Ini Strategi Pertamina Buat Bensin Murah!

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
27 November 2019 17:24
Pertamina memanfaatkan A20 agar harga gasolin lebih murah
Foto: Gaya Ahok di Pertamina Energy Forum 2019/CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia- PT Pertamina (Persero) berencana memanfaatkan A20, bahan bakar dengan emisi rendah campuran 15% etanol dan 5% methanol. Dengan campuran ini maka harga gasolin (bensin) bisa lebih murah dengan efisiensi pembakaran yang lebih tinggi.

SVP Research and Technology PT Pertamina Dadi Sugiana mengatakan dalam penerapan A20 ini ada dua strategi yang bisa dilakukan perusahaan. Dadi menyebutkan bisa menunggu produksi dari Pertamina atau impor A20 terlebih dahulu sampai siap produksi.


"Kalau impor dulu kira-kira saving money yang bisa diperoleh sekitar US$ 800 juta per tahun. Ini yang coba kami usahakan," kata Dadi dalam paparannya di Pertamina Energy Forum, Rabu (27/11/2019).

Penerapan A20 ini menurutnya harus segera dilakukan karena Indonesia merupakan importir terbesar kedua di dunia setelah Meksiko. Untuk itu Pertamina berencana mengembangkan etanol generasi kedua dan juga metanol sebagai campuran gasolin.

"Yang jadi persoalannya etanol dan metanol korosif sama dengan biodiesel, ada material yang membuat kemungkinan karet jadi melar. Jadi kami lagi pelajari bagaimana bisa digunakan untuk kendaraan," katanya.

Dalam kesempatan yang sama Director For Planning, Investment, and Risk Management Heru Setiawan mengatakan untuk mengantisipasi perkembangan energi global dan trade balance, Pertamina memiliki tiga skenario yang dirancang.


Pertama menjalankan bisnis seperti biasa. Kedua, pasar sebagai penggerak dan ketiga mengupayakan energi hijau (green as possible).

Heru mengatakan Pertamina memilih strategi pasar sebagai penggerak (market as drivers). Karena perkembangan industri energi secara global pada akhirnya mengarah pada energi hijau.

Selain itu kecepatan dari menjalankan bisnis seperti biasa ke penerapan energi hijau, akan menyesuaikan dengan kebijakan regulasi dan kesiapan pasar. Untuk Indonesia, skenario pasar sebagai penggerak merupakan langkah transisi penerapan energi hijau.

"Demand energi bersih masih akan dipenuhi oleh minyak bumi dengan porsi yang dominan. Namun mulai ada substitusi ke gas bisa secara masif, dan EBT secara bertahap," kata Heru.

Saat ini, menurutnya pemanfaatan EBT di Indonesia masih belum agresif. Ada beberapa faktor seperti model bisnis yang belum mendukung terciptanya ekosistem bisnis yang atraktif.

[Gambas:Video CNBC]


(sef/sef) Next Article Ribut Soal Harga Bensin, Benarkah Harga BBM RI Lebih Mahal?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular