Jokowi Kesal Karena Kilang & Jawaban Pertamina

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
13 December 2019 08:33
Jokowi geram pembangunan kilang tak rampung-rampung dalam 30 tahun terakhir
Foto: Bryan Dandi
Jakarta, CNBC Indonesia - Jokowi geram pembangunan kilang tak rampung-rampung dalam 30 tahun terakhir. Menanggapi hal ini bos PT Pertamina (Persero) coba meyakinkan jika pembangunan kilang masih berjalan dan diharapkan rampung sesuai rencana.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menegaskan pengembangan kilang di Cilacap tengah dilakukan dengan Saudi Aramco. Pertamina menawarkan opsi kerjasama seperti di Balikpapan.
Skema Balikpapan yang dimaksud yakni tidak dilakukan spin-off pada kilang eksisting. Artinya Pertamina dan Saudi Aramco akan membangun fasilitas baru tanpa menyertakan akses eksisting.

Melalui skema ini kedua belah pihak akan membentuk perusahaan patungan untuk mengoperasikan fasilitas baru di kompleks kilang Cilacap.

"Kerjasama dengan Aramco masih berjalan, opsi kerjasama seperti Balikpapan, bangun yang baru. Eksisting tetap operasi tapi sistemnya toll fee," ungkapnya di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kamis, (12/12/2019).

Meski demikian, nilai investasi kilang Cilacap masih menanti hitungan pasti yang sedang diaudit. Ada selisih nilai valuasi antara PT Pertamina (Persero) dan calon investor raksasa Saudi Aramco.



Nilai awal, investasi diperkirakan bisa mencapai US$ 5,6 miliar atau setara Rp 78,4 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000/US. Namun Saudi Aramco menawar kembali sehingga muncul nilai baru US$ 2,8 miliar.

Tidak hanya Aramco, Nicke juga menerangkan proyek kilang lain yang tengah berjalan. Grass Root Refinery (GRR) Tuban menurutnya masih terus berjalan.

Pekan lalu, ujarnya, pihaknya sudah melakukan reklamasi. Selain lahan yang diperlukan, masih perlu tambahan lagi 200 hektar untuk reklamasi.

"Pekerjaan Enginering Procurement and Construction (EPC) sudah mulai," jelasnya.

Sementara pembangunan Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan, dikerjakan dengan skema yang cukup berbeda dengan sebelumnya. Jika sebelumnya buat front-end engineering design (FEED) terlebih dahulu baru EPC, Balongan ini dilakukan secara bersamaan untuk FEED dan EPC.

"Jika sebelumnya tahap I selesai tahun 2023 dengan skema ini bisa di pertengahan 2022, lebih cepat 14 bulan atau 18 bulan," imbuhnya.

Co processing RDMP Dumai juga sudah berjalan 20%. Sedangkan GRR Bontang, masih di fase pembebesan lahan dan penetapan lokasi.

"Minggu lalu kita lakukan groudbreaking untuk Cilacap seperti halnya Balongan juga. Pemilihan partner bisa sambil jalan," terangnya.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Bangun Kilang Butuh US$48 M, Duit Dari Mana Pertamina?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular