
Kasak-Kusuk Dirut Pertamina, Siapa Ditaksir Jokowi?
Gustidha Budiartie & Anisatul Umah, CNBC Indonesia
12 November 2019 11:52

Jakarta, CNBC Indonesia- Kabar pergantian bos-bos pelat merah strategis masih kencang, salah satunya adalah jajaran direksi PT Pertamina (Persero) yang tengah dipertimbangkan untuk dirombak.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menegaskan sampai saat ini belum ada pembahasan soal penggantian direktur utama Pertamina. "Belum ada, orang direkturnya lagi berangkat ke Aramco hari ini sama Direktur Keuangan. Orang kerja digoyang-goyang, kan kasihan," kata Erick saat dijumpai di kompleks istana kepresidenan, Senin (11/11/2019).
Ia menjelaskan untuk mengganti direksi atau dirut BUMN menggunakan masukan dari TPA (Tim Penilai Akhir) yang ditentukan oleh Presiden Joko Widodo. Saat ini yang sudah ditentukan baru untuk Bank Mandiri dan Bank BTN.
Informasi yang diterima oleh CNBC Indonesia dari seorang petinggi kementerian menegaskan, sampai saat ini belum ada pembahasan soal pergantian direktur utama Pertamina. Namun, ia menegaskan intinya Presiden Joko Widodo menginginkan semua pejabat dan direksi BUMN harus satu visi dan misi dengan presiden. "Termasuk Pertamina," kata dia.
Tapi ia mengatakan, memang semua akan dipanggil oleh Menteri BUMN satu persatu untuk disamakan visi misinya.
Dalam 5 tahun terakhir, Pertamina sudah berganti pucuk pimpinan sebanyak 3 kali. "Pengembangan berjalan tidak sesuai speed yang saya inginkan. Itu karena terlalu banyak pergantian dari kepemimpinan puncaknya," kata Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng, kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Dirinya belum bisa melihat siapa sosok potensial di Pertamina untuk menjadi Dirut. Saat ditanya apakah Dirut yang sekarang sesuai dengan konteks kebutuhan, dirinya mengatakan tidak ada orang yang sempurna. Dirut yang sekarang, imbuhnya, masih harus melakukan pengembangan.
Lebih lanjut disampaikan, Pertamina dikebut membangun kilang dan harus genjot produksi di hulu. Sehingga harus dilakukan perbaikan Sumber Daya Manusianya (SDM) nya. Dibutuhkan orang yang mampu melihat prioritas sektor tersebut. "Menggerakkan manusia sama halnya menggerakkan struktur. Jika struktur nggak benar, maka organisasinya bisa kacau. Jadi memang tidak gampang."
Sebelum membicarakan direksi, menurutnya perlu diperjelas dulu apa misinya, strategisnya, dan struktur organisasinya. Dari struktur tersebut bisa dirinci berapa direksi yang dibutuhkan dan harus ditempatkan orang-orang yang kompeten.
Meski sudah memiliki kompetensi di bidangnya, jika tidak mendapatkan kepemimpinan, kekuatan orang-orang ini tidak akan optimal. "Jadi yang paling penting adalah membangun organisasi yang dipimpin oleh seorang Dirut yang bekerja dalam satu tim," ungkapnya.
Menurutnya Pertamina dikelola dalam kondisi di mana manajemen termasuk komisaris itu harus berbenah sambil membangun. "Pertamina harus membangun melakukan investasi sampai US$ 50 miliar atau kira-kira Rp 700 triliun. Tapi jangan lupa banyak bolong-bolong yang harus kita tempel, itu namanya berbenah," jelasnya.
(gus/wed) Next Article Pertamina Mau Ganti Dirut? Ini Deretan Nama yang Beredar
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menegaskan sampai saat ini belum ada pembahasan soal penggantian direktur utama Pertamina. "Belum ada, orang direkturnya lagi berangkat ke Aramco hari ini sama Direktur Keuangan. Orang kerja digoyang-goyang, kan kasihan," kata Erick saat dijumpai di kompleks istana kepresidenan, Senin (11/11/2019).
Ia menjelaskan untuk mengganti direksi atau dirut BUMN menggunakan masukan dari TPA (Tim Penilai Akhir) yang ditentukan oleh Presiden Joko Widodo. Saat ini yang sudah ditentukan baru untuk Bank Mandiri dan Bank BTN.
Informasi yang diterima oleh CNBC Indonesia dari seorang petinggi kementerian menegaskan, sampai saat ini belum ada pembahasan soal pergantian direktur utama Pertamina. Namun, ia menegaskan intinya Presiden Joko Widodo menginginkan semua pejabat dan direksi BUMN harus satu visi dan misi dengan presiden. "Termasuk Pertamina," kata dia.
Tapi ia mengatakan, memang semua akan dipanggil oleh Menteri BUMN satu persatu untuk disamakan visi misinya.
Dalam 5 tahun terakhir, Pertamina sudah berganti pucuk pimpinan sebanyak 3 kali. "Pengembangan berjalan tidak sesuai speed yang saya inginkan. Itu karena terlalu banyak pergantian dari kepemimpinan puncaknya," kata Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng, kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Dirinya belum bisa melihat siapa sosok potensial di Pertamina untuk menjadi Dirut. Saat ditanya apakah Dirut yang sekarang sesuai dengan konteks kebutuhan, dirinya mengatakan tidak ada orang yang sempurna. Dirut yang sekarang, imbuhnya, masih harus melakukan pengembangan.
Lebih lanjut disampaikan, Pertamina dikebut membangun kilang dan harus genjot produksi di hulu. Sehingga harus dilakukan perbaikan Sumber Daya Manusianya (SDM) nya. Dibutuhkan orang yang mampu melihat prioritas sektor tersebut. "Menggerakkan manusia sama halnya menggerakkan struktur. Jika struktur nggak benar, maka organisasinya bisa kacau. Jadi memang tidak gampang."
Sebelum membicarakan direksi, menurutnya perlu diperjelas dulu apa misinya, strategisnya, dan struktur organisasinya. Dari struktur tersebut bisa dirinci berapa direksi yang dibutuhkan dan harus ditempatkan orang-orang yang kompeten.
Meski sudah memiliki kompetensi di bidangnya, jika tidak mendapatkan kepemimpinan, kekuatan orang-orang ini tidak akan optimal. "Jadi yang paling penting adalah membangun organisasi yang dipimpin oleh seorang Dirut yang bekerja dalam satu tim," ungkapnya.
Menurutnya Pertamina dikelola dalam kondisi di mana manajemen termasuk komisaris itu harus berbenah sambil membangun. "Pertamina harus membangun melakukan investasi sampai US$ 50 miliar atau kira-kira Rp 700 triliun. Tapi jangan lupa banyak bolong-bolong yang harus kita tempel, itu namanya berbenah," jelasnya.
(gus/wed) Next Article Pertamina Mau Ganti Dirut? Ini Deretan Nama yang Beredar
Most Popular