Kebutuhan Paspor Warga +62 Tembus 4 Juta Buku/Tahun

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
08 January 2020 16:21
Demikian dikatakan Direktur Pengembangan Usaha Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia Fajar Rizki.
Foto: Ilustrasi paspor (Designed by rawpixel.com/Freepik)
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Pengembangan Usaha Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia Fajar Rizki mengungkapkan salah satu lini bisnis perseroan adalah pembuatan paspor. Khusus untuk Indonesia, pembuatan paspor melalui kerja sama dengan Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Dalam media briefing di kantor Kementerian BUMN, Fajar mengungkapkan kebutuhan paspor masyarakat Indonesia mencapai 4 juta buku per tahun. Jumlah itu belum termasuk paspor dinas.

"Paspor kebutuhan Indonesia sekitar 3 juta sampai 4 juta buku per tahun. Itu paspor masyarakat saja. Paspor dinas atau diplomat di bawah 1 juta buku per tahun," kata Fajar di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (8/1/2020).

Bukan hanya di dalam negeri. Peruri juga mencetak paspor untuk kebutuhan negara-negara sahabat. Salah satunya adalah Sri Lanka.

"Ada sekitar satu juta buku, (nilainya) sekitar sampai 15 miliar rupiah per tahun," ujar Fajar.

Dalam waktu dekat, Peruri juga akan menggarap proyek pembuatan Paspor untuk negara Peru. Nilai kontraknya mencapai 16 juta euro atau Rp 255 miliar.

"Untuk Peruri baru memenangkan tender Desember lalu. Mungkin minggu depan ibu Dirut (Direktur Utama Peruri Dwina Septiani Wijaya) akan berangkat ke Peru untuk signing kontrak dengan bank sentral peru. (Proyeknya) nanti dikerjakan nanti pertengahan 2020," ujar Fajar.

Ketika dikonfirmasi CNBC Indonesia, Kepala Sub Bagian Humas Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham Achmad Nur Saleh membenarkan pernyataan Fajar. Ia lantas menyampaikan data penerbitan paspor hingga November 2019.

"Blanko paspor yang sudah didistribusikan ke kantor imigrasi se-Indonesia perinciannya paspor biasa sebanyak 3.395.650, sedangkan paspor elektronik 323.132," kata Achmad, Rabu (8/1/2020) malam.



Digital security
Dalam kesempatan itu, dia mengungkapkan Peruri menargetkan pendapatan dari bisnis digital security pada tahun ini mencapai Rp 370 miliar. Besarnya target seiring perubahan perilaku masyarakat yang banyak menggunakan gadget dalam kesehariannya, termasuk dalam cashless atau transaksi keuangan tanpa harus menggunakan uang fisik.

"Dari RKAP( Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) 2020 komposisinya sudah mulai bergeser pertumbuhan dari pada target pendapatan di bisnis digital security ini dari captive dan noncaptive 30% dari omset," kata Fajar.

Selain itu, dari sektor perbankan, yakni perubahan dari kartu debit yang bertipe magnetic stripe ke teknologi chip juga memengaruhi bisnis Peruri. Aturan itu diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.17/52/DKSP yang diterbitkan pada 30 Juni 2017.

Namun, menurut Fajar, hal itu bukan tanpa tantangan. Ia mengakui salah satu tantangan yang dihadapi di sektor perbankan adalah chip yang masih harus impor. Di sisi lain, proses biding melalui tender yang ditawarkan ke sektor perbankan harus melalui harga yang kompetitif.

"Kalau kita impor stok terlalu banyak juga bisa ganggu cash flow. Jadi kita masih ikuti irama dari pada permintaan," ujar Fajar.

(miq/miq) Next Article Biasa Cetak Uang, Bagaimana Nasib Peruri di Era Digital?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular