
Ada Pertanda Hantu Resesi Mulai Tinggalkan Eropa
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 December 2019 11:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Eropa membaik pada kuartal III-2019. Apakah benua biru mulai melihat cahaya di ujung terowongan?
Kemarin sore waktu Indonesia, Eurostat merilis data pembacaan final pertumbuhan ekonomi Zona Euro kuartal III-2019 yang sebesar 1,2% year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 1,1% YoY.
Pertumbuhan ekonomi Eropa meluncur turun sejak kuartal I-2018. Pada akhir 2017, ekonomi Zona Euro masih bisa tumbuh mendekati 3%. Selepas itu, perlambatan terus terjadi seolah tanpa henti.
Namun pada kuartal III-2019, tren itu terputus. Ini menjadi kali pertama Zona Euro mencatatkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sejak kuartal IV-2017.
Awalnya, dunia khawatir dengan Eropa karena berisiko menjadi sumber atau 'pusat gempa' resesi. Kekhawatiran yang beralasan kalau melihat pertumbuhan ekonomi di sana terus melambat dan kian dekat dengan zona negatif.
Baca: Eropa, 'Pusat Gempa' Resesi Ekonomi Dunia?
Kini, ada pertanda Eropa mulai bangkit. Namun apakah 'hantu' resesi benar-benar sudah pergi?
Untuk melihat kondisi Eropa, kita bisa memblejeti tiga negara terbesar yaitu Jerman, Inggris, dan Prancis. Tiga negara tersebut menyumbang 42,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Eropa pada 2018.
Indikator yang biasa digunakan untuk menerawang prospek ekonomi ke depan adalah leading indicator. Ada beberapa leading indicator, tetapi mari fokus pada dua saja yaitu Purchasing Managers's Index (PMI) manufaktur dan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK).
Pertama adalah PMI manufaktur. PMI menggambarkan pembelian oleh dunia usaha yang digunakan untuk proses produksi. Oleh karena itu, PMI bisa menjadi arah apakah dunia usaha akan ekspansi atau tidak.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik start. Di atas 100 berarti dunia usaha sedang ekspansi, kalau di bawah 50 ya sebaliknya.
Dari tiga perekonomian terbesar Eropa, hanya Prancis yang masih membukukan PMI manufaktur di atas 50. Artinya, industriawan Negeri Anggur siap untuk berekspansi.
Sementara di Jerman dan Inggris, PMI manufaktur masih di bawah 50 yang berarti berada di zona kontraksi. Akan tetapi, PMI Jerman pada November naik dibandingkan bulan sebelumnya dan mencapai angka tertinggi sejak Juni. Ini menggambarkan bahwa sedikit demi sedikit pesimisme industriawan di Negeri Panser mulai berkurang.
PMI sudah ada perbaikan, ada harapan dunia usaha di Eropa bangkit dari keterpurukan. Namun dunia usaha saja tidak cukup, konsumen juga harus bangkit. Sebab kalau pengusaha memproduksi barang tetapi tidak ada yang beli ya sama saja bohong.
Sekarang kita masuk ke IKK. Kalau PMI menggunakan angka 50 sebagai start, IKK memakai 100. Angka di atas 100 berarti konsumen pede mengarungi bahtera perekonomian saat ini dan ke depan.
Soal IKK, lagi-lagi Prancis jadi jawara. Pada November, IKK Prancis berada di 106, naik dibandingkan Oktober yaitu 104. Pencapaian Oktober menjadi yang tertinggi sejak Juni 2017.
Bagaimana dengan di Inggris dan Jerman? Pada November, IKK Inggris tercatat 99,97, sedikit lagi masuk zona optimistis. IKK di Negeri John Bull naik dalam dua bulan beruntun, jadi kalau tren ini bertahan bukan tidak mungkin bisa di atas 100 pada Desember.
Sedangkan di Jerman, situasinya malah kurang menggembirakan. Rilis IKK teranyar di Jerman masih periode Oktober yaitu 92, turun dibandingkan September yang sebesar 93.
Jadi, sepertinya halnya di sisi dunia usaha, konsumen Eropa tampaknya secara umum mulai bangkit berdiri. Konsumen yang percaya diri akan menjadi modal yang kuat bagi pemulihan ekonomi.
Apakah badai sudah berlalu di Eropa? Semoga, tetapi kewaspadaan tetap harus terjaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Ekonomi Eropa Lunglai, Pertumbuhan Melambat Jadi 2,1%
Kemarin sore waktu Indonesia, Eurostat merilis data pembacaan final pertumbuhan ekonomi Zona Euro kuartal III-2019 yang sebesar 1,2% year-on-year (YoY). Lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 1,1% YoY.
Pertumbuhan ekonomi Eropa meluncur turun sejak kuartal I-2018. Pada akhir 2017, ekonomi Zona Euro masih bisa tumbuh mendekati 3%. Selepas itu, perlambatan terus terjadi seolah tanpa henti.
Namun pada kuartal III-2019, tren itu terputus. Ini menjadi kali pertama Zona Euro mencatatkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sejak kuartal IV-2017.
Awalnya, dunia khawatir dengan Eropa karena berisiko menjadi sumber atau 'pusat gempa' resesi. Kekhawatiran yang beralasan kalau melihat pertumbuhan ekonomi di sana terus melambat dan kian dekat dengan zona negatif.
Baca: Eropa, 'Pusat Gempa' Resesi Ekonomi Dunia?
Kini, ada pertanda Eropa mulai bangkit. Namun apakah 'hantu' resesi benar-benar sudah pergi?
Untuk melihat kondisi Eropa, kita bisa memblejeti tiga negara terbesar yaitu Jerman, Inggris, dan Prancis. Tiga negara tersebut menyumbang 42,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Eropa pada 2018.
Indikator yang biasa digunakan untuk menerawang prospek ekonomi ke depan adalah leading indicator. Ada beberapa leading indicator, tetapi mari fokus pada dua saja yaitu Purchasing Managers's Index (PMI) manufaktur dan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK).
Pertama adalah PMI manufaktur. PMI menggambarkan pembelian oleh dunia usaha yang digunakan untuk proses produksi. Oleh karena itu, PMI bisa menjadi arah apakah dunia usaha akan ekspansi atau tidak.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik start. Di atas 100 berarti dunia usaha sedang ekspansi, kalau di bawah 50 ya sebaliknya.
Dari tiga perekonomian terbesar Eropa, hanya Prancis yang masih membukukan PMI manufaktur di atas 50. Artinya, industriawan Negeri Anggur siap untuk berekspansi.
Sementara di Jerman dan Inggris, PMI manufaktur masih di bawah 50 yang berarti berada di zona kontraksi. Akan tetapi, PMI Jerman pada November naik dibandingkan bulan sebelumnya dan mencapai angka tertinggi sejak Juni. Ini menggambarkan bahwa sedikit demi sedikit pesimisme industriawan di Negeri Panser mulai berkurang.
PMI sudah ada perbaikan, ada harapan dunia usaha di Eropa bangkit dari keterpurukan. Namun dunia usaha saja tidak cukup, konsumen juga harus bangkit. Sebab kalau pengusaha memproduksi barang tetapi tidak ada yang beli ya sama saja bohong.
Sekarang kita masuk ke IKK. Kalau PMI menggunakan angka 50 sebagai start, IKK memakai 100. Angka di atas 100 berarti konsumen pede mengarungi bahtera perekonomian saat ini dan ke depan.
Soal IKK, lagi-lagi Prancis jadi jawara. Pada November, IKK Prancis berada di 106, naik dibandingkan Oktober yaitu 104. Pencapaian Oktober menjadi yang tertinggi sejak Juni 2017.
Bagaimana dengan di Inggris dan Jerman? Pada November, IKK Inggris tercatat 99,97, sedikit lagi masuk zona optimistis. IKK di Negeri John Bull naik dalam dua bulan beruntun, jadi kalau tren ini bertahan bukan tidak mungkin bisa di atas 100 pada Desember.
Sedangkan di Jerman, situasinya malah kurang menggembirakan. Rilis IKK teranyar di Jerman masih periode Oktober yaitu 92, turun dibandingkan September yang sebesar 93.
Jadi, sepertinya halnya di sisi dunia usaha, konsumen Eropa tampaknya secara umum mulai bangkit berdiri. Konsumen yang percaya diri akan menjadi modal yang kuat bagi pemulihan ekonomi.
Apakah badai sudah berlalu di Eropa? Semoga, tetapi kewaspadaan tetap harus terjaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Ekonomi Eropa Lunglai, Pertumbuhan Melambat Jadi 2,1%
Most Popular