Simak, Fakta Soal Ekonomi Indonesia Tidak Baik-baik Saja

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 November 2019 11:33
Ekspor-Impor Juga Loyo
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Perlambatan konsumsi rumah tangga terjadi hampir di seluruh aspek pengeluaran, terutama pakaian, alas kaki dan jasa perawatan.

Selain data konsumsi yang menunjukkan perlambatan, aktivitas ekspor dan impor juga mengalami perlambatan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekspor Oktober 2019 terkontraksi atau turun 6,13% year-on-year (YoY) dan impor turun 16,39% YoY. Ini membuat neraca perdagangan surplus US$ 160 juta.

Padahal pelaku pasar memperkirakan neraca perdagangan bakal defisit. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan angka defisit neraca perdagangan sebesar US$ 300 juta. Sementara konsensus dari Reuters dan Bloomberg juga meramal terjadi defisit masing-masing US$ 280 juta dan US$ 240 juta.

Sulit untuk merayakan surplus neraca perdagangan ini, karena kinerja ekspor masih belum membaik. Kontraksi ekspor Oktober menggenapi penurunan ekspor yang terjadi selama 12 bulan alias setahun.



Tak hanya ekspor, impor juga turun, bahkan lebih dalam. Pada Oktober, impor bahan baku/penolong turun 18,76% YoY sementara impor barang modal turun 11,35%. Impor bahan baku dan barang modal akan berubah menjadi realisasi investasi dalam tempo beberapa bulan ke depan.



Secara bulanan (month-on-month/MoM), impor bahan baku/penolong masih naik 6,17%. Namun impor barang modal turun 5,87%. Dalam setahun terakhir, rata-rata pertumbuhan impor barang modal hanya 0,58% MoM, sementara bahan baku/penolong malah terkontraksi 0,96%.

Perkembangan impor bahan baku/penolong dan barang modal yang agak mengkhawatirkan ini membuat prospek investasi menjadi samar-samar. Apakah investasi mampu tumbuh 18,4% seperti pada kuartal III-2019?

Bersyukur karena neraca perdagangan Oktober bisa surplus memang boleh-boleh saja. Namun surplus ini jangan membuat kita terlena, karena ada risiko yang mengintai di baliknya.

Itulah tadi gambaran sekilas tentang perekonomian ibu pertiwi. Walau risiko terkena resesi masih jauh, hawa perlambatan yang kentara tak bisa diabaikan begitu saja.



TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular