
Erick Thohir Berburu Dirut BUMN, Pertamina Hingga Mandiri
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
09 November 2019 18:06

Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dikabarkan tengah menyiapkan sejumlah nama untuk mengisi sekaligus mengganti posisi direktur utama di sejumlah BUMN.
Dari informasi yang diterima CNBC, setidaknya ada BUMN raksasa yang akan diprioritaskan untuk mendapat bos baru. Kelima BUMN tersebut adalah PT Inalum (Persero) atau MIND ID, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).
Hingga saat ini, Erick mengkonfirmasi tiga di antara lima BUMN tersebut memang sedang dikebut untuk mencari penggantinya, yakni untuk BTN, Mandiri, dan Inalum.
Erick pun mengakui telah mengantongi nama pengisi jabatan Dirut BTN, dan akan diumumkan di akhir November.
"Akhir November. Jadinya akhir bulan. Karena masih dalam proses me-review juga, dirutnya juga sudah ada," tutur Erick.
Posisi Dirut BTN kosong setelah Suprajarto membuat kejutan dengan menolak penugasan Kementerian BUMN untuk menjadi Direktur Utama BTN. Suprajarto yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengaku tidak pernah diajak komunikasi untuk penetapan tersebut.
Dua BUMN lainnya yang ia konfirmasi adalah Inalum dan Bank Mandiri. Untuk diketahui, Direktur Utama Inalum sebelumnya, Budi Gunadi Sadikin dan Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi Wakil Menteri BUMN.
Erick menjelaskan, Direktur Utama untuk Bank Mandiri sudah disiapkan orangnya, hanya tinggal menunggu pengumuman saat rapat umum pemegang saham (RUPS) Desember mendatang.
"Dirut Mandiri udah diutus, kita tunggu aja di RUPS-nya tanggal 8 Desember. Kalau Inalum belum," kata Erick di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (5/11/2019).
Meski demikian, Erick menegaskan sistem pengangkatan Dirut Inalum tidak akan sama lagi seperti sistem yang diterapkan oleh Menteri BUMN 2015-2019 Rini Soemarno. Nantinya sistem pengangkatan Dirut Inalum akan melalui tim penilai akhir [TPA] terlebih dahulu.
"Saya rasa 25-30 perusahaan yang besar, berdasarkan aset revenue atau profitnya memang sebaiknya melalui TPA. Walupun gimana, biar tansparan pemilihannya dan juga yang dapat kesempatan memimpin mendapat amanah bisa langsung benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik," jelas Erick di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Hal terpenting kata Erick, orang cocok untuk mengisi posisi dirut Inalum nantinya harus menguasai ilmu keuangan, mengerti soal pertambangan, dan bisa bekerja dengan penuh tanggung jawab.
"Jangan hanya mohon maaf seperti yang selalu saya bilang, megang jabatan tapi enggak berkeringat. Berkeringat bukan arti politik, maksud saya dalam arti bekerja," kata dia.
Erick mengharapkan untuk Inalum, harus memiliki background finansial yang kuat. Terutama perannya sebagai holding, sehingga harus mengertu kondisi keuangan dari anak perusahaan.
"Kemudian karena ini banyak dari industri pertambangan. Harus orang yang punya latar belakang di pertambangan. Apalagi diverifikasi kan banyak, ada batu bara, dan lain-lain," ujar Erick.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Aloysius Kiik Ro mengatakan Menteri BUMN yang sudah mengantongi nama-nama tersebut.
"Inalum kan non Tbk (bukan perushaaan tercatat di Bursa Efek Indonesia), mau ke TPA (Tim Penilai Akhir) dulu. Kan konsultasi presiden. Pak menteri yang tahu," kata Aloysius di Jakarta, Kamis (7/11/2019).
Saat ditanya siapa yang menjadi kandidat Dirut Inalum, "Tidak tahu. Biasanya diajukan tiga kan, " katanya.
Sementara itu, Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Tanri Abeng sepakat perlunya pemilihan direksi pelat merah dengan menggunakan Tim Penilai Akhir (TPA). Tanri menjelaskan keberadaan TPA sangat penting untuk mendapatkan sosok pimpinan yang berkualitas.
"Penting sekali, karena pertimbangan untuk pilih seseorang tidak bisa hanya seorang saja. BUMN kan ada 142, direktur utama itu paling krusial, saya setuju ada tim penilai," kata dia saat diwawancara di Squawk Box CNBC Indonesia Tv, Kamis (07/11/2019).
Menurutnya penempatan direktur utama adalah kunci untuk jalankan BUMN yang harus diperhatikan, menggunakan TPA adalah hal lazim dan praktik yang sudah berlangsung bertahun-tahun sebelumnya bahkan waktu ia menjabat sebagai Menteri BUMN dulu.
Namun yang paling penting adalah setelah terpilihnya direktur utama, perlu diingat bahwa direktur utama harus diberikan kewenangan untuk memilih anggota direksinya dan membenahi strukturnya. Menurutnya sampai sini, tidak perlu ada intervensi pemerintah lebih jauh.
"Paling tidak beri dirut kewenangan untuk menyetujui timnya," kata dia.
Dari informasi yang diterima CNBC, setidaknya ada BUMN raksasa yang akan diprioritaskan untuk mendapat bos baru. Kelima BUMN tersebut adalah PT Inalum (Persero) atau MIND ID, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).
Hingga saat ini, Erick mengkonfirmasi tiga di antara lima BUMN tersebut memang sedang dikebut untuk mencari penggantinya, yakni untuk BTN, Mandiri, dan Inalum.
"Akhir November. Jadinya akhir bulan. Karena masih dalam proses me-review juga, dirutnya juga sudah ada," tutur Erick.
Posisi Dirut BTN kosong setelah Suprajarto membuat kejutan dengan menolak penugasan Kementerian BUMN untuk menjadi Direktur Utama BTN. Suprajarto yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengaku tidak pernah diajak komunikasi untuk penetapan tersebut.
Dua BUMN lainnya yang ia konfirmasi adalah Inalum dan Bank Mandiri. Untuk diketahui, Direktur Utama Inalum sebelumnya, Budi Gunadi Sadikin dan Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi Wakil Menteri BUMN.
Erick menjelaskan, Direktur Utama untuk Bank Mandiri sudah disiapkan orangnya, hanya tinggal menunggu pengumuman saat rapat umum pemegang saham (RUPS) Desember mendatang.
"Dirut Mandiri udah diutus, kita tunggu aja di RUPS-nya tanggal 8 Desember. Kalau Inalum belum," kata Erick di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (5/11/2019).
Meski demikian, Erick menegaskan sistem pengangkatan Dirut Inalum tidak akan sama lagi seperti sistem yang diterapkan oleh Menteri BUMN 2015-2019 Rini Soemarno. Nantinya sistem pengangkatan Dirut Inalum akan melalui tim penilai akhir [TPA] terlebih dahulu.
"Saya rasa 25-30 perusahaan yang besar, berdasarkan aset revenue atau profitnya memang sebaiknya melalui TPA. Walupun gimana, biar tansparan pemilihannya dan juga yang dapat kesempatan memimpin mendapat amanah bisa langsung benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik," jelas Erick di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Hal terpenting kata Erick, orang cocok untuk mengisi posisi dirut Inalum nantinya harus menguasai ilmu keuangan, mengerti soal pertambangan, dan bisa bekerja dengan penuh tanggung jawab.
"Jangan hanya mohon maaf seperti yang selalu saya bilang, megang jabatan tapi enggak berkeringat. Berkeringat bukan arti politik, maksud saya dalam arti bekerja," kata dia.
Erick mengharapkan untuk Inalum, harus memiliki background finansial yang kuat. Terutama perannya sebagai holding, sehingga harus mengertu kondisi keuangan dari anak perusahaan.
"Kemudian karena ini banyak dari industri pertambangan. Harus orang yang punya latar belakang di pertambangan. Apalagi diverifikasi kan banyak, ada batu bara, dan lain-lain," ujar Erick.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Aloysius Kiik Ro mengatakan Menteri BUMN yang sudah mengantongi nama-nama tersebut.
"Inalum kan non Tbk (bukan perushaaan tercatat di Bursa Efek Indonesia), mau ke TPA (Tim Penilai Akhir) dulu. Kan konsultasi presiden. Pak menteri yang tahu," kata Aloysius di Jakarta, Kamis (7/11/2019).
Saat ditanya siapa yang menjadi kandidat Dirut Inalum, "Tidak tahu. Biasanya diajukan tiga kan, " katanya.
Sementara itu, Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Tanri Abeng sepakat perlunya pemilihan direksi pelat merah dengan menggunakan Tim Penilai Akhir (TPA). Tanri menjelaskan keberadaan TPA sangat penting untuk mendapatkan sosok pimpinan yang berkualitas.
"Penting sekali, karena pertimbangan untuk pilih seseorang tidak bisa hanya seorang saja. BUMN kan ada 142, direktur utama itu paling krusial, saya setuju ada tim penilai," kata dia saat diwawancara di Squawk Box CNBC Indonesia Tv, Kamis (07/11/2019).
Menurutnya penempatan direktur utama adalah kunci untuk jalankan BUMN yang harus diperhatikan, menggunakan TPA adalah hal lazim dan praktik yang sudah berlangsung bertahun-tahun sebelumnya bahkan waktu ia menjabat sebagai Menteri BUMN dulu.
Namun yang paling penting adalah setelah terpilihnya direktur utama, perlu diingat bahwa direktur utama harus diberikan kewenangan untuk memilih anggota direksinya dan membenahi strukturnya. Menurutnya sampai sini, tidak perlu ada intervensi pemerintah lebih jauh.
"Paling tidak beri dirut kewenangan untuk menyetujui timnya," kata dia.
Pages
Most Popular