Menteri Basuki vs Gubernur Anies Soal Banjir, Siapa Benar?
Redaksi CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
03 January 2020 08:22

Pada kesempatan yang sama, Anies menepis pernyataan Basuki. Ia berujar normalisasi sungai tidak akan berfungsi dalam kaitannya menghadapi banjir jika tidak ada pengendalian air dari daerah di selatan Jakarta.
"Jadi, selama air dibiarkan dari selatan masuk ke Jakarta dan tidak ada pengendalian dari selatan, maka apa pun yang kita lakukan di pesisir termasuk di Jakarta tidak akan bisa mengendalikan airnya," kata Anies dilansir CNN Indonesia, Kamis (2/1/2020).
Ia pun memberi contoh normalisasi di kawasan Kampung Melayu yang dilakukan pihaknya, namun tetap mengalami banjir.
"Artinya kuncinya itu ada pada pengendalian air sebelum masuk pada kawasan pesisir," simpul Anies.
"Tapi, selama kita membiarkan air mengalir begitu saja, selebar apa pun sungainya, maka volume air itu akan luar biasa. Karena makin banyak kawasan yang digunakan untuk perumahan. Sehingga air pun mengalir ke sungai," sambungnya.
Tak cuma itu, Anies juga mengkritik soal penanganan banjir yang dilakukan gubernur sebelumnya. Menurutnya, normalisasi Sungai Ciliwung pada era Gubernur sebelumnya tetap tak bisa menghalau banjir di kawasan Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.
"Di sini memang sudah dilakukan normalisasi dan faktanya masih tetap terjadi banjir," kata Anies usai melakukan peninjauan di kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (2/1).
Pada era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sekitar 500 rumah di Kampung Pulo digusur demi kepentingan normalisasi Sungai Ciliwung.
Ke depan, kata Anies, harus ada langkah lebih konkret dan komprehensif untuk menghalau banjir termasuk pengendalian air di kawasan hulu.
"Dengan membangun DAM, membangun waduk membangun embung sehingga ada kolam-kolam retensi untuk mengontrol, mengendalikan volume air yang bergerak ke hilir," kata dia.
Anies pun menyebut pemulihan dan pencegahan banjir di masa depan sangat bergantung pada pembangunan dua waduk yakni Waduk Ciawi dan Sukamahi.
(gus/gus)
"Jadi, selama air dibiarkan dari selatan masuk ke Jakarta dan tidak ada pengendalian dari selatan, maka apa pun yang kita lakukan di pesisir termasuk di Jakarta tidak akan bisa mengendalikan airnya," kata Anies dilansir CNN Indonesia, Kamis (2/1/2020).
Ia pun memberi contoh normalisasi di kawasan Kampung Melayu yang dilakukan pihaknya, namun tetap mengalami banjir.
"Tapi, selama kita membiarkan air mengalir begitu saja, selebar apa pun sungainya, maka volume air itu akan luar biasa. Karena makin banyak kawasan yang digunakan untuk perumahan. Sehingga air pun mengalir ke sungai," sambungnya.
Tak cuma itu, Anies juga mengkritik soal penanganan banjir yang dilakukan gubernur sebelumnya. Menurutnya, normalisasi Sungai Ciliwung pada era Gubernur sebelumnya tetap tak bisa menghalau banjir di kawasan Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.
"Di sini memang sudah dilakukan normalisasi dan faktanya masih tetap terjadi banjir," kata Anies usai melakukan peninjauan di kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (2/1).
Pada era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sekitar 500 rumah di Kampung Pulo digusur demi kepentingan normalisasi Sungai Ciliwung.
Ke depan, kata Anies, harus ada langkah lebih konkret dan komprehensif untuk menghalau banjir termasuk pengendalian air di kawasan hulu.
"Dengan membangun DAM, membangun waduk membangun embung sehingga ada kolam-kolam retensi untuk mengontrol, mengendalikan volume air yang bergerak ke hilir," kata dia.
Anies pun menyebut pemulihan dan pencegahan banjir di masa depan sangat bergantung pada pembangunan dua waduk yakni Waduk Ciawi dan Sukamahi.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular