Mega Tsunami PHK Otomotif, 80.000 Orang akan Kena Libas

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
04 December 2019 15:59
PHK tengah menjalar ke industri otomotif.
Foto: Ilustrasi REUTERS/Fabian Bimmer
Jakarta, CNBC Indonesia - Periode 2019 bisa jadi tahun terburuk bagi para pekerja di sektor otomotif di seluruh dunia. Ini dikarenakan pada tahun ini banyak terjadi pemutusan hubungan kerja atau PHK massal di sektor.

Hal ini dipicu akibat menurunnya permintaan dan kemunculan inovasi baru dalam teknologi kendaraan. Langkah yang dilakukan para produsen otomotif, tak lain melakukan efisiensi terutama di sektor tenaga kerja.

Belum lama ini, Daimler dan Audi mengumumkan mengurangi hampir 20.000 karyawannya, sebagaimana dilaporkan South China Morning Post (SCMP) yang mengutip data Bloomberg News.



Bahkan, dari laporan itu diprediksi bahwa akan ada 80.000 pekerja yang terancam kehilangan pekerjaan dalam beberapa tahun ke depan.

"Meskipun pemotongan (jumlah pekerja diperkirakan) terkonsentrasi di Jerman, Amerika serikat (AS) dan Inggris, ekonomi yang tumbuh lebih cepat belum kebal dan produsen mobil diperkirakan akan mengurangi operasi di sana," tulis SCMP.

Sebelumnya sepanjang tahun ini, berbagai perusahaan mobil dunia juga telah melakukan pemangkasan jumlah karyawannya sejak awal 2019. Beberapa di antaranya adalah General Motors (GM) yang merumahkan 14.000 karyawan, Ford Motor 12.000 pekerja dan Nissan Motor yang akan memangkas 12.500 karyawannya hingga 2023 mendatang.

Alasan mereka mengurangi pekerja adalah untuk melakukan lebih banyak penghematan dalam biaya operasi perusahaan. Industri otomotif telah banyak merugi sepanjang 2019 ini akibat perang dagang yang sudah berlangsung lama antara berbagai negara dunia, terutama AS dengan China.

Tarif yang diterapkan kedua ekonomi terbesar di dunia ini telah meningkatkan biaya perusahaan dan menghambat investasi.

Selain di Amerika dan Eropa, pemangkasan jumlah pekerja juga dilakukan perusahaan mobil China. Startup kendaraan listrik NIO, yang telah merugi hingga miliaran dolar dan mencatatkan kinerja saham yang buruk di Bursa New York, telah mem-PHK sekitar 20% tenaga kerjanya pada akhir September atau sekitar 2.000 orang.

"Perlambatan yang terus-menerus di pasar global akan terus mengurangi margin dan pendapatan produsen mobil, yang telah dirugikan oleh peningkatan pengeluaran Penelitian dan Pengembangan (R&D) untuk teknologi mobil otonom," kata Gillian Davis, analis Bloomberg Intelligence.

"Banyak produsen mobil sekarang fokus pada rencana penghematan biaya untuk mencegah erosi margin," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Penjualan Mobil Anjlok Bisa Picu PHK?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular