
Jokowi Mau Rombak Sistem Upah, Kerja Dibayar Per Jam Mau?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 December 2019 17:35

Sistem bulanan adalah pekerja mendapat gaji tetap dengan nilai tertentu (plus tambahan insentif). Pekerja yang tidak tidak masuk seminggu dalam sebulan pun mendapat gaji setara dengan mereka tidak pernah izin, mungkin yang membedakan adalah insentif harian.
Sedangkan upah per jam adalah gaji yang diterima dihitung berdasarkan jam kerja. Misalnya dalam sebulan bekerja 40 jam, maka gaji per jam dikalikan 40 dan itulah upah yang diterima setiap bulan. Jadi mereka yang tidak pernah izin bakal mendapat gaji lebih besar ketimbang yang sering absen.
Di Indonesia, upah per jam adalah barang yang asing. Namun di negara maju seperti AS, upah per jam adalah hal yang lazim, bahkan menjadi indikator utama.
Pada November 2019, upah pekerja non-pertanian di Negeri Paman Sam adalah US$ 28,29 per jam. Naik 0,2% dibandingkan bulan sebelumnya dan 3,1% secara YoY.
Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) begitu memperhatikan data ini. Saat pertumbuhan upah melambat, berarti terlihat bahwa aktivitas produksi sedang lesu. Output berkurang, pertumbuhan ekonomi melambat, dan ini bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan moneter.
Baca: Data Tenaga Kerja AS Bagus, The Fed Batal Turunkan Bunga?
Inilah enaknya sistem upah per jam. Lebih rigid, lebih mudah dibaca, lebih jelas untuk dianalisis.
Kala dunia usaha berniat mengurangi produksi, apakah itu akibat konsolidasi internal perusahaan atau memang permintaan secara umum sedang menurun, maka jam kerja karyawan akan dikurangi. Otomatis upah yang diterima pun lebih sedikit, karena jam kerja yang lebih sedikit.
(aji/aji)
Sedangkan upah per jam adalah gaji yang diterima dihitung berdasarkan jam kerja. Misalnya dalam sebulan bekerja 40 jam, maka gaji per jam dikalikan 40 dan itulah upah yang diterima setiap bulan. Jadi mereka yang tidak pernah izin bakal mendapat gaji lebih besar ketimbang yang sering absen.
Di Indonesia, upah per jam adalah barang yang asing. Namun di negara maju seperti AS, upah per jam adalah hal yang lazim, bahkan menjadi indikator utama.
Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) begitu memperhatikan data ini. Saat pertumbuhan upah melambat, berarti terlihat bahwa aktivitas produksi sedang lesu. Output berkurang, pertumbuhan ekonomi melambat, dan ini bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan moneter.
Baca: Data Tenaga Kerja AS Bagus, The Fed Batal Turunkan Bunga?
Inilah enaknya sistem upah per jam. Lebih rigid, lebih mudah dibaca, lebih jelas untuk dianalisis.
Kala dunia usaha berniat mengurangi produksi, apakah itu akibat konsolidasi internal perusahaan atau memang permintaan secara umum sedang menurun, maka jam kerja karyawan akan dikurangi. Otomatis upah yang diterima pun lebih sedikit, karena jam kerja yang lebih sedikit.
(aji/aji)
Next Page
Ini Untungnya Menerapkan Upah Bulanan
Pages
Most Popular