
Jokowi Jengkel & Singgung DME Batu Bara, Ini Progresnya!
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
16 December 2019 16:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali jengkel akibat impor minyak dan gas atau LPG yang terus dilakukan Indonesia. Kekesalan ini dirinya sampaikan dalam acara pembukaan Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Istana Negara, Senin, (16/12/2019).
"Gas ini batu bara bisa disubsitusi menjadi gas, sehingga nggak perlu impor LPG. Karena bisa dibuat dari batu bara kita yang melimpah, kok kita impor," tandasnya.
Sebelumnya Direktur Utama PT. Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengaku masih mempertimbangkan lokasi untuk proyek gasifikasi batu bara dengan PT. Bukit Asam Tbk (PTBA), yakni di Peranap dan Tanjung Enim.
"Kita lakukan di dua tempat Peranap dan Tanjung Enim sejak awal dua lokasi. Belum kita putuskan mana yang paling baik,. Feasibility study (FS) sudah selesai, lagi itungan angka" terangnya di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kamis, (12/12/2019).
Nicke meyakinkan jika proyek gasifikasi ini akan terus berjalan bersama PTBA. Pihaknya juga sudah menghitung nilai keekonomian dari proyek ini. "Produk pertamina kan dimethyl ether (DME) kan buat subtitusi dari liquified petroleum gas (LPG). Nah kita sudah berhitung di keekonomian," imbuh Nicke.
Pernyataan ini merespon pertanyaan dari berbagai pihak terkait pertanyaan keekonomian dari proyek gasifikasi batubara jadi DME yang dinilai bisa jadi subtitusi LPG. Proyek ini digadang bisa menutupi impor tersebut.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan untuk skala uji coba lab gasifikasi batubara memang mungkin untuk dilakukan. Namun saat akan ke skala komersial bisa mencapai US$ 14 per mmbtu. "Sehingga dinilai kurang ekonomis jadi pelaksanaannya tertunda," terangnya.
(gus/gus) Next Article Harga Batu Bara Terbang atau Ambles, Gasifikasi Tetap Cuan!
"Gas ini batu bara bisa disubsitusi menjadi gas, sehingga nggak perlu impor LPG. Karena bisa dibuat dari batu bara kita yang melimpah, kok kita impor," tandasnya.
Sebelumnya Direktur Utama PT. Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengaku masih mempertimbangkan lokasi untuk proyek gasifikasi batu bara dengan PT. Bukit Asam Tbk (PTBA), yakni di Peranap dan Tanjung Enim.
Nicke meyakinkan jika proyek gasifikasi ini akan terus berjalan bersama PTBA. Pihaknya juga sudah menghitung nilai keekonomian dari proyek ini. "Produk pertamina kan dimethyl ether (DME) kan buat subtitusi dari liquified petroleum gas (LPG). Nah kita sudah berhitung di keekonomian," imbuh Nicke.
Pernyataan ini merespon pertanyaan dari berbagai pihak terkait pertanyaan keekonomian dari proyek gasifikasi batubara jadi DME yang dinilai bisa jadi subtitusi LPG. Proyek ini digadang bisa menutupi impor tersebut.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan untuk skala uji coba lab gasifikasi batubara memang mungkin untuk dilakukan. Namun saat akan ke skala komersial bisa mencapai US$ 14 per mmbtu. "Sehingga dinilai kurang ekonomis jadi pelaksanaannya tertunda," terangnya.
(gus/gus) Next Article Harga Batu Bara Terbang atau Ambles, Gasifikasi Tetap Cuan!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular