Proyeksi Industri 2020 Tumbuh 5,3%, Lebih Rendah dari 2019

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
06 January 2020 16:36
Proyeksi optimistis pertumbuhan industri non migas hanya 5,3% pada 2020.
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang menargetkan pertumbuhan PDB industri pengolahan non migas pada 2020 berkisar 4,80% sampai 5,30%. Proyeksi ini lebih rendah dibanding target 2019 sebesar 5,4%.

Agus menjelaskan high scenario atau skenario optimis 5,30% diproyeksikan tercapai dengan asumsi daya saing meningkat seiring dengan peningkatan produktivitas sektoral dan efisiensi investasi. Proyeksi pertumbuhan industri 5,3% memang sedikit di atas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 yang hanya 5,2%.

"Sehingga ini akan menjamin bahan baku, serapan teknologi, kondusivitas termasuk politik dan keamanan, iklim usaha serta inovasi produk mengikuti tren preferensi konsumen global," kata Agus dalam konferensi pers kinerja 2019 dan outlook pembangunan sektor industri 2020, Jakarta, Senin (6/1/2020).



Skenario rendah pertumbuhan industri 4,80% dari 2019 sebesar 4,48% diproyeksikan dengan asumsi bila Indonesia tak dapat menghadapi tantangan global dan tantangan domestik.

Sementara proyeksi kontribusi PDB industri 2020 ditarget 17,80 % sampai 17,95% terhadap PDB nasional. Asumsi skenario rendah 17,80% diproyeksikan dengan asumsi pertumbuhan sektor lain lebih cepat dari pertumbuhan industri.

"Hal ini bisa terjadi karena iklim usaha industri tidak bertambah, baik konsumsi rumah tangga untuk produk industri menurun salah satunya karena digital trade dan tren konsumsi berubah ke leisure," ujar Agus.

Sementara asumsi skenario optimistis, yaitu pertumbuhan industri lebih cepat dari sektor ekonomi lainnya antara lain karena membaiknya iklim usaha fisik atau non fisik yang mendorong efisiensi, utilitas dan investasi industri.

Jika iklim usaha membaik, ini akan memqcu investasi atau meningkatkan populasi industri. Lapangan kerja akan meningkat. Agus memproyeksi tenaga kerja di sektor industri terserap 19,66 juta orang pada 2020.

Lebih lanjut Agus memaparkan, industri manufaktur menjadi sektor penyumbang terbesar nilai ekspor nasional. Sepanjang Januari-Oktober 2019, ekspor produk manufaktur mencapai US$ 105,11 Miliar.

Tiga sektor yang menjadi kontributor terbesar adalah industri makanan dan minuman yang menembus US$ 21,73 Miliar, industri logam dasar sekitar US$ 14,64 miliar, dan industri tekstil dan pakaian jadi sebesar US$ 10,84 Miliar.

[Gambas:Video CNBC]


(hoi/hoi) Next Article Efek Corona, Kadin Akui Stok Bahan Baku Industri Menipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular