
62 Tahun Pertamina, Ini Loncatan & Hambatan BUMN Migas RI!

Mengenang Perjalanan 62 Tahun Pertamina
Mengutip situs resmi Pertamina, berikut adalah perjalanan dan transformasi wajah Pertamina :
Pada 1960, PT Permina berubah status menjadi Perusahaan Negara (PN) Permina. Kemudian, PN Permina bergabung dengan PN Pertamin menjadi PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) pada 20 Agustus 1968.
Selanjutnya, melalui UU No.8 tahun 1971, pemerintah mengatur peran Pertamina untuk menghasilkan dan mengolah migas dari ladang-ladang minyak serta menyediakan kebutuhan bahan bakar dan gas di Indonesia.
Kemudian melalui UU No.22 tahun 2001, pemerintah mengubah kedudukan Pertamina sehingga penyelenggaraan Public Service Obligation (PSO) dilakukan melalui kegiatan usaha.
Berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tanggal 18 Juni 2003, Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara berubah nama menjadi PT Pertamina (Persero) yang melakukan kegiatan usaha migas pada Sektor Hulu hingga Sektor Hilir.
Pada 10 Desember 2005, Pertamina mengubah lambang kuda laut menjadi anak panah dengan warna dasar hijau, biru, dan merah yang merefleksikan unsur dinamis dan kepedulian lingkungan
Pada 20 Juli 2006, PT Pertamina (Persero) melakukan transformasi fundamental dan usaha Perusahaan. PT Pertamina (Persero) mengubah visi Perusahaan yaitu, "Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia" pada 10 Desember 2007.
Kemudian tahun 2011, Pertamina menyempurnakan visinya, yaitu "Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia". Melalui RUPSLB tanggal 19 Juli 2012, Pertamina menambah modal ditempatkan/disetor serta memperluas kegiatan usaha Perusahaan.
Pada 14 Desember 2015, Menteri BUMN selaku RUPS menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pertamina dalam hal optimalisasi pemanfaatan sumber daya, peningkatan modal ditempatkan dan diambil bagian oleh negara serta perbuatan-perbuatan Direksi yang memerlukan persetujuan tertulis Dewan Komisaris. Perubahan ini telah dinyatakan pada Akta No.10 tanggal 11 Januari 2016, Notaris Lenny Janis Ishak, SH.
Pada 24 November 2016, Menteri BUMN selaku RUPS sesuai dengan SK BUMN No. S-690/MBU/11/2016, menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pertamina terkait dengan komposisi Direksi dan Dewan Komisaris, kewenangan atas nama Direktur Utama, pembagian tugas dan wewenang Direksi, kehadiran rapat Direktur Utama dan Dewan Komisaris. Tahun 2013 menjadi tahun bersejarah bagi Pertamina. Untuk pertama kalinya Pertamina masuk menjadi salah satu penghuni Fortune 500 Global. Kala itu Pertamina berada di peringkat 122 dengan pendapatan mencapai US$ 70,9 miliar. Dengan kurs rupiah kala itu berada di Rp 10.400/US$ maka pendapatan tersebut setara dengan Rp 737,4 triliun.
Namun saat harga minyak anjlok pendapatan Pertamina ikut tergerus dan posisinya dalam klasemen Fortune 500 Global terus merosot. Terakhir di tahun 2019 posisi Pertamina berada di rangking 175 atau naik 78 peringkat dibanding tahun sebelumnya.
Rasanya jika meninjau kinerja Pertamina hanya menggunakan pendekatan pendapatan saja kurang esensial, ditambah harga minyak anjlok di tahun 2014. Saat ini kinerja Pertamina dapat dilihat dari aktivitas di sektor hulu, distribusi dan pemasaran serta kinerja keuangan.
Mari tengok satu per satu. Dalam artikel ini, hasil kinerja Pertamina diambil dari data yang tersedia di laporan tahunan perusahaan. Dari sisi di sektor hulu tampak bahwa produksi minyak mentah, pengolahan minyak mentah hingga volume produksi BBM mengalami peningkatan di tahun 2017-2018.
Indikator Sektor Hulu | 2017 | 2018 | Change |
Produksi Minyak Mentah | 125 | 144 | 15% |
Pengolahan Minyak Mentah, Gas & Intermedia (Juta Barel) | 324 | 337 | 4% |
Volume Produksi BBM (Juta Barel) | 263 | 279 | 6% |
Volume Produksi non-BBM (Juta Barel) | 29 | 29 | 0% |
Namun apabila kinerjanya ditinjau secara historis, dari tahun 2014-2016 realisasi kinerja di sektor hulu cenderung tidak mencapai target yang tertuang di Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP). Yang paling miris adalah capaian temuan cadangan minyak serta volume produksi non-BBM. Masing-masing capaiannya di tahun 2016 hanya 76% dan 79%.
Kinerja Sektor Hulu Tahun 2014
Indikator Sektor Hulu | Target | Realisasi | Capaian |
Temuan Cadangan Minyak & Kondensat (MMBO) | 123.9 | 129.4 | 104% |
Produksi Minyak Mentah | 92.7 | 87.2 | 94% |
Pengolahan Minyak Mentah, Gas & Intermedia (Juta Barel) | 310.5 | 314.4 | 101% |
Volume Produksi BBM (Juta Barel) | 243.6 | 241.2 | 99% |
Volume Produksi non-BBM (Juta Barel) | 25.4 | 22.2 | 87% |
Kinerja Sektor Hulu Tahun 2015
Indikator Sektor Hulu | Target | Realisasi | Capaian |
Temuan Cadangan Minyak & Kondensat (MMBO) | 105.9 | 94.2 | 89% |
Produksi Minyak Mentah | 108.6 | 101.6 | 94% |
Pengolahan Minyak Mentah, Gas & Intermedia (Juta Barel) | 302 | 305.9 | 101% |
Volume Produksi BBM (Juta Barel) | 239.3 | 241.1 | 101% |
Volume Produksi non-BBM (Juta Barel) | 26 | 23.4 | 90% |
Kinerja Sektor Hulu Tahun 2016
Indikator Sektor Hulu | Target | Realisasi | Capaian |
Temuan Cadangan Minyak & Kondensat (MMBO) | 131.6 | 100 | 76% |
Produksi Minyak Mentah | 119.6 | 114 | 95% |
Pengolahan Minyak Mentah, Gas & Intermedia (Juta Barel) | 342.9 | 327.3 | 95% |
Volume Produksi BBM (Juta Barel) | 270.1 | 265.8 | 98% |
Volume Produksi non-BBM (Juta Barel) | 33.1 | 26.1 | 79% |
Baca : Jokowi Perintahkan Ahok Sikat Habis Mafia Migas! Ternyata dari sisi aktivitas distribusi dan pemasaran juga capaian targetnya juga miris. Banyak dari RKAP yang tak tercapai. Entah target yang ditetapkan tidak realistis atau memang kinerja sedang loyo. Namun yang jelas kinerja pemasaran perlu dievaluasi.
Kinerja Distribusi & Pemasaran 2014
Indikator Distribusi & Pemasaran | Target | Realisasi | Capaian |
Penjualan BBM (Juta KL) | 69.9 | 65.2 | 93% |
Penjualan Produk Domestik non-BBM (Juta MT) | 8.7 | 8.6 | 99% |
Ekspor Produk Kilang (Juat Barel) | 35.9 | 37.7 | 105% |
Impor Produk Kilang & Pembelian Domestik (Juta Barel) | 267.9 | 234.6 | 88% |
Penjualan LNG (Juta MMBTU) | 656.4 | 632.6 | 96% |
Kinerja Distribusi & Pemasaran 2015
Indikator Distribusi & Pemasaran | Target | Realisasi | Capaian |
Penjualan BBM (Juta KL) | 67.2 | 61.6 | 92% |
Penjualan Produk Domestik non-BBM (Juta MT) | 9.3 | 9 | 97% |
Ekspor Produk Kilang (Juat Barel) | 35.9 | 27.2 | 76% |
Impor Produk Kilang & Pembelian Domestik (Juta Barel) | 267.9 | 208.5 | 78% |
Penjualan LNG (Juta MMBTU) | 548.7 | 633.9 | 116% |
Sumber : Pertamina Annual Report
Beralih ke kinerja keuangan. Kinerja keuangan dapat dilihat dari beberapa rasio seperti di bawah ini. Dari segi performa keuangan dalam kurun waktu 2016 dan 2018 terdapat perbaikan terutama dari segi inventory turnover dan rasio perputaran piutang.
Rasio Keuangan 2016
Indikator Distribusi & Pemasaran | Target | Realisasi | Capaian |
ROE (%) | 12.8 | 22.8 | 178% |
ROI (%) | 12.2 | 17.9 | 147% |
Cash Ratio (%) | 29.7 | 66.3 | 223% |
Current Ratio (%) | 143.6 | 200.3 | 139% |
Collection Period (Day) | 40 | 43 | 108% |
Inventory Turn Over (Day) | 45 | 47 | 104% |
Total Asset Turn Over (%) | 93.7 | 87.4 | 93% |
Total Modal Sendiri terhadap total Aset (%) | 36.4 | 42.5 | 117% |
Rasio Keuangan 2018
Indikator Distribusi & Pemasaran | Target | Realisasi | Capaian |
ROE (%) | 2.1 | 13.2 | 629% |
ROI (%) | 10.3 | 15.7 | 152% |
Cash Ratio (%) | 44.3 | 66.8 | 151% |
Current Ratio (%) | 170 | 166 | 98% |
Collection Period (Day) | 54 | 50 | 93% |
Inventory Turn Over (Day) | 63 | 40 | 63% |
Total Asset Turn Over (%) | 88.4 | 99.2 | 112% |
Total Modal Sendiri terhadap total Aset (%) | 35.6 | 40.3 | 113% |
Sumber : Pertamina Annual Report
Memang data di atas tidak menunjukkan runtutan tahun yang sama dikarenakan ketersediaan data yang dipublikasikan di laporan tahunan serta format laporan tahunan. Namun setidaknya dengan data tersebut dapat dicermati bagaimana kinerja Pertamina dalam beberapa tahun belakangan ini dengan membandingkan secara historis maupun dibanding dengan target.
Kesimpulannya di umur yang ke-62 tahun ini Pertamina masih perlu banyak berbenah terutama di sektor hulu mengingat kapasitas produksi dan lifting yang terus menurun serta kebutuhan minyak yang tiap tahun terus meningkat.
Jika ingin mewujudkan kemandirian energi tanah air, fokus perbaikan kinerja pada sektor hulu Pertamina mutlak diperlukan. Perbaikan yang dilakukan diharapkan mampu menurunkan defisit neraca dagang migas dan transaksi berjalan yang selama ini terus menghantui Indonesia.
Teruslah berbenah Pertamina. Dirgahayu!
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/gus) Next Article Melihat RS Darurat Covid-19 di Lapangan Simprug