Impor LPG Sampai CAD, Nicke Ungkap Setumpuk PR Pertamina

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
26 November 2019 13:41
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjabarkan setumpuk pekerjaan rumah perusahaan migas tersebut
Foto: Pers Conference PEF 2019/ anisatul umah
Jakarta, CNBC Indonesia -  Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan berbagai pekerjaan rumah dari sektor energi, mulai dari defisit hingga energi terbarukan.Menurut Nicke saat ini Pertamina bersama Bukit Asam mulai pengembangan coal gasification menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk menjadi subtitusi LPG.

"Sampai hari ini Indonesia masih tergantung dari impor LPG sebanyak 70%," kata Nicke dalam acara yang juga dihadiriMenteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok , Selasa, (26/11/2019).

Lebih lanjut Nicke mengatakan Pertamina inisiatif untuk masuk ke biorefinery melakukan prosesing dari kelapa sawit diolah menjadi biodisel. Menurut Nicke Pertamina telah mengimplementasikan B30 pada 21 November 2019. "Ini tentu memberikan kontribusi cukup besar dalam penurunan impor maupun peningkatan pendapatan bagi negara baik itu pajak maupun bukan pajak," imbuhnya.

Dirinya berharap adanya inisiatif lain dari potensi domestik. Ke depan menurutnya pihaknya akan mulai melakukan processing untuk mencampur fuel dengan ethanol, dan metanol, yang tujuannya untuk menurunkan impor sehingga berkontribusi menurunkan defisit neraca perdagangan.



"Dari perkembangan global mega trend di mana dimulai dari abad 18 kita melakukan revolusi industri, eksploitasi pengunaan seluruh SDA menjadi industrialisasi yang besar-besaran. Sehingga seluruh SDA tereksploitasi yang akhirnya terjadi keterbatasan sumber daya, dan juga akibatkan climate change, ada isu lingkungan," terangnya.

Di sisi lain, imbuhnya, terjadi pertumbuhan populasi yang sedemikian cepat. Nicke menerangkan tahun ini penduduk dunia sekitar 7,7 miliar dan riset dari World Bank diperkirakan 2020 akan mencapai 9,7 miliar. Urbanisasi menurutnya akan meningkat yang akan mendorong peningkatan kebutuhan enegi.

"Climate change dan peningkatan demand. Ini yang kemudian harus kita carikan solusinya yaitu dengan teknologi dan dengan upaya-upaya lain yang harus kita lakukan bagaimana supaya ke depan kebutuhan energi dapat kita penuhi," ungkapnya.

Beberapa hal yang perlu dijalankan menurutnya, pertama ketersediaan, di mana ketersediaan sebagiannya masih dipenuhi dengan impor. Kedua, accessibility, menurut Nicke tantangannya saat ini masih ada 70 ribu desa namun energinya belum terpenuhi dan rasio elektrifikasi yang belum 100%.

Ketiga affordability di mana menurut Nicke masih memerlukan program BBM 1 Harga untuk energi berkeadilan. Keempat acceptability terkait dengan lingkungan bahwa energi terbarukan harus mencapai 23%. Terakhir sustainability. Nicke menerangkan menjalankannya harus paralel, membangun kilang untuk meningkatkan produksi.

"Juga melakukan giant discovery apakah itu gas maupun oil, kita juga harus bangun konektivitas, kita harus lakukan efisiensi dengan teknologi supaya bisa terjadi affordability, kita juga harus mulai shifting ke EBT. Kita harus jalankan kemandirian energi, artinya kita harus cari sumber sumber energi terbarukan," paparnya.

[Gambas:Video CNBC]


(gus) Next Article Pertamina: Jika Elpiji 3 KG Harganya Naik Itu Wajar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular