Sstt.. Ada yang Tak Percaya PDB RI Tumbuh 5,02%

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
06 November 2019 07:05
Sstt.. Ada yang Tak Percaya PDB RI Tumbuh 5,02%
Foto: Q3-2019, Perekonomian Indonesia Tumbuh 5,02% (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2019 yang mencapai 5,02% menimbulkan banyak spekulasi dari berbagai kalangan. Ada yang percaya, dan ada yang tidak.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto pada pemaparannya kepada publik, Selasa (5/11/2019) menyebutkan ekonomi Indonesia tumbuh melambat pada triwulan III-2019.


Ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% di triwulan III-2019 atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,05%.

"Triwulan III-2019 dibandingkan dengan triwulan II-2019 melambat. Dibandingkan dengan 2018 juga melambat karena pada 2018 di triwulan III-2019 mencapai 5,17%," kata Suhariyanto di kantornya.

Sebuah lembaga riset ekonomi Capital Economics asal London, Inggris pun mempertanyakan mengenai data pertumbuhan ekonomi yang disuguhkan oleh BPS tersebut.

Peneliti Capital Economics, Gareth Leather mencurigai perihal stabilnya pertumbuhan ekonomi di angka 5% selama lima tahun terakhir. Oleh karena itu, dia pun mempertanyakan angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2019 tersebut.

"Peneiliti kami yang khusus meneliti aktivitas Indonesia menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh pada kecepatan yang jauh lebih lemah," kata Gareth seperti dikutip dalam laman resmi Capital Economics, Selasa (5/11/2019).


Menanggapi hal itu, Suhariyanto mengatakan bahwa BPS tidak bisa asal dalam mengeluarkan data dan dia menjamin data yang sudah dirilis pihaknya sudah akurat.

"BPS ini dimonitor oleh forum masyarakat statistik. Teman-teman IMF [International Monetary Fund] juga selalu datang ke BPS, minimal sekali setahun dengan timnya untuk check," ungkapnya.

"Dan selama lima tahun berturut-turut, kita dapat statement bahwa data PDB akurat. Sekarang betul nggak bahwa kita stable? Tidak juga, dari 5,17% ke 5,02%, kan turunnya tajam," tutur Suhariyanto melanjutkan.

[Gambas:Video CNBC]



Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri juga ikut bersuara perihal data yang dirilis BPS tersebut melalui akun twitternya @ChatibBasri.s.

Chatib memulainya dengan membedah beberapa indikator pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2019, yang semuanya mengalami perlambatan.

Chatib mengatakan, konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan III-2019, yang mana tumbuh 5,01%, atau turun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,17%.

Adapun, lanjut Chatib, sepanjang triwulan III-2019 investasi juga turun ke 4,21% dari 5,01%. Hal yang sama juga terjadi pada pengeluaran pemerintah yang turun dari 8,23% ke 0,98%.

"Lalu mengapa GDP growth hanya turun dari 5,05% ke 5,02%?," tuturnya seperti dikutip dalam akun twitternya, Rabu (6/11/2019).

Ekonomi Indonesia sepanjang triwulan III-2019 menurut Chatib sebenarnya tertolong karena net ekspor.

"Jika kita melihat angkanya penjelasannya adalah net export. Karena net export [ekspor-impor]. Export meningkat pertumbuhannya ke 0,02% dari -1,81%. Dan impor anjlok dari - 6,73% ke -8,61%," jelas dia.

"Penurunan impor yang tajam dan export yang stabil membuat net export tumbuh lebih baik di triwulan III. Akibatnya pertumbuhan berada pada kisaran 5.05%," kata Chatib melanjutkan.

Implikasi dari impor yang turun tajam itu, menurut Chatib akan terlihat pada penurunann investasi, terhitung 6 bulan dari sekarang.

Kendati demikian, Chatib pun melihat bahwa perlambatan ekonomi yang terjadi di Indonesia sebaiknya perlu disikapi dengan serius.

"Diluar perdebatan soal angka itu, kita memang melihat bahwa perlambatan ekonomi melambat dan perlu antisipasi," ucapnya.

Senada, Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan bahwa, data yang ditampilkan BPS sudah pas.

Satria melihat bahwa, di China apabila ada kecurigaan perihal pertumbuhan ekonomi yang dimanipulasi, investor akan melihat ke 'Li Keqiang Index'. Di mana indikatornya berupa penjualan listrik, volume kargo, dan penjualan kredit.

"Kalau melihat dari indikator yang sama di Indonesia, sebenarnya cukup sesuai dengan data GDP 3Q19 yang dirilis BPS," tutur Satria.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular