Cek Fakta

Maaf, Batu Bara Telah dan Masih Akan Jadi "Nadi" Ekonomi RI

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
26 November 2019 20:35
Indonesia Libas AS & China di Pasar Batu Bara Dunia
Ilustrasi Batu Bara

Kini, batu bara kian menduduki posisi penting dalam perekonomian nasional dan bahkan dunia. Menurut data BP, sejak tahun 2009 Indonesia menyalip Rusia menjadi produsen batu bara dunia terbesar kelima, dengan angka produksi 155,3 juta ton (4,6% produksi dunia). Rusia yang pada 2008 menyumbang 4,6% produksi dunia, turun ke posisi ke-6 dengan sumbangan 4,1%.

Sejak saat itu, dominasi batu bara Indonesia di pasar dunia kian merangsek maju. Terbaru pada tahun 2018, BP mencatat Indonesia telah menyingkirkan India dan Australia sebagai produsen mineral hitam tersebut, mengekor Amerika Serikat (AS) dan China. Produksi batu bara Indonesia pada tahun itu mencapai 323,2 juta ton atau setara dengan 8,3% produksi dunia.


Namun, jika kita bicara mengenai pemasok terbesar batu bara di pasar dunia, Indonesia menjadi pemain terbesar kedua, menempel ketat Australia yang berada di posisi pertama. Meski produksi batu bara China dan AS menjadi yang terbesar dunia, masing-masing sebesar 46,7% dan 9,3% dari produksi dunia, tetapi mayoritas diserap di pasar domestik mereka sendiri.

Australia dan Indonesia menduduki posisi sebagai eksportir bersih (net exporter) utama batu bara dunia, dengan porsi ekspor masing-masing sebesar 249,4 juta ton dan 220,3 juta ton. Eropa dan China di sisi lain menjadi net importer terbesar dengan porsi masing-masing 149,6 juta ton dan 146,5 juta ton pada 2018.

Sama seperti pola konsumsi energi dunia, Indonesia juga saat ini melihat pergeseran dalam bauran energinya, dengan posisi batu bara sebagai sumber utama kedua di bauran energi primer, setelah minyak bumi. Energi primer adalah energi asli yang dikonsumsi dalam bentuk aslinya, belum diubah menjadi bentuk energi lain seperti listrik.

Mengutip data Kementerian ESDM (2017) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal EBTKE, tiga energi fosil utama dunia, yakni minyak bumi, batu bara, dan gas alam masih berperan dominan dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional. Minyak bumi dan batu bara menyumbang 46% dan 21% dari konsumsi energi primer Indonesia, sedangkan gas alam di kisaran angka 18%.

Sementara itu, jika bicara pembangkitan listrik Kementerian ESDM mencatat energi fosil per Juni 2019 secara total menyumbang 87,21% listrik yang kita nikmati tiap hari. Batu bara menjadi penyumbang utama dengan porsi 61,85%, gas di posisi kedua dengan porsi 21,12%, dan energi baru terbarukan (EBT) menyusul sebesar 12,71%.


Ke depan, porsi batu bara dalam pembangkitan listrik bakal kian dominan, menyusul pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap terbesar se-Asia Tenggara, yakni PLTU Jawa 7 di Serang (Banten) yang bakal memproduksi 2x1.000 megawatt (MW) untuk Jawa dan Bali. Tahun depan jika tidak ada aral melintang, PLTU Batang menyusul dengan kapasitas sama. Ini bakal secara radikal mengubah porsi bauran energi kita secara umum (tak hanya listik). 

Berdasarkan pemodelan pasokan energi primer pada Rancangan Umum Energi Nasional (RUEN), batu bara pada 2019 diarahkan menjadi panglima dengan porsi 104,8 juta ton setara minyak (MTOE) atau 36,5% dalam bauran energi primer nasional. Porsi minyak bumi ditargetkan turun dari saat ini 46% menjadi 28,8%.



Dari data dan paparan tersebut, terlihat bahwa batu bara masih akan menjadi primadona dunia, dan menjadi urat nadi energi nasional. Terlepas dari ekses buruk yang ditimbulkan serta kampanye negatif yang menghujani industri ini, mineral hitam ini masih menjadi tulang punggung Indonesia.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular