Ciputra, Sang Crazy Rich yang Cuma Punya Sepasang Sepatu!
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
27 November 2019 07:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar duka datang dari sektor properti tanah air. Tokoh senior properti, Dr (HC) Ir. Ciputra meninggal dunia di usia ke-88.
Ciputra yang lahir pada 24 Agustus 1931 adalah seorang insinyur dan pengusaha properti senior.
Perjalanan Ciputra menjadi salah satu crazy rich Indonesia penuh onak dan duri. Singkat cerita, momentum penting dalam hidupnya hadir pada 1966 lalu. Ciputra memutuskan pensiun selepas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 23 Juli 1966.
Dikutip DetikX dikabarkan bahwa Ciputra sempat bangkut. Setahun setelah dia pensiun, kendala datang menghampiri Pembangunan Jaya dan perusahaan-perusahaan lain milik Ciputra yang bernaung di bawah grup Metropolitan Development ataupun grup Citra.
"Sebenarnya sejak 1977 saya sudah punya firasat. Persoalan ekonomi di Thailand, Korea Selatan, dan beberapa negara Asia pasti akan menyambar Indonesia," ucap Ciputra seperti tertulis pada biografinya, The Passion of My Life.
Sebelum gelap itu datang, hampir semua kinerja perusahaannya masih memiliki catatan positif. Walaupun sebagian perusahaan mempunyai utang dolar dalam jumlah besar kepada bank asing, namun proyek-proyeknya masih disambut hangat masyarakat.
Dilalah, perhitungan dan keyakinan Ciputra sempat meleset. Tatkala kekuatan rupiah saat itu cepat lesu terhadap dolar Amerika Serikat. Dari satu dolar hanya berkisar Rp 2.000, kemudian naik menjadi Rp 2.500. Maka celakalah perusahaan Indonesia yang memiliki utang dolar.
Manajemen Grup Ciputra sempat panik karena perusahaan milik keluarga ini mempunyai utang hampir $100 juta. Pada saat bersamaan dia juga harus memecat ribuan karyawan.
"Di kamar tidur, di meja makan, bahkan saat saya mandi dengan shower menyiram tubuh, saya berlinang air mata... Saya menangis tanpa saya sadar," kata Ciputra dalam halaman DetikX (19/12/2017).
Kala itu, Ciputra bersama anak-anak dan para menantunya, juga manajemen Ciputra harus menghadapi tekanan bank, kontraktor, mandor, dan pemasok yang meminta supaya utang segera dilunasi. Sementara pendapatan menyusut.
Saat krisis 1998, Direktur Pembangunan Jaya bernama Edmund Sutisna memaparkan bahwa Ciputra berbagi tugas dengan manajemen Pembangunan Jaya dan Metropolitan.
"Pak Ci konsentrasi menyelesaikan masalah di Grup Ciputra. Dia memberikan kepercayaan kepada kami di Grup Jaya untuk menyelesaikannya sendiri. Tapi kalau ada masalah baru kami konsultasikan dengan beliau," kata Edmund pada DetikX.
Untuk menutup utang, Ciputra terpaksa melepas beberapa saham perusahaan. Seperti Bumi Serpong Damai (BSD) dan beberapa unit usaha yang lain.
Jatuh bangun itu sudah lama berlalu. Setelah sekian lama usaha Ciputra sudah bangkit dan besar. Bahkan tercatat dalam majalah Forbes edisi 2019, Ciputra dan keluarga mempunya harta senilai US$ 1,1 miliar (posisi 18 di Indonesia).
Ciputra lebih banyak menghabiskan waktu di sejumlah yayasan sosial dan pendidikan. Di perusahaan, Ciputra berperan sebagai mentor di generasi berikutnya.
Generasi ketiga ketiga Ciputra bernama Ciputra Harun bercerita soal masa sulit saat hendak bergabung di grup Ciputra, di mana tidak ada keistimewaan bagi Cucu Ciputra sekalipun.
"Digaji pun dengan jumlah sama dengan staf lain. Kalau cucunya merasa keberatan pasti mereka enggak bergabung. Karena kami mau Grup Ciputra ini terus berlanjut dan last forever," kata Harun dalam DetikX.
Harun menambahkan bahwa kakeknya adalah sosok yang sederhana. Walaupun terbilang kaya raya.
"Dia nggak pernah mikirin sepatunya apa, bajunya apa. Sepatu dia Cuma satu, New Balance warna hitam, entah tahun berapa belinya. Nggak ganti-ganti," katanya.
Bagi Ciputra merek baju, mobil, atau sepatu bukan hal penting. Mobilnya pun hanya Alphard seri lama.
Kekayaan Ciputra berdasarkan Forbes mencapai US$ 1,3 miliar atau Rp 18,2 triliun (asumsi kurs US$ 1 = Rp 14.000) yang menjadikannya peringkat 27 orang terkaya di seluruh Indonesia.
Ciputra meninggal di Singapura pada dini hari tadi.
Berikut, pengumuman yang disampaikan Corporate Communication Ciputra Group:
Telah meninggal dunia dengan tenang, Bapak Ir Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group di Singapore pada tanggal 27 November 2019 pukul 1:05 waktu Singapura.
"Kami keluarga besar Ciputra Group mengucapkan turut berduka yang mendalam dan mendoakan semoga Keluarga yg ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan menghadapi kedukaan ini," kata Tulus Santoso Brotosiswoyo Direktur Independen Ciputra Development kepada CNBC Indonesia, Rabu (27/11/2019).
"Indonesia kehilangan salah satu putra terbaik bangsa Ir. Ciputra, beliau meninggal di Singapore. Banyak karya yang telah beliau buat untuk kemajuan bangsa Indonesia seperti di bidang perumahan juga pendidikan serta taman impuan jaya ancol yang menjadi pusat hiburan warga jakarta dan sekitarnya. Beliau juga dikenal sebagai tokoh filantropi yang banyak membantu. Selamat jalan Bapak properti Indonesia," demikian diungkapkan Saleh Husin, yang merupakan mantan Menteri Perindustrian.
Selamat Jalan Pak Ci...
(dru) Next Article Pendiri Ciputra Group, Dr (HC) Ir Ciputra Meninggal Dunia
Ciputra yang lahir pada 24 Agustus 1931 adalah seorang insinyur dan pengusaha properti senior.
Perjalanan Ciputra menjadi salah satu crazy rich Indonesia penuh onak dan duri. Singkat cerita, momentum penting dalam hidupnya hadir pada 1966 lalu. Ciputra memutuskan pensiun selepas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 23 Juli 1966.
"Sebenarnya sejak 1977 saya sudah punya firasat. Persoalan ekonomi di Thailand, Korea Selatan, dan beberapa negara Asia pasti akan menyambar Indonesia," ucap Ciputra seperti tertulis pada biografinya, The Passion of My Life.
Sebelum gelap itu datang, hampir semua kinerja perusahaannya masih memiliki catatan positif. Walaupun sebagian perusahaan mempunyai utang dolar dalam jumlah besar kepada bank asing, namun proyek-proyeknya masih disambut hangat masyarakat.
Dilalah, perhitungan dan keyakinan Ciputra sempat meleset. Tatkala kekuatan rupiah saat itu cepat lesu terhadap dolar Amerika Serikat. Dari satu dolar hanya berkisar Rp 2.000, kemudian naik menjadi Rp 2.500. Maka celakalah perusahaan Indonesia yang memiliki utang dolar.
Manajemen Grup Ciputra sempat panik karena perusahaan milik keluarga ini mempunyai utang hampir $100 juta. Pada saat bersamaan dia juga harus memecat ribuan karyawan.
"Di kamar tidur, di meja makan, bahkan saat saya mandi dengan shower menyiram tubuh, saya berlinang air mata... Saya menangis tanpa saya sadar," kata Ciputra dalam halaman DetikX (19/12/2017).
Kala itu, Ciputra bersama anak-anak dan para menantunya, juga manajemen Ciputra harus menghadapi tekanan bank, kontraktor, mandor, dan pemasok yang meminta supaya utang segera dilunasi. Sementara pendapatan menyusut.
Saat krisis 1998, Direktur Pembangunan Jaya bernama Edmund Sutisna memaparkan bahwa Ciputra berbagi tugas dengan manajemen Pembangunan Jaya dan Metropolitan.
"Pak Ci konsentrasi menyelesaikan masalah di Grup Ciputra. Dia memberikan kepercayaan kepada kami di Grup Jaya untuk menyelesaikannya sendiri. Tapi kalau ada masalah baru kami konsultasikan dengan beliau," kata Edmund pada DetikX.
![]() |
Untuk menutup utang, Ciputra terpaksa melepas beberapa saham perusahaan. Seperti Bumi Serpong Damai (BSD) dan beberapa unit usaha yang lain.
Jatuh bangun itu sudah lama berlalu. Setelah sekian lama usaha Ciputra sudah bangkit dan besar. Bahkan tercatat dalam majalah Forbes edisi 2019, Ciputra dan keluarga mempunya harta senilai US$ 1,1 miliar (posisi 18 di Indonesia).
Ciputra lebih banyak menghabiskan waktu di sejumlah yayasan sosial dan pendidikan. Di perusahaan, Ciputra berperan sebagai mentor di generasi berikutnya.
Generasi ketiga ketiga Ciputra bernama Ciputra Harun bercerita soal masa sulit saat hendak bergabung di grup Ciputra, di mana tidak ada keistimewaan bagi Cucu Ciputra sekalipun.
"Digaji pun dengan jumlah sama dengan staf lain. Kalau cucunya merasa keberatan pasti mereka enggak bergabung. Karena kami mau Grup Ciputra ini terus berlanjut dan last forever," kata Harun dalam DetikX.
Harun menambahkan bahwa kakeknya adalah sosok yang sederhana. Walaupun terbilang kaya raya.
"Dia nggak pernah mikirin sepatunya apa, bajunya apa. Sepatu dia Cuma satu, New Balance warna hitam, entah tahun berapa belinya. Nggak ganti-ganti," katanya.
Bagi Ciputra merek baju, mobil, atau sepatu bukan hal penting. Mobilnya pun hanya Alphard seri lama.
Kekayaan Ciputra berdasarkan Forbes mencapai US$ 1,3 miliar atau Rp 18,2 triliun (asumsi kurs US$ 1 = Rp 14.000) yang menjadikannya peringkat 27 orang terkaya di seluruh Indonesia.
Ciputra meninggal di Singapura pada dini hari tadi.
Berikut, pengumuman yang disampaikan Corporate Communication Ciputra Group:
Telah meninggal dunia dengan tenang, Bapak Ir Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group di Singapore pada tanggal 27 November 2019 pukul 1:05 waktu Singapura.
"Kami keluarga besar Ciputra Group mengucapkan turut berduka yang mendalam dan mendoakan semoga Keluarga yg ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan menghadapi kedukaan ini," kata Tulus Santoso Brotosiswoyo Direktur Independen Ciputra Development kepada CNBC Indonesia, Rabu (27/11/2019).
"Indonesia kehilangan salah satu putra terbaik bangsa Ir. Ciputra, beliau meninggal di Singapore. Banyak karya yang telah beliau buat untuk kemajuan bangsa Indonesia seperti di bidang perumahan juga pendidikan serta taman impuan jaya ancol yang menjadi pusat hiburan warga jakarta dan sekitarnya. Beliau juga dikenal sebagai tokoh filantropi yang banyak membantu. Selamat jalan Bapak properti Indonesia," demikian diungkapkan Saleh Husin, yang merupakan mantan Menteri Perindustrian.
Selamat Jalan Pak Ci...
(dru) Next Article Pendiri Ciputra Group, Dr (HC) Ir Ciputra Meninggal Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular