Ada yang Curiga PDB Tumbuh 5,02% Settingan, Apa Kata BPS?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
05 November 2019 16:39
Sebuah Lembaga Riset asal Inggris, Capital Economics mempertanyakan perihal data tersebut.
Foto: Kepala BPS Suhariyanto melaporkan perkembangan ekspor dan impor Desember 2018, perkembangan upah pekerja/buruh Desember 2018, profil kemiskinan di Indonesia September 2018, dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia September 2018. (CNBC Indonesia/Iswari Anggit)
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2019 sebesar 5,02%. Sebuah Lembaga Riset asal Inggris, Capital Economics mempertanyakan perihal data tersebut. Ini penjelasan Ketua BPS Suhariyanto.

Suhariyanto mengatakan bahwa dalam menghitung Produk Domestik Bruto (PDB) sebenarnya BPS sudah menghitung secara manual semua indikator makro ekonomi, mulai dari konsumsi rumah tangga, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT), investasi, inflasi, ekspor-impor, dan sebagainya.

"Harus mengacu pada manual dari PDB. Harus diikuti semuanya," ujar Suhariyanto saat ditemui di kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Selasa (5/11/2019).

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2019 yang sebesar 5,02% tersebut, kemudian dipertanyakan oleh Peneliti Capital Economics, Gareth Leather.

Ada yang Curiga PDB Tumbuh 5,02% Settingan, Apa Kata BPS?Foto: Kepala BPS Suhariyanto melaporkan perkembangan ekspor dan impor Desember 2018, perkembangan upah pekerja/buruh Desember 2018, profil kemiskinan di Indonesia September 2018, dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia September 2018. (CNBC Indonesia/Iswari Anggit)


Gareth mencurigai bahwa pertumbuhan PDB di Indonesia bisa stabil di angka 5% selama lima tahun terakhir. Oleh karenanya dia mempertanyakan angka pada pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2019 tersebut.

"Peneiliti kami yang khusus meneliti aktivitas Indonesia menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh pada kecepatan yang jauh lebih lemah," kata Gareth seperti dikutip dalam laman resmi Capital Economics, Selasa (5/11/2019).

Menanggapi hal itu, Suhariyanto mengatakan bahwa BPS tidak bisa asal dalam mengeluarkan dan dia menjamin data yang sudah dirilis pihaknya sudah akurat.

"BPS ini dimonitor oleh forum masyarakat statistik. Teman-teman IMF [International Monetary Fund] juga selalu datang ke BPS, minimal sekali setahun dengan timnya untuk check. Dan selama lima tahun berturut-turut, kita dapat statement bahwa data PDB akurat. Sekarang betul nggak bahwa kita stable? Tidak juga, dari 5,17% ke 5,02%, kan turunnya tajam," tutur Suhariyanto.

Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2019 masih disumbang dari konsumsi rumah tangga, yang menyumbang 56,52% dari keseluruhan PDB, kemudian investasi 4,21%. Ditambah inflasi yang terjaga pada level 3,13% secara tahunan.

Dari semua indikator tersebut, Suhariyanto yakin bahwa PDB triwulan III-2019 yang sebesar 5,02% tersebut tidak salah.

"Data ini kan kita kumpulkan [...] kalau saya sampai melakukan sesuatu akan ketemu IMF, dan kalau itu terjadi yang malu bukan hanya BPS, tapi kredibilitas dari negara," tegas dia.

[Gambas:Video CNBC]




(dru) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,02% Sepanjang 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular