
Tak Happy, Jokowi: Jangan Senang Kita Impor Minyak & Gas
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
09 January 2020 12:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menugaskan jajaran duta besar Indonesia di sejumlah negara, untuk ikut membantu mengatasi masalah impor komoditas energi yang kerap menjadi biang kerok defisit transaksi berjalan.
Berbicara saat membuka rapat kerja kepala perwakilan RI dengan Kementerian Luar Negeri di Istana Negara, Jokowi mengaku tidak senang dengan situasi Indonesia yang kerap kali membuka keran impor untuk sektor energi, yaitu minyak dan gas (migas).
"Jangan senang kita impor gas terus, atau impor minyak terus," tegas Jokowi di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (9/1/2020).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas sepanjang Januari - November 2019 tercatat US$ 19,75 miliar. Angka ini, sejatinya mengecil dibandingkan periode Januari - November 2018 yang mencapai US$ 27,84 miliar.
Namun, tak dapat dipungkiri pos impor migas masih memberikan sumbangsih lebih terhadap angka neraca perdagangan. Pada November lalu, neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit US$ 1,33 miiar atau terburuk dalam 7 bulan terakhir.
Jokowi lantas meminta peranan penting para duta besar untuk mencari investor yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia, terutama di bidang energi untuk mengurangi impor migas.
"Investornya siapa? Investor bisa saja, misalnya yang berkaitan dengan batu bara. Datangkan investor yang memiliki teknologi yang berkaitan dengan batu bara karena batu bara bisa diubah menjadi DME [Dimethyl Ether] atau LPG," katanya.
"LPG kita ini impor. Impor semuanya. Sehingga yang berkaitan dengan investasi, yang berkaitan dengan LPG, penting sekali supaya kita tidak impor gas LPG lagi," tegas Jokowi.
Jokowi pun mencontohkan bagaimana ada beberapa komponen yang bisa menjadi bahan baku minyak. Hal ini, pun bisa menekan angka impor minyak yang cukup besar di Indonesia.
"Investasi yang berkaitan dengan minyak misalnya, dengan mengubah minyak kelapa kopra kita menjadi avtur. Cari investornya, raw materialnya ada. Materialnya ada, dan barang ini memang bisa berubah menjadi avtur. Karena avtur kita impor banyak," jelasnya.
(wed/wed) Next Article Ssst! Jokowi Tahu Siapa Orang di Balik RI Doyan Impor Migas
Berbicara saat membuka rapat kerja kepala perwakilan RI dengan Kementerian Luar Negeri di Istana Negara, Jokowi mengaku tidak senang dengan situasi Indonesia yang kerap kali membuka keran impor untuk sektor energi, yaitu minyak dan gas (migas).
"Jangan senang kita impor gas terus, atau impor minyak terus," tegas Jokowi di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (9/1/2020).
Namun, tak dapat dipungkiri pos impor migas masih memberikan sumbangsih lebih terhadap angka neraca perdagangan. Pada November lalu, neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit US$ 1,33 miiar atau terburuk dalam 7 bulan terakhir.
Jokowi lantas meminta peranan penting para duta besar untuk mencari investor yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia, terutama di bidang energi untuk mengurangi impor migas.
"Investornya siapa? Investor bisa saja, misalnya yang berkaitan dengan batu bara. Datangkan investor yang memiliki teknologi yang berkaitan dengan batu bara karena batu bara bisa diubah menjadi DME [Dimethyl Ether] atau LPG," katanya.
"LPG kita ini impor. Impor semuanya. Sehingga yang berkaitan dengan investasi, yang berkaitan dengan LPG, penting sekali supaya kita tidak impor gas LPG lagi," tegas Jokowi.
Jokowi pun mencontohkan bagaimana ada beberapa komponen yang bisa menjadi bahan baku minyak. Hal ini, pun bisa menekan angka impor minyak yang cukup besar di Indonesia.
"Investasi yang berkaitan dengan minyak misalnya, dengan mengubah minyak kelapa kopra kita menjadi avtur. Cari investornya, raw materialnya ada. Materialnya ada, dan barang ini memang bisa berubah menjadi avtur. Karena avtur kita impor banyak," jelasnya.
(wed/wed) Next Article Ssst! Jokowi Tahu Siapa Orang di Balik RI Doyan Impor Migas
Most Popular