Internasional

Ekonomi Negara Dunia Lemah-Letih-Lesu Gegara Trump

Rehia Sebayang & Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
18 November 2019 06:06
Ekonomi Negara Dunia Lemah-Letih-Lesu Gegara Trump
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang yang dilakukan Amerika Serikat (AS) ke sejumlah negara, terutama dengan China membuat pertumbuhan ekonomi global melambat.

Bahkan lembaga seperti Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan perlambatan terjadi hampir di 90% kawasan di dunia.


IMF pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2019 menjadi 3% di Oktober lalu, dari sebelumnya 3,3% di April dan 3,5% di Januari.

Perang dagang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kestidakstabilan, yang menekan ekspor dan manufaktur sejumlah negara.

Prediksi IMF ini bukan isapan jempol semata. Banyak negara memang menunjukkan penurunan produk domestik bruto (PDB) di sepanjang kuartal III-2019 ini.

Dan, rata-rata memang menyalahkan perang dagang, selain sejumlah hal lain seperti krisis geopolitik yang terjadi di Eropa karena Brexit atau Asia karena demo Hong Kong.

Lalu negara mana saja yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi? Berikut rangkuman negara yang baru mengumumkan pelemahan ekonominya pekan lalu.

[Gambas:Video CNBC]



Jepang mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 sebesar 0,2% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh 1,8% dan menjadi laju pertumbuhan terlemah sejak kuartal III-2018.

Pelaku pasar merespons rilis data ini dengan negatif. Maklum, konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal III-2019 di 0,8%.

"Permintaan domestik bisa menutup perlambatan di sisi eksternal. Namun ini tidak bisa terus diharapkan. Oleh karena itu, sepertinya ekonomi kuartal IV-2019 akan mengalami kontraksi," tegas Taro Saito, Executive Research Fellow di NLI Research Institute, seperti dikutip dari Reuters.

Pada kuartal III-2019, konsumsi rumah tangga Negeri Matahari Terbit tumbuh minimalis 0,4%. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 0,6%.

Sementara ekspor, seperti disinggung Saito, terkontraksi 0,2%. Ekspor Jepang terpukul karena perang dagang dengan Korea Selatan dan terdampak perang dagang AS-China.


Penjualan ritel pada Oktober tumbuh 7,2% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 7,8% YoY dan menjadi laju terlemah sejak April.

Kemudian output industrial China pada Oktober naik 4,7% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 5,8% YoY dan di jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 5,4%.

China disebut tengah menghadapi situasi ekonomi yang kompleks, dengan tekanan penurunan di dalam negerinya. Para analis memberi peringatan ekonomi China bisa menghadapi kondisi terparah dalam tiga dekade terakhir.

"Pelemahan lanjutan bisa terjadi lagi," kata Martin Lynge Rasmussen dari Capital Economics. Dia berharap ada kebijakan pelonggaran moneter lebih lanjut di China.

Pemerintah dan bank sentral China mulai membuka rangkaian kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti pemangkasan pajak dan penurunan suku bunga acuan.

Data negatif juga ditunjukkan pada harga barang yang diproduksi pabrik-pabrik di China, yang dalam angka terendah dalam tiga tahun terakhir. Harapan penyelamat ekonomi China adalah kesepakatan dagang akan terjadi dengan AS.


Ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,1% di kuartal III-2019 dibandingkan kuartal II-2019 (quarter to quarter/qtq). Sementara dibandingkan kuartal III-2018 (year on year/YoY), ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,5%.

Sebelumnya hasil survei Reuters menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal III-2019 diprediksi berkontraksi atau negatif 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya, sama dengan kontraksi yang dialami kuartal sebelumnya.

"Kita tidak mengalami resesi teknikal, tapi angka pertumbuhan masih lemah" kata Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier, sebagaimana dilansir Reuters.


PDB Inggris di kuartal III-2019 hanya tumbuh 0,3%. Sebelumnya di kuartal II-2019, ekonomi Inggris berkontraksi 0,2%.

Meski demikian, jika dibanding dengan kuartal III-2018 (year-on-year/YoY), pertumbuhan kuartal III melambat menjadi 1%. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat sejak tiga bulan pertama di 2010.

Sementara data manufaktur untuk September mencatatkan penurunan 0,4% dari Agustus dan turun 1,8% dari September 2019. Hasil ini jauh lebih buruk dari proyeksi konsensus yang dihimpun oleh Reuters.

Menanggapi hal ini, Ross Walker, Kepala Ekonomi Inggris & Eropa di Pasar Natwest, mengatakan angka-angka itu sedikit mengecewakan.

Ia mengatakan ada sedikit pertumbuhan dalam penjualan ritel dan dia berharap hal ini akan mampu menopang pertumbuhan sedikit lebih tinggi.


Ekonomi Malaysia tumbuh 4,4% pada kuartal III 2019 secara tahunan atau year on year (YoY). Angka ini merupakan pertumbuhan paling lambat dalam setahun terakhir ini, kata bank sentral Malaysia.

Penyebab perlambatan di antaranya adalah melemahnya ekspor sebagai dampak dari perang dagang berkepanjangan antara AS dengan China.

Angka pertumbuhan 4,4% itu sesuai dengan proyeksi analis yang disurvei Reuters. Namun, angka itu turun dari pertumbuhan 4,9% di kuartal kedua.

Malaysia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang mencatat akselerasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal April-Juni dari kuartal sebelumnya.

Mengutip Reuters, Bank Negara Malaysia (BNM) mempertahankan target pertumbuhan setahun penuh sebesar 4,3% - 4,8%. Sementara pemerintah memproyeksikan pertumbuhan di angka 4,7%.


Meski bukan negara dan bagian dari China,Hong Kong memiliki sistem sendiri yang mengatur perekonomian.

Walaupun kota ini tertekan ekonominya karena demo yang terus terjadi, ternyata perang dagang juga memberi pengaruh pada melemahnya ekonomi pusat keuangan dunia itu.

Selama kuartal III-2019 ini, PDB Hong Kong tercatat 3,2%. Sebelumnya di kuartal II-2019, ekonomi Hong Kong turun -0,4%.

Hingga akhir 2019 nanti, PDB diprediksi akan jatuh ke 1,3% di 2019. Sebelum demonstrasi pecah di Agustus, pemerintah masih optimis PDB bisa mencapai 2 hingga 3% di sepanjang 2019.

Sebelumnya pada awal bulan ini, Sekretaris Keuangan Hong Kong Paul Chan Mo memperingatkan penurunan pertumbuhan ekonomi tak bisa dihindari lagi.

"Akan ada kemungkinan yang sangat besar, kota ini akan masuk ke dalam resesi sepanjang tahun," katanya dikutip dari South China Morning Post.
Next Page
Jepang
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular