Mungkin Gak Ya AS-China Bakalan Damai Akhir Tahun ini?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 December 2019 11:09
Mungkin Gak Ya AS-China Bakalan Damai Akhir Tahun ini?
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Tarik ulur hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China masih mungkin terus bergulir. Rilis data ekonomi AS yang membaik dipercaya akan membuat bargaining power AS dalam negosiasi menguat.

Tarik ulur perbincangan dagang antara AS dengan China masih mewarnai dinamika hubungan dua negara yang sedang berseteru. Di awal pekan, Senin (2/12/2019), Presiden AS Donald Trump menegaskan pengesahan UU Penegakan HAM dan Demokrasi Hong Kong bertujuan untuk kebaikan bersama.

"Saya meneken UU ini sebagai bentuk respek kepada Presiden Xi (Jinping), China, dan rakyat Hong Kong. UU ini disahkan dengan harapan pemimpin dan perwakilan China di Hong Kong dapat mengatasi perbedaan serta menciptakan perdamaian dan kemakmuran bagi semua," kata Trump melalui keterangan tertulis.

Trump mengatakan bahwa pengesahan UU pro-demonstran Hong Kong tidak membuat negosiasi dengan China berjalan lebih mudah. Namun, dia percaya bahwa Beijing masih tetap menginginkan kesepakatan.

Ungkapan tersebut memicu reaksi negatif dari Beijing. China menegaskan agar AS tidak mencampuri urusan dalam negeri China. Kementerian Luar Negeri China berbalik menggertak dan akan melakukan 'serangan balasan'.



"Anda lihat saja. Apa yang akan terjadi, terjadilah," tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari Reuters.



Pada waktu yang sama, China melarang kapal-kapal militer serta pesawat terbang AS yang mengunjungi Hong Kong. China juga memberikan sanksi pada organisasi non-pemerintah AS karena diduga mendorong para demonstran anti-pemerintah di Hong Kong untuk melakukan kekerasan.

Tensi memang sempat memanas di awal pekan. Namun, pada Rabu (4/12/2019), Trump menegaskan bahwa negosiasi dagang dengan China berlangsung "sangat baik".

"Diskusi berjalan dengan sangat baik dan kita lihat apa yang akan terjadi" terang presiden AS ke-45 tersebut saat pertemuan NATO di London, melansir Reuters.

Trump nyatanya tak terburu-buru untuk segera menekan kesepakatan dagang fase-I tersebut tahun ini. Artinya Washington tak mematok deadline terkait kapan kesepakatan harus ditandatangani, bahkan akan lebih baik jika dilakukan setelah Pemilu AS November tahun depan.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh pria yang juga taipan properti itu. "Dalam beberapa hal, saya menyukai gagasan menunda kesepakatan dengan China sampai Pemilu selesai, tapi mereka ingin membuat kesepakatan sekarang dan kita akan melihat apakah kesepakatan itu akan benar terjadi," kata Trump saat diwawancarai oleh wartawan di London dalam pertemuan NATO, sebagaimana dilansir CNBC International.

Pernyataan tersebut juga diungkapkan oleh Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow. Mengutip CNBC International, Larry mengatakan "Kesepakatan semakin dekat, bahkan lebih dekat dibanding pertengahan bulan November lalu".

Kudlow juga menambahkan "Faktanya hampir setiap hari diskusi berlangsung dengan konstruktif. Kita semakin dekat dengan kesepakatan....tidak ada tenggat waktu yang mengikat secara sepihak. Namun tak dapat dipungkiri, 15 Desember akan menjadi tanggal yang penting apakah tarif akan dikenakan atau tidak".

[Gambas:Video CNBC]

Prioritas China masih sama, yaitu agar AS membatalkan pengenaan tarif yang efektif pada 15 Desember nanti sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase I. Perlu diketahui bersama pada tanggal itu AS akan secara efektif mengenakan tarif 15% untuk produk impor China senilai US$ 165 miliar. Hubungan keduanya memang complicated.

Untuk menebak apakah kesepakatan akan terjadi tahun ini atau tidak , Washington masih akan meninjau apakah beberapa kondisi dapat disepakati oleh China. Jika China masih tidak sepakat dengan apa yang diinginkan oleh Trump, tak menutup kemungkinan kesepakatan akan kembali molor.

Kamis pekan ini (5/12/2019), China masih belum mencapai kesepakatan terkait berapa jumlah produk pertanian AS yang akan mereka beli, mengutip The Wall Street Journal. Selain apakah China setuju dengan apa yang Trump inginkan atau tidak, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi ekonomi AS.

Ekonomi Paman Sam memang tak buruk-buruk amat. Walaupun aktivitas manufaktur masih terkoreksi dan aktivitas jasa juga mengalami penurunan tercermin dari angka PMI bulan November.

Defisit neraca dagang AS bulan Oktober mencapai US$ 47,2 miliar mengecil dibanding bulan sebelumnya. Defisit neraca dagang dengan China pun membaik dari US$ 31,6 miliar pada September menjadi US$ 31,3 pada Oktober. Angka Oktober menjadi yang terendah sejak Juni.

Berikut adalah data ekonomi AS yang rilis sepanjang pekan ini.

Indikator Ekonomi

Angka

Keterangan

Pertumbuhan ekonomi Q3 (%)

2.1

Direvisi naik dari pembacaan pertama sebesar 1,9%

ISM Manufacturing PMI November

48.1

Turun tipis dibanding bulan sebelumnya yang berada di 48.3

ISM Non-Manufacturing PMI November

53.9

Turun dibanding bulan sebelumnya yang berada di 54.7

Neraca Dagang (US$ Miliar) Oktober

-47.2

Defisit mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yang mencapai -US$ 51.1 miliar

Non Farm Payrolls November (Ribu)

266

Lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 156 ribu dan tertinggi sejak Januari 2019

Tingkat Pengangguran November (%)

3.5

Tingkat pengangguran turun dibanding bulan sebelumnya 3.6% dan terendah dalam 50 tahun terakhir

Sumber : Trading Economics, CNBC Indonesia 

Dengan data ekonomi yang positif dinilai para analis dan ekonom akan menguatkan posisi para negosiator AS yang berpotensi menyebabkan mundurnya kesepakatan dagang fase-I.

"Angka positif ini dapat menunda perjanjian perdagangan AS-China. Ini karena tanda-tanda ekonomi AS yang lebih kuat akan memberanikan negosiator AS," tulis Chris Gaffney, presiden World Market di TIAA Bank, dalam sebuah catatan penelitian setelah laporan nonpertanian-gaji pada Jumat, melansir Marketwatch.

[Gambas:Video CNBC]






TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Biden Tiba-Tiba Kecam China, Gegara Perang Dagang Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular