
2020 PDB Asia Bisa Jadi Terbesar di Dunia, Tapi...
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 December 2019 13:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Angka produk domestik bruto (PDB) Asia diperkirakan akan menjadi yang terbesar di dunia pada 2020. Jumlahnya bisa mengalahkan gabungan dari PDB berbagai negara dari seluruh dunia, yaitu mencakup sebesar 60% dari total keseluruhan.
Selain itu, negara-negara Asia-Pasifik juga akan menyumbang sangat banyak anggota kelas menengah baru, yaitu sekitar 90% dari 2,4 miliar anggota baru, tulis Forum Ekonomi Dunia (World Economy Forum/WEF) dalam laporannya beberapa waktu lalu.
"Sebagian besar pertumbuhan itu akan datang dari pasar berkembang di China, India dan di seluruh Asia Tenggara dan akan memunculkan sejumlah keputusan baru untuk bisnis, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)," tulis WEF.
Namun begitu, WEF memperingatkan bahwa hal ini hanya bisa terjadi jika negara-negara Asia bisa memecahkan sejumlah masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi.
"Tekanan akan ada pada mereka untuk memandu pembangunan Asia dengan cara yang adil dan dirancang untuk memecahkan sejumlah masalah sosial dan ekonomi," jelasnya.
Lebih lanjut, WEF menyebut pertumbuhan ekonomi di Asia akan didorong oleh pertumbuhan konsumsi yang signifikan di wilayah ini. Namun, pertumbuhannya akan berbeda di seluruh pasar karena akan tergantung pada demografi lokal masing-masing dan faktor makro lainnya.
"Sebagai contoh, sebagaimana ditunjukkan oleh Future of Consumption in Fast-Growth Consumer Markets WEF, populasi yang menua di China akan berdampak negatif terhadap dividen populasi, tetapi kenaikan upah, migrasi perkotaan, pekerjaan jasa dan penurunan yang diantisipasi dalam tingkat tabungan rumah tangga akan mendorong konsumsi. Deviden demografis India yang besar dan kelas menengah yang sedang berkembang akan memacu konsumsi dan membantu pertumbuhan ekonomi," jelas WEF lagi.
"Sementara itu, Indonesia, Filipina, dan Malaysia akan mencatatkan peningkatan signifikan dalam angkatan kerja mereka, yang mengarah pada peningkatan pendapatan disposable per kapita. Ekonomi digital yang berkembang pesat di kawasan ini akan memberikan akses tambahan ke yang sebelumnya tidak terlayani dan memenuhi permintaan konsumen untuk kenyamanan dan efisiensi."
Dalam artikel tersebut, WEF juga mengatakan bahwa pemerintah di berbagai negara berkembang di seluruh Asia-Pasifik sedang berlomba untuk mengatasi kemiskinan, masalah infrastruktur dan hambatan signifikan lainnya untuk mengejar ketinggalan dengan dunia digital lainnya.
"Transformasi digital dan Revolusi Industri 4.0 di seluruh pasar akan menggantikan pekerjaan yang ada dan distribusi pekerjaan di seluruh sektor akan sangat terpengaruh dalam proses tersebut."
"Keberlanjutan dan dampak lingkungan, sosial dan ekonomi juga akan terus meningkat pada agenda pemerintah dan LSM di wilayah tersebut."
Namun begitu, WEF mengatakan pemerintah perlu memperbaiki beberapa hal ketika kesempatan untuk menjadi yang terbaik datang. Beberapa perubahan yang perlu dilakukan di antaranya adalah menciptakan reformasi perdagangan dan ramah investor, mempromosikan inklusi sosial dan keuangan, berinvestasi dalam infrastruktur dan melembagakan kemitraan publik-swasta.
"Mereka perlu berinovasi dan mereformasi pendidikan untuk memastikan ada tenaga kerja yang kompetitif dan terampil. Sementara mereka melakukan langkah-langkah ini, mereka akan diminta untuk menyeimbangkan kemajuan teknologi dan penciptaan lapangan kerja dan menyaring bakat, pengembangan ekonomi dan keberlanjutan, dan skala keuntungan dan konsentrasi kekuasaan. Kemampuan Asia Tenggara untuk memenuhi potensi pertumbuhannya akan sangat bergantung pada hal-hal ini."
(sef/sef) Next Article Iran Dikonfirmasi Tak Hadiri World Economic Forum Davos
Selain itu, negara-negara Asia-Pasifik juga akan menyumbang sangat banyak anggota kelas menengah baru, yaitu sekitar 90% dari 2,4 miliar anggota baru, tulis Forum Ekonomi Dunia (World Economy Forum/WEF) dalam laporannya beberapa waktu lalu.
"Sebagian besar pertumbuhan itu akan datang dari pasar berkembang di China, India dan di seluruh Asia Tenggara dan akan memunculkan sejumlah keputusan baru untuk bisnis, pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)," tulis WEF.
"Tekanan akan ada pada mereka untuk memandu pembangunan Asia dengan cara yang adil dan dirancang untuk memecahkan sejumlah masalah sosial dan ekonomi," jelasnya.
Lebih lanjut, WEF menyebut pertumbuhan ekonomi di Asia akan didorong oleh pertumbuhan konsumsi yang signifikan di wilayah ini. Namun, pertumbuhannya akan berbeda di seluruh pasar karena akan tergantung pada demografi lokal masing-masing dan faktor makro lainnya.
"Sebagai contoh, sebagaimana ditunjukkan oleh Future of Consumption in Fast-Growth Consumer Markets WEF, populasi yang menua di China akan berdampak negatif terhadap dividen populasi, tetapi kenaikan upah, migrasi perkotaan, pekerjaan jasa dan penurunan yang diantisipasi dalam tingkat tabungan rumah tangga akan mendorong konsumsi. Deviden demografis India yang besar dan kelas menengah yang sedang berkembang akan memacu konsumsi dan membantu pertumbuhan ekonomi," jelas WEF lagi.
"Sementara itu, Indonesia, Filipina, dan Malaysia akan mencatatkan peningkatan signifikan dalam angkatan kerja mereka, yang mengarah pada peningkatan pendapatan disposable per kapita. Ekonomi digital yang berkembang pesat di kawasan ini akan memberikan akses tambahan ke yang sebelumnya tidak terlayani dan memenuhi permintaan konsumen untuk kenyamanan dan efisiensi."
Dalam artikel tersebut, WEF juga mengatakan bahwa pemerintah di berbagai negara berkembang di seluruh Asia-Pasifik sedang berlomba untuk mengatasi kemiskinan, masalah infrastruktur dan hambatan signifikan lainnya untuk mengejar ketinggalan dengan dunia digital lainnya.
"Transformasi digital dan Revolusi Industri 4.0 di seluruh pasar akan menggantikan pekerjaan yang ada dan distribusi pekerjaan di seluruh sektor akan sangat terpengaruh dalam proses tersebut."
"Keberlanjutan dan dampak lingkungan, sosial dan ekonomi juga akan terus meningkat pada agenda pemerintah dan LSM di wilayah tersebut."
Namun begitu, WEF mengatakan pemerintah perlu memperbaiki beberapa hal ketika kesempatan untuk menjadi yang terbaik datang. Beberapa perubahan yang perlu dilakukan di antaranya adalah menciptakan reformasi perdagangan dan ramah investor, mempromosikan inklusi sosial dan keuangan, berinvestasi dalam infrastruktur dan melembagakan kemitraan publik-swasta.
"Mereka perlu berinovasi dan mereformasi pendidikan untuk memastikan ada tenaga kerja yang kompetitif dan terampil. Sementara mereka melakukan langkah-langkah ini, mereka akan diminta untuk menyeimbangkan kemajuan teknologi dan penciptaan lapangan kerja dan menyaring bakat, pengembangan ekonomi dan keberlanjutan, dan skala keuntungan dan konsentrasi kekuasaan. Kemampuan Asia Tenggara untuk memenuhi potensi pertumbuhannya akan sangat bergantung pada hal-hal ini."
(sef/sef) Next Article Iran Dikonfirmasi Tak Hadiri World Economic Forum Davos
Most Popular