Jokowi Sindir Soal Kilang, Ini Jawaban Bos Pertamina

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
12 December 2019 20:24
Bos Pertamina jawab soal progres pembangunan kilang
Foto: Wamen BUMN Budi Gunadi Sadikin dan Dirut Pertamina memberikan ketrerangan pers mengenai strategi (CNBC Indonesia/Muhammad Khoirul Anwar)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo menyinggung soal pembangunan kilang yang berjalan lambat dalam 30 puluh tahun terakhir.  Namun, Pertamina meyakinkan bahwa pembangunan kilang saat ini masih sesuai rencana. 

Paling dekat adalah proyek kilang Cilacap. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati berharap kerjasama untuk pengembangan kilang di Cilacap masih dilakukan dengan Saudi Aramco. Pihaknya menawarkan opsi kerjasama seperti di Balikpapan.



Skema Balikpapan yang dimaksud adalah tidak dilakukan spin-off pada kilang eksisting. Artinya Pertamina dan Saudi Aramco akan membangun fasilitas baru tanpa menyertakan akses eksisting. Melalui skema ini kedua belah pihak akan membentuk perusahaan patungan untuk mengoperasikan fasilitas baru di kompleks kilang Cilacap.

"Kerjasama dengan Aramco masih berjalan, opsi kerjasama seperti Balikpapan, bangun yang baru. Eksisting tetap operasi tapi sistemnya toll fee," ungkapnya di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kamis, (12/12/2019).

Lebih lanjut dirinya mengatakan, pihaknya akan membangun anak usaha dengan partner seperti di Balikpapan, kemudian perusahaan ini yang akan mengoperasikan kilang eksisting. "Nanti ada toll fee Pertamina," terangnya.

Investasi kilang Cilacap memang masih menanti hitungan pasti yang sedang diaudit oleh lembaga audit. Ada selisih nilai valuasi antara PT Pertamina (Persero) dan calon investor raksasa Saudi Aramco. Nilai awal, investasi diperkirakan bisa mencapai US$ 5,6 miliar atau setara Rp 78,4 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000/US.

Selisih ini artinya ada kemajuan di lobi beberapa waktu ini. Semula valuasi nilai yang diajukan adalah US$ 5,6 miliar lalu ditawar oleh Saudi Aramco menjadi US$ 2,8 miliar, artinya ada perbedaan nilai 2 kali lipat. Jika tersisa selisih US$ 1,5 miliar dari valuasi, artinya lobi sudah digenjot ke angka US$ 4,1 miliar.

Ketika kilang Cilacap berhasil di revitalisasi melalui Refinery Development Master Plan (RDMP), kapasitas produksi minyak dapat terangkat dari 348.000 bpd menjadi 400.000 bpd.



Selain Aramco, Nicke juga menerangkan proyek kilang lain. Grass Root Refinery (GRR) Tuban menurutnya masih terus berjalan. Pekan lalu menurutnya pihaknya sudah melakukan reklamasi. Selain lahan yang diperlukan, masih perlu tambahan lagi 200 hektar untuk reklamasi. "Pekerjaan Enginering Procurement and Construction (EPC) sudah mulai," jelasnya.

Pembangunan Refinery Development Master Plan (RDMP)Balongan, menurutnya dikerjakan dengan skema yang cukup berbeda dengan sebelumnya. Jika sebelumnya buat front-end engineering design (FEED) terlebih dahulu baru EPC, Balongan ini dilakukan secara bersamaan untuk FEED dan EPC. Sehingga direncanakan proyek akan selesai lebih cepat.

"Jika sebelumnya tahap I selesai tahun 2023 dengan skema ini bisa di pertengahan 2022, lebih cepat 14 bulan atau 18 bulan," kata Nicke.

RDMP Dumai menurutnya tetap jalan co processing sudah berjalan 20%. GRR Bontang, menrutnya masih jalan pembebesan lahan dan penetapan lokasi. "Minggu lalu kita lakukan groudbreaking untuk Cilacap seperti halnya Balongan juga. Pemilihan partner bisa sambil jalan," jelasnya.



[Gambas:Video CNBC]


(gus/gus) Next Article Tangki Kilang Balongan Meledak Hingga India Vs Arab Saudi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular