
Bos Jasa Marga Tanggapi 'Hujan' Kritik Tol Japek II
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 December 2019 15:10
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Jasa Marga (JSMR) Desi Arryani menanggapi kritikan soal layanan jalan Tol layang Jakarta-Cikampek atau Japek II atau elevated. Jalan tol yang baru dibuka 15 Desember 2019 lalu itu dikritik karena jalur yang bergelombang.
Menurut Desi, keamanan menjadi bagian yang terpenting dibanding kenyamanan pengguna kendara. "Secara fisik dan keamanan sudah tidak perlu sangat diragukan. Sangat pasti aman. Memang kenyamanan ini, memang harus disempurnakan," kata Desi kepada CNBC Indonesia di Kementerian PUPR, Rabu (18/12/2019)
Apalagi saat momen liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) dimana lonjakan kendaraan diperkirakan bakal meningkat, maka perbaikan yang dilakukan demi kenyamanan akan sedikit dikesampingkan.
"Tapi kita kan menghadapi Nataru. Kenyamanan itu minor ya dibanding kepentingan Nataru yang sangat major. Tapi kenyamanan ini akan terus ditingkatkan," ungkap Desi.
Ia bilang pada hari pertama dibuka untuk umum 15 Desember 2019, Desi mengklaim lonjakan penumpang sudah mulai terasa di Japek II. Sehingga berdampak pada berkurangnya volume kendaraan di jalur bawah tol Jakarta-Cikampek.
"Sejak 15 September animo masyarakat ke tol Japek sesuai estimasi kita. Hari minggu (15/12) 33% naiknya (Tol) elevated. Di bawah jadi lancar. Senen (16/12) juga berkisar 30-an%. Jadi memang sesuai analisa kita kami," sebut Desi.
Menghadapi momen Nataru ini, Desi mengingatkan fungsi tol Japek II atau Elevated. Dimana untuk mengurangi volume kendaraan yang dinilai sudah sangat padat di jalur bawah.
"Jarak jauh harus naik. Jarak dekat jangan naik. Elevated itu untuk pengguna jarak jauh," sebut Desi.
Pimpinan Proyek Area 1 PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) Prajudi sempat mengatakan, tol ini dibuat naik turun karena mengikuti struktur yang ada di bawahnya.
Dia menerangkan, pembangunan Tol Layang sebenarnya diupayakan tidak terlalu tinggi dibanding dengan jalan yang sudah ada (eksisting). Namun, karena mesti melewati jembatan lain maka mau tak mau Tol Layang juga ditinggikan.
"Sebenarnya kita sedapat mungkin tidak terlalu tinggi dari badan jalan eksisting, cuma pada saat melewati overpass bagaimanapun harus meninggikan jalur, jadi memang kelihatan naik turun menyesuaikan struktur di bawah, yaitu overpass dan jembatan-jembatan," ujarnya di Simpang Susun Cikunir, Bekasi, Minggu lalu (15/12/2019) seperti dikutip dari detikcom.
Selain persoalan jalan gergelombang dan masalah ketidaknyamanan pada sambungan lantai jalan. Tol Japek II sempat mengalami genangan pada aspal yang berlobang usai hujan lebat pada Selasa (17/12), tol ini juga sempat dilanda kemacetan pada Rabu sore (18/12) karena perbaikan di sambungan jalan.
(hoi/hoi) Next Article Antisipasi Macet, Tol Jakarta-Cikampek Berlakukan Contraflow
Menurut Desi, keamanan menjadi bagian yang terpenting dibanding kenyamanan pengguna kendara. "Secara fisik dan keamanan sudah tidak perlu sangat diragukan. Sangat pasti aman. Memang kenyamanan ini, memang harus disempurnakan," kata Desi kepada CNBC Indonesia di Kementerian PUPR, Rabu (18/12/2019)
Apalagi saat momen liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) dimana lonjakan kendaraan diperkirakan bakal meningkat, maka perbaikan yang dilakukan demi kenyamanan akan sedikit dikesampingkan.
Ia bilang pada hari pertama dibuka untuk umum 15 Desember 2019, Desi mengklaim lonjakan penumpang sudah mulai terasa di Japek II. Sehingga berdampak pada berkurangnya volume kendaraan di jalur bawah tol Jakarta-Cikampek.
"Sejak 15 September animo masyarakat ke tol Japek sesuai estimasi kita. Hari minggu (15/12) 33% naiknya (Tol) elevated. Di bawah jadi lancar. Senen (16/12) juga berkisar 30-an%. Jadi memang sesuai analisa kita kami," sebut Desi.
Menghadapi momen Nataru ini, Desi mengingatkan fungsi tol Japek II atau Elevated. Dimana untuk mengurangi volume kendaraan yang dinilai sudah sangat padat di jalur bawah.
"Jarak jauh harus naik. Jarak dekat jangan naik. Elevated itu untuk pengguna jarak jauh," sebut Desi.
Pimpinan Proyek Area 1 PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) Prajudi sempat mengatakan, tol ini dibuat naik turun karena mengikuti struktur yang ada di bawahnya.
Dia menerangkan, pembangunan Tol Layang sebenarnya diupayakan tidak terlalu tinggi dibanding dengan jalan yang sudah ada (eksisting). Namun, karena mesti melewati jembatan lain maka mau tak mau Tol Layang juga ditinggikan.
"Sebenarnya kita sedapat mungkin tidak terlalu tinggi dari badan jalan eksisting, cuma pada saat melewati overpass bagaimanapun harus meninggikan jalur, jadi memang kelihatan naik turun menyesuaikan struktur di bawah, yaitu overpass dan jembatan-jembatan," ujarnya di Simpang Susun Cikunir, Bekasi, Minggu lalu (15/12/2019) seperti dikutip dari detikcom.
Selain persoalan jalan gergelombang dan masalah ketidaknyamanan pada sambungan lantai jalan. Tol Japek II sempat mengalami genangan pada aspal yang berlobang usai hujan lebat pada Selasa (17/12), tol ini juga sempat dilanda kemacetan pada Rabu sore (18/12) karena perbaikan di sambungan jalan.
(hoi/hoi) Next Article Antisipasi Macet, Tol Jakarta-Cikampek Berlakukan Contraflow
Most Popular