
Para Pengusaha Yakin Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5,1%
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
10 December 2019 15:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 mendatang bisa berada di kisaran 4,85%-5,1%. Namun, untuk mencapai angka itu bukan hal yang mudah di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
"Pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan. Semua proyeksi menunjukkan adanya penurunan. Tahun 2020 kelihatannya situasinya tidak terlalu menjadi lebih baik, terutama ekonomi besar seperti Tiongkok. Mereka prediksikan tahun 2020 tidak sesuai harapan mereka. Ini tentu berdampak bagi Indoensia," kata Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani pada konferensi pers outlook perekonomian Apindo di Jakarta, selasa (10/12/2019).
Cara yang bisa direalisasikan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi minimal di angka 5 persen ini ialah dengan mengoptimalkan adanya omnibus law. Yang diharapkan berdampak pada tumbuhnya investasi di daerah serta terbukanya lapangan kerja.
Selama ini, sektor penggerak dari pertumbuhan ekonomi berasal dari tingginya daya beli masyarakat. Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani menyebut berdasar data AC Nielsen, pengaruh konsumsi rumah tangga memiliki pengaruh mencapai sekitar 60% terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga jika masyarakat memiliki kemampuan finansial maka ekonomi bisa terus bertumbuh.
"Yang mendrive ekonomi kita adalah konsumsi rumah tangga. Kalau distribusi pendapatan lebih luas, otomatis memberi konstribusi lebih positif bagi perekonomian kita ke depan," sebutnya.
Adapaun untuk pertumbuhan ekonomi di tahun ini, APINDO memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 4,95% s/d 5,10%. Jika nantinya mencapai titik maksimal tentu akan bagus, namun jika tidak maka kirang lebih akan sama dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun 2019 yang berada di angka 5,02%.
Hal ini menjadi indikator terhadap tidak tercapainya pertumbuhan ekonomi keseluruhan 2019 sesuai target dan asumsi APBN-P 2019 sebesar 5,20%. Walaupun realisasi pertumbuhan Kuartal IV 2019 baru akan dirilis pada medio Februari 2020, namun hasilnya diproyeksikan tidak akan jauh berbeda dengan realisasi pencapaian pertumbuhan Kuartal III 2019 yaitu 5,02.
Lambannya pertumbuhan ekonomi disinyalir karena kinerja ekspor Indonesia yang relatif lemah dikarenakan ketergantungan berlebih pada ekspor komoditas mentah, khususnya kelapa sawit dan batubara. Perkembangan sektor industri manufaktur juga masih bergantung pada impor bahan baku dan barang modal, menjadi penyebab defisitnya neraca perdagangan di Semester I 2019.
(dru) Next Article PDB RI Q1-2020 2,97%, Siap-siap Minus di Q2
"Pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan. Semua proyeksi menunjukkan adanya penurunan. Tahun 2020 kelihatannya situasinya tidak terlalu menjadi lebih baik, terutama ekonomi besar seperti Tiongkok. Mereka prediksikan tahun 2020 tidak sesuai harapan mereka. Ini tentu berdampak bagi Indoensia," kata Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani pada konferensi pers outlook perekonomian Apindo di Jakarta, selasa (10/12/2019).
Cara yang bisa direalisasikan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi minimal di angka 5 persen ini ialah dengan mengoptimalkan adanya omnibus law. Yang diharapkan berdampak pada tumbuhnya investasi di daerah serta terbukanya lapangan kerja.
"Yang mendrive ekonomi kita adalah konsumsi rumah tangga. Kalau distribusi pendapatan lebih luas, otomatis memberi konstribusi lebih positif bagi perekonomian kita ke depan," sebutnya.
Adapaun untuk pertumbuhan ekonomi di tahun ini, APINDO memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 4,95% s/d 5,10%. Jika nantinya mencapai titik maksimal tentu akan bagus, namun jika tidak maka kirang lebih akan sama dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun 2019 yang berada di angka 5,02%.
Hal ini menjadi indikator terhadap tidak tercapainya pertumbuhan ekonomi keseluruhan 2019 sesuai target dan asumsi APBN-P 2019 sebesar 5,20%. Walaupun realisasi pertumbuhan Kuartal IV 2019 baru akan dirilis pada medio Februari 2020, namun hasilnya diproyeksikan tidak akan jauh berbeda dengan realisasi pencapaian pertumbuhan Kuartal III 2019 yaitu 5,02.
Lambannya pertumbuhan ekonomi disinyalir karena kinerja ekspor Indonesia yang relatif lemah dikarenakan ketergantungan berlebih pada ekspor komoditas mentah, khususnya kelapa sawit dan batubara. Perkembangan sektor industri manufaktur juga masih bergantung pada impor bahan baku dan barang modal, menjadi penyebab defisitnya neraca perdagangan di Semester I 2019.
(dru) Next Article PDB RI Q1-2020 2,97%, Siap-siap Minus di Q2
Most Popular