal ini tidak lepas dari efisiensi dan efektivitas yang jadi pertimbangan masyarakat. Dia tak membantah, warga dari Jakarta yang akan bepergian ke luar kota sudah lebih banyak menggunakan tol ketimbang pesawat.
"Ya kalau di Jakarta pastilah, karena mereka saving. Contoh lain misal orang dari Solo ke Surabaya kan murah sekali," kata Budi Karya ketika ditemui di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jumat (10/1/20).
Sebelumnya, Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi juga angkat bicara mengenai fenomena ini. Menurut dia, tersambungnya Tol Trans Jawa dari ujung barat ke timur jadi faktor penting yang patut diperhatikan. Selain itu, di Sumatera juga beberapa ruas Tol Trans Sumatera mulai tersambung.
"Bahkan sekarang Sumatera sudah masif terhubung Lampung sampai Palembang dan akan lanjut lagi," ungkap Budi Setiyadi kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/1/20).
Tidak hanya berdampak pada pesawat, keberadaan tol juga memangkas jumlah penumpang bus. Masyarakat lebih cenderung pakai kendaraan pribadi.
"Ada indikasi bahwa dengan adanya infrastruktur jalan tol baru yang menghubungkan beberapa provinsi dan kota, yang sebelumnya masyarakat perjalanan antar kota, antar provinsi dengan kendaraan pribadi tidak menarik sekarang jadi menarik. Jadi ada perubahan pola," tandasnya.
Hal ini juga tidak lepas dari waktu tempuh yang berkurang drastis jika dibandingkan sebelum ada tol.
"Misal kalau dari Surabaya masyarakat kalau mau ke Semarang kan cukup dengan 2,5 jam. Begitu juga sebaliknya. Sehingga banyak yang perjalanan dengan kendaraan pribadi yang ini menggerus angkutan udara maupun dengan bus," urainya.
Penurunan penumpang bus bahkan amat ekstrem dibandingkan tahun sebelumnya, yakni mencapai 21%. Adapun data keseluruhan penurunan angkutan umum baik kereta, pesawat, kapal laut, maupun bus, mencapai 1,79%.
"Secara umum banyak masyarakat Nataru banyak pakai mobil mobil pribadi," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Penumpang Pesawat Anjlok 17,7 Juta, karena Tiket Mahal?
Most Popular